Lika-Liku Jalan yang Dilalui Mobil Esemka
"Mas, yen iki dienggo kendaraan operasional Wali Kota [Solo] kiro-kiro boleh enggak?"
"Lho bisa. Boleh, silakan."
Dwi Budhi Martono, Guru Teknik Otomotif SMKN 2 Surakarta, mengkisahkan percakapannya dengan Joko Widodo pada acara Kreatif Anak Sekolah Solo (Kreasso) tahun 2011. Kepada Martono, Wali Kota Surakarta itu bertanya hendak menggunakan Mobil Esemka buatan siswa SMKN 2 Surakarta sebagai kendaraan dinas.
Kelak jawaban Dwi atas pertanyaan Jokowi itu menjadi salah satu jalan yang melambungkan nama Jokowi sampai menjadi Presiden Indonesia ke-7. Keputusan Jokowi menggunakan mobil Esemka membuahkan penilaian positif yang melejitkan elektabilitasnya.
Di acara yang menggelar pameran hasil kreasi siswa itulah Jokowi memilih prototipe mobil Esemka kreasi putra daerah yang sedang dipamerkan di Kawasan Ngarsapura, Surakarta. Kala itu ada dua tipe mobil dari lima unit yang dipamerkan: dua unit sport utility vehicle (SUV) bernama Rajawali kreasi SMKN 2 Surakarta dan SMK Warga Surakarta, serta tiga mobil kabin ganda bernama Digdaya kreasi SMKN 2 Surakarta, SMKN Warga Surakarta, dan SMKN 5 Surakarta.
“Saya mau pakai yang ini,” kata Jokowi kepada Martono, menunjuk mobil Esemka Rajawali.
Menurut Martono, Jokowi tak pilih-pilih soal jenis mobil yang hendak ia gunakan. Hanya saja SUV Rajawali yang kebetulan siap dan cocok karena warnanya hitam.
Beberapa bulan setelahnya, secara resmi mobil Esemka Rajawali diserahterimakan ke Jokowi pada Januari 2012. Namun, karena mobil Esemka saat itu belum lulus uji emisi, Jokowi menghendaki agar kendaraan dinasnya itu dibawa ke Jakarta untuk diuji ulang. Pada Februari 2012, saat dites kali kedua, mobil tersebut kembali gagal uji emisi.
Tim mobil Esemka saat itu memutar otak, melakukan berbagai kajian agar dapat mengaspal dengan legal. Berat mobil kala itu menjadi masalah utama lantaran terlalu berlebih untuk mesin 1.500 CC.
Hingga akhirnya, sesudah melewati tes kali keenam, berat mobil yang semula 2.200 kilogram dapat dipangkas menjadi 1.640 kg. Ini membuat mobil Esemka Rajawali lolos berbagai tes di Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor dari Kementerian Perhubungan.
Mobil itu mengaspal dan dipakai dinas perjalanan dalam kota pemimpin Solo setelah memiliki surat-surat resmi.
Namun, setelah Jokowi meninggalkan Solo, dua SUV Rajawali yang berstatus pinjam pakai oleh wali kota dan wakilnya tidak lagi dipakai. Kedua mobil yang memiliki mesin setara sedan Mazda 323 itu kini hanya diparkir di SMKN 2 Surakarta (pelat AD 1 A) dan SMK Warga Surakarta (pelat AD 2 A).
Menurut Martono, semua fungsi mobil itu masih baik, secara berkala dipanasi mesinnya dan bodinya dicuci.
“[Mobil Esemka] ini biarkan menjadi histori di sini, bagian dari sejarah. Kelak mungkin mobil Esemka menjadi besar. Itu adalah embrionya,” kata dia.
Cerita Sebelum Menjadi Esemka
Perjalanan Esemka hingga lolos beragam macam uji sertifikasi menempuh jalan panjang. Butuh waktu lima tahun sejak kali pertama dicetuskan pada 2007 melalui program teaching factory yang digagas Direktorat Pendidikan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Program itu tidak hanya untuk mendorong SMK membuat mobil, tapi membuat laptop, komputer SMK, serta LCD proyektor. Kebetulan dalam bidang otomotif, Direktorat Pendidikan SMK menunjuk lima SMK pertama untuk mengawali program.
Kelima SMK itu adalah SMKN 2 Surakarta, SMKN 5 Surakarta, SMK Warga Surakarta, SMK Muhammadiyah 2 Borobudur, dan SMKN 1 Singosari (Malang).
Lima SMK ini mendapat dukungan dari Direktorat Pendidikan SMK untuk menghasilkan prototipe mobil. Di Surakarta, tiga sekolah menghasilkan lima unit dengan dua jenis prototipe mobil selama 2007 hingga 2010.
Pada 2010, untuk kali pertama, mobil buatan siswa SMK ini diuji kelayakaannya di Jakarta. Namun, ia gagal uji kelayakan dan sertifikasi dengan berbagai catatan, salah satunya terkait bodi mobil.
Direktorat Pendidikan SMK lantas menunjuk bengkel Sukiat di Klaten, Jawa Tengah, sebagai tempat belajar siswa sekaligus memperbaiki pelbagai kekurangan mobil Esemka.
“Waktu itu kami mengirim 18 siswa ke [bengkel] Pak Kiat dalam bentuk pelatihan. Kami mengirim anak ke sana selama tiga bulan dengan kompensasi biaya Rp156 juta,” kata Martono.
Belakangan apa yang dikatakan Martono bertolak belakang dengan apa yang diungkapkan Sukiat.
Saat saya menemui Sukiat di bengkelnya di Jalan Yogya-Solo, pada Selasa (13/11) lalu, Sukiyat menegaskan dirinya sebagai inisiator mobil Esemka. Ia mengaku telah mematenkan Esemka dengan nama Kiat Esemka.
Tak hanya itu, mobil Esemka yang diproduksi menurutnya tidak hanya ada lima unit, tetapi ada sembilan unit. Selain lima unit di Surakarta, ada empat unit lain di SMKN 1 Trucuk, Klaten.
“Kesembilan mobil itu namanya Kiat Esemka. Yang dinamakan Rajawali, Digdaya, itu ya yang bikin Pak Kiat sejak 2007,” klaimnya.
Menurut Sukiat, proyek mobil Esemka berhenti sejak 2010. Ia sendiri melanjutkan perakitan mobil bernama Moda Angkutan Hemat Pedesaan (Mahesa) untuk kegiatan pertanian, bekerjasama dengan PT Astra Motor.
"Inisiatornya Kiat Esemka juga Pak Kiat. Sekarang saya tanya mobil [nasional] yang muncul di Indonesia mana? Baru Kiat Mahesa ini to? Ya sudah,” ungkapnya.
Sukiat berkata tidak tahu sama sekali dengan kelanjutan proyek mobil Esemka selepas 2010-2011, termasuk tak mau tahu soal ada dua pabrik Esemka di Boyolali, Jawa Tengah, dan di Cilengsi, Bogor. Ia berkata dua pabrik itu tidak ada hubungan dengan dirinya.
Sukiat berkata ia mempersilakan jika memang ada yang memproduksi Esemka secara masal.
“Silakan yang memproduksi bertanggungjawab menurut regulasi yang benar, sertifikasi yang benar. Ikuti jalur dan aturan yang ada di Indonesia,” katanya.
Mendirikan Pabrik Esemka di Boyolali
Klaim Sukiat sebagai inisiator mobil Esemka dibantah oleh Dwi Budhi Martono. Menurutnya sejak awal setelah proyek SMK berjalan dan dibentuk PT Solo Manufaktur Kreasi atau sering disebut PT Esemka, merek yang dipatenkan adalah Esemka, bukan Kiat Esemka.
“Itu sudah dipatenkan dari awal sejak pendirian PT Esemka tahun 2010. semua patennya mengatakan seperti itu sehingga dikembalikan ke itu sajalah. Walaupun sejak saat itu Pak Kiat ngomong apa, terserah beliau saja. Dan waktu itu saya diinstruksikan untuk tidak menanggapi,” ujarnya.
Selan itu, Martono menyebut keliru jika proyek mobil Esemka berhenti. Pada 2010-2012, ia mengakui, memang tidak ada produksi mobil Esemka karena saat itu berfokus mengikuti sejumlah pameran. Pada 2012, setelah Mobil Esemka Rajawali lulus uji dan sertifikasi, mobil ini kembali diprodukasi.
Hanya saja setelah Jokowi meninggalkan Solo, menjadi Gubernur DKI hingga akhirnya menjadi presiden, kabar tentang Esemka tidak banyak didengar.
Akan tetapi, rentang 2012-2015, Esemka yang diproduksi dan telah mengaspal ada sekitar 200 unit, tersebar di Jakarta, Jawa Tengah, dan paling banyak di Jawa Timur.
Setelah berhasil memproduksi ratusan unit, pada 2015, manajemen PT Solo Manufaktur Kreasi dipanggil Presiden Jokowi ke Istana, cerita Martono.
Dari sanalah ada pembahasan untuk membuat Esemka lebih besar melalui kerja sama dengan investor. Singkat cerita, PT Adiperkasa Citra Lestari, yang dipimpin mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Hendropriyono, menjadi investornya untuk berkolaborasi membesarkan Esemka.
“Setelah berkolaborasi itu membuat entitas baru, namanya PT Adiperkasa Citra Esemka Hero (ACEH). Itu sudah murni masuk ke ranah bisnis, kami tidak ikut-ikut lagi. Dengan profit share 20-80 persen: 20 persen PT Esemka , 80 persen PT ACL,” ujar pria 55 tahun ini.
PT Adiperkasa inilah yang kelak merencanakan produksi massal Esemka dengan mendirikan sebuah pabrik perakitan di Boyolali. Ia juga menggandeng PT Geely Mobil Indonesia, produsen mobil asal Cina, untuk menambah fasilitas perakitan dengan mengincar lahan milk Geely di Cileungsi, Jawa Barat. Presiden Direktur Geely Indonesia, Hosea Sanjaya, juga direkrut menjadi direktur pelaksana.
Saat ini, menurut Martono, prototipe-prototipe Esemka sedang berjalan di pabrik Boyolali. Ia memperkirakan sudah ada 500 contoh produk di pabrik tersebut.
Martono sebagai pengajar sekaligus pegawai negeri sipil berkata tidak terlibat langsung dalam manajemen perusahaan, melainkan mendukungnya dalam bentuk penguatan sumber daya manusia, mengirimkan siswa lulusan terbaik dari SMK tempatnya mengejar demi memenuhi kompetensi pekerja yang dibutuhkan industri.
Betapapun ada klaim bahwa pabrik masih terus mengembangkan prototipe Esemka, tapi saat saya datang ke Boyolali, belum ada aktivitas pekerjaan skala besar.
Begitupun saat reporter Tirto mendatangi pabrik perakitan di Cileungsi. Pelang bertuliskan PT Adiperkasa Citra Esemka Hero sudah dilepas. Seorang satpam di sana berkata lokasi ini hanya gudang penyimpanan mobil Geely; tidak ada aktivitas produksi mobil Esemka.
Baca juga artikel terkait ESEMKA atau tulisan menarik lainnya Irwan Syambudi