Momennya terjadi pada acara penganugerahan khusus di Scheveningen untuk menghargai segala kontribusinya.
"Awalnya, saya berpikir untuk rihat (sebagai pelatih), tapi kini saya tidak berpikir untuk kembali melatih. Banyak hal yang terjadi dengan keluarga saya," kata sang meneer kepada Telegraaf.
Van Gaal tak melatih tim mana pun sejak dipecat Manchester United pada akhir musim lalu.
Setelahnya, ia sempat menerima tawaran megakontrak dari sebuah klub asal Benua Asia dengan iming-iming gaji 44 juta pounds (Rp 707,7 miliar) untuk tiga musim!
Akan tetapi, Van Gaal menolaknya.
"Saya bisa saja pergi, tetapi saya masih berada di sini," kata pria bernama lengkap Aloysius Paulus Maria van Gaal ini.
Dengan demikian, berakhirlah petualangan Van Gaal selama tiga dekade di balik kemudi pelatih. Ia mulai bersentuhan dengan papan strategi tim sejak menjadi asisten manajer di AZ Alkmaar pada 1986-1988.
Selanjutnya, Van Gaal menimba ilmu di mantan klubnya, Ajax Amsterdam, masih sebagai tangan kanan pelatih. Baru pada 1991-1997 dia menjabat pelatih tim utama di Ajax.
Baca Juga:
- Simone Zaza dan Kuburan Striker Italia di Valencia
- Terbaik dan Terburuk di Kompetisi Top Eropa Akhir Pekan Kemarin
- Tontowi/Gloria Mulai dari Nol Lagi
Nama Van Gaal kemudian meroket di kancah sepak bola Eropa dengan menukangi FC Barcelona (1997-2000), AZ (2005-2009), FC Bayern Muenchen (2012-2014), dan Man United (2014-2016).
Ia juga berada di balik kemudi timnas Belanda pada dua periode (2000-2002, 2012-2014). Pencapaian terbaik buat negaranya adalah mencapai peringkat ketiga di Piala Dunia 2014.
Meski kariernya kerap diwarnai kontroversi dan kritik tajam, Van Gaal punya rekor spesial. Dia selalu mempersembahkan minimal satu trofi buat klub yang dipolesnya.
Total, Van Gaal meraih 20 trofi di berbagai ajang kompetitif, termasuk Liga Champions 1994-1995 bagi Ajax. Gelar terakhirnya ialah Piala FA 2015-2016 untuk Manchester United.