Home
/
Travel

‘Men-digitalisasi’-Kan Pariwisata Indonesia

‘Men-digitalisasi’-Kan Pariwisata Indonesia

Susetyo Prihadi15 December 2017
Bagikan :

Pariwisata Indonesia terus bertumbuh dari tahun ke tahun. Di era Presiden Joko Widodo, industri ini memang menjadi salah satu perhatian khusus untuk mendatang pundi-pundi keuangan bagi negara.

Mengutip data dari Telegraph, bahwa Indonesia merupakan top 20 fastest growing travel destination in the world mengalahkan Malaysia, Singapura, dan Thailand.

“Bangsa ini sangat yakin bisa bersaing di sektor pariwisata. Karena kalau di pertanian saya nggak percaya mengalahkan Thailand. Manufaktur pun demikian yang bisa mengalahkan China,” ujar Menteri Pariwisata Indonesia Arief Yahya, di Seminar Digitalizing Wonderful Indonesia yang digelar oleh IndoTelko Forum.

Arief Yahya sedikit memberikan bocoran, bahwa dahulu dia sebenarnya ikut fit and propert test untuk Menteri BUMN, namun Jokowi memilihnya menjadi Menpar. Dan dia merasa beruntung bisa di posisi tersebut.

“Saya memasukkan pariwisata sebagai core business-nya republik ini. Kalau tidak dimasukkan saya mundur, karena sebelumnya Kemenpar itu tidak dianggap,” ingatnya.

Hasil buah kerja keras mantan Direktur Utama Telkom Indonesia ini pun berbuah manis. Akhirnya 2015 masuk leading sector atau sektor unggulan.

Bahkan, setiap tahun RKP atau government annual book plan sektor pariwasata selalu masuk dari tahun 2015 sampai 2018.

Preview

Di bawah arahan Arief Yahya, memang harus diakui, pertumbuhan jumlah turisme di Indonesia naik menjadi 24 persen.

Bandingkan dengan negara ASEAN lainnya seperti Malaysia yang tumbuh 0,87 persen, Singapura 3,83 persen, dan Thailand 6,69 persen. Indonesia hanya kalah dengan Thailand yang melesat 25,5 persen.

Mengapa turisme Indonesia bisa tumbuh 24 persen, karena hitungan pertumbuhan tersebut termasuk besar bagi ukuran suatu negara. Arief Yahya menjawab, karena kita go digital.

“Pertama saya jadi Menteri adalah Go Digital. Karena sekarang terjadi revolusi, kalau tidak ikut maka akan mati. Kalau ikut memang akan turun tetapi selamat,” tambahnya.

Menurut dia, 70 persen orang di dunia search dan share menggunakan digital. Lifestyle sudah semakin personal, mobile, dan interaktif. Sedangkan sisanya 30 persen, kebanyakan diisi oleh orang tua.

Preview

Sekarang smeuanya sudah digital. Mulai dari Telko yang bisa dibuktikan oleh Google, FBm Whatsapp. Lalu di transportasi muncul Uber, LCC, Gojek sebagai sharing economy. Awalnya muncul penolakan dari incumbent melalui demo besar.

Namun penolakan itu luntur karena customer minta yang lebih mudah, lebih banyak, dengan harga lebih murah. You get more, you pay less.

Lalu kalau tourism juga terjadi digabungkan dengan digital maka muncul Tripadvisor, Traveloka, Travelio ada juga Airbnb.

 “Digital Tourism Revolution is Natural Revolusion. Itu yang selalu saya kataka,” tegas Arief.

“Yang akan resisten terhadap digitalisasi adalah incumbent. Kalau di Telko itu Telkom. Kalau nggak ikut seluler, maka Telkom sudah mati dari fix atau home services ke seluler. Kalau Telkom ga masuk ke Internet, maka Telkom bisa mati. Kalau dia ikut, hanya akan turun RPN nya. Saya jamin kalau tidak masuk maka akan mati,” sebutnya.

“Excess capacity akan menimbulkan affordability atau keterjangkauan,” tandasnya.

populerRelated Article