Home
/
News

Libur Sekolah, Bocah-bocah Ini Pilih Berburu 'Telolet'  

Libur Sekolah, Bocah-bocah Ini Pilih Berburu 'Telolet'  
TEMPO.CO26 December 2016
Bagikan :

Bermodal kertas karton putih bertuliskan Belasan anak berkumpul di pinggir jalan nasional Desa Hadipolo, Kecamatan Bareng yang mengarah dari Kabupaten Kudus ke Pati, Jawa Tengah. Bermodal kertas karton putih bertuliskan “om telolet om” mereka menyiapkan program rekam suara dan kamera video di telepon seluler pintar.

Anak-anak berusia 6-12 tahun itu berharap sejumlah bus yang lewat menyalakan klakson khusus dengan bunyinya yang khas, telolet, telolet, telolet. “Om,..telolet om,” teriak mereka kompak saat sebuah bus pariwisata melintas.

Tawa riang  pun seketika membuncah  ketika bus yang diharapkan menyalakan klakson khusus itu mengabulkan keinginan mereka. Sebaliknya, jiksuara yang diharap tak muncul, mereka kecewa sambil harap-harap cemas menunggu bus lain lewat yang diharapkan akan memberikan 'telolet' yang mereka harapkan.

“Biasanya menunggu saat sore, tapi liburan kami sengaja menunggu telolet dari pagi hingga siang,” kata Nur Wahyu, siswa kelas 5 Sekolah Dasar Negeri Jekulo, Kudus, Ahad, 25 Desember 2016 .

Wahyu bersama kawan mainnya di kampung sebelumnya rutin menunggu 'telolet' saat senja, ketika bus malam tujuan Jakarta mulai beroperasi. Maklum pagi dan siang mereka harus sekolah. “Namun ini musim libur kami menunggu pagi dan siang. Sore bisa dilanjutkan,” kata Wahyu menambahkan.

Pada liburan panjang sekolah dalam beberapa hari ini merupakan kesempatan Wahyu bersama kawan-kawanya mendapatkan suara dan gambar bus yang khas. Mereka tahu bus yang lewat pada pagi dan siang itu rata-rata bus wisata yang sedang melintas. Pada musim liburan sekolah seperti saat ini, intensitas bus wisata yang lewat lebih banyak.

Mereka seakan mendapatkan harta karun yang tak ternilai ketika ada satu rombongan wisata dalam beberapa bus yang melintas beriringan menyalakan klakson telolet. “Ada teman dapat gambar bagus dan suara meriah,” kata Wahyu sambil menunjukan rekaman video dari telepon celelulernya.

Berburu 'telolet' menjadi kesenangan tersediri bagi anak-anak sekolah di sepanjang jalan nasional pantai utara Jawa. Di sepanjang jalan pantai utara dari Kabupaten Rembang hingga Jepara, terlihat kumpulan anak yang mengisi libunya dengan menikmati suara 'telolet' semakin banyak.

Mereka mudah ditemukan di pinggir jalan warisan Gubernur Jenderal Daendels era kolonial itu. Titik kumpul mereka berada di pinggir jalan, biasanya di ujung gang yang menghubungkan jalan kampung, atau sejumlah stasiun pengisian bahan bakar minyak.

“Kami sudah senang dengan suara telolet meski tak ikut berwisata. Model bus yang bagus-bagus juga membuat kami bahagia,” kata Aris, seorang siswa sekolah menengah pertama kawan Wahyu.

Pakar transportasi dan angkutan jalan raya, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, Djoko Setijowarno menilai fenomena telolet yang saat ini sedang terjadi sebenarnya melanggar aturan sistem transportasi darat. “Seuai peraturan pemerintah nomor 55 tahun 2012 tentang kendaraan klason tak boleh berlebihan,” kata Djoko Setijowarno.

Menurut dia, pasal 69 dalam aturan itu suara klakson bus paling rendah yaitu 83 desibel dan paling tinggi 118 desibel. “Selain itu ada larangan daerah tertentu klakson tak boleh dibunyikan, yaitu di kawasan sekolah dan rumah ibadah,” kata Djoko.

Dengan aturan itu pemasangan klakson setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan harus memenuhi persyaratan laik. Hal itu mengacu aturan persyaratan kendaraan laik ditentukan berdasarkan kinerja minimal meliputi emisi gas buang, termasuk kebisingan suara.

“Suara Klakson bagian dari laik jalan selain daya pancar dan arah sinar lampu utama, radius putar, akurasi alat petunjuk kecepatan serta kesesuaian roda dan kondisi ban,” katanya.
EDI FAISOL

Berita Terkait:
populerRelated Article