Home
/
News
Menanamkan Revolusi Mental Sejak Dini
Trisno Heriyanto31 October 2016
Bagikan :
Dalam rangka ulang tahunnya yang keempat, Komunitas Jendela Jakarta berkerjasama dengan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia dan mitra terkait lainnya mempersembahkan Festival Bocah Cilik yang diadakan Minggu (30/10) bertempat di Bumi Perkemahan dan Taman Wisata Cibubur.
Festival Bocah Cilik hadir sebagai wadah mengenalkan kembali anak dengan permainan tradisional yang efektif untuk mempertemukan anak-anak sehingga melatih kemampuan interaksi sosial. Dibuka oleh penampilan Polisi Cilik binaan Daihatsu yang sangat mahir dalam hal baris berbaris semakin menambah semangat,antusiasme para peserta serta keseruan di lokasi acara.
Para peserta berasal dari komunitas baca perpustakaan di Jakarta, komunitas anak, para pelajar,dan masyarakat umum dengan rata-rata umur lima hingga dua belas tahun.
Festival ini terdiri dari rangkaian kegiatan yang edukatif, menarik dan tema besar Revolusi Mental mulai sejak dini. Setelah pemuka awal, acara dilanjutkan dengan Talk Show : Revolusi Mental yang menghadirkan nara sumber Deputi Bidang Koordinasi Kebudayaan Kemenko PMK, Haswan Yunaz, Kak Taufan dari Komunitas Jendela serta Kang Umamdari Kompas.
Haswan Yunaz menyampaikan Gerakan Nasional Revolusi Mental berawal dengan keinginan berubah, perubahan cara berpikir, cara bersikap, cara berperilaku menjadi pribadi dengan ciri berintegritas tinggi, etos kerja yang baik, dan gotong royong.
“Ciri dari mereka yang berevolusi mental itu, pertama, dia memiliki integritas yang tinggi, dapat dipercaya, jujur, memiliki rasa hormat yang tinggi serta di senangi oleh teman-temannya. Yang kedua adalah etos kerja yang baik. Maksudnya adalah semangat belajarnya tinggi dan pantang menyerah. Ciri yang terakhir adalah mampu bergotong royong, bekerjasama untuk kebaikan bersama pula,” tambahnya.
Di sela-sela talk show, Haswan menanyakan kepada adik-adik peserta yang berumur 5 hingga 12 tahun ini tentang ingin menjadi apa mereka di masa yang akan datang.
“Siapa yang maujadi pemimpin di masa depan? Ingin jadi presiden? Mau jadi menteri? Mau jadi insinyur? Mau jadi dokter? Mau jadi pengusaha?,” tanya Haswan.
Sontak mereka menjawab dengan penuh semangat, “Saya, saya, saya.”
Haswan kembali melanjutkan bahwa semua yang mereka cita-citakan itu harus diwujudkan, siapa yang bermimpi dan berani bermimpi, dia pasti bisa mengerjakan dan mencapainya.
“Siapa yang bermimpi, berarti itu satu petunjuk bahwa dia bisa mencapai mimpinya, maka dari itu adik-adik harus bermimpi setinggi langit,” tambahnya.
Kak Taufandari Komunitas Jendela melanjutkan bahwa Revolusi Mental mudah untuk dilakukan dan dapat dimulai dari membaca buku “Dengan baca buku, kita akan banyak ilmu, dengan banyak ilmu kita bisa menilai untuk merubah diri kita, keluarga kita hingga bangsa kitamenjadi lebih baik lagi. Kita harus berbuat apa pun yang baik untuk sesama,” tambahnya.
Harapan dari ketiga nara sumber adalah anak-anak Indonesia ini tumbuh menjadi agen perubahan yang menjunjung tinggi nilai revolusi mental yaitu integritas, kerja keras dan gotong royong dan menjadi generasi yang berjuang menjadikan Indonesia menjadi lebih baik.
Anak-anak selama acara hingga selesai diajak untuk tidak nyampah atau membuang sampah sembarangan, karena membuang sampah pada tempatnya merupakan praktik-praktik dari semangat revolusi mental.
Pribadi yang revolusi mental harus memahami dan menghargai hak dan kewajiban untuk menjaga kebersihan dan tertib berlalu lintas. Jadi kalo dia menyebrang di tempat penyeberangan dan kalo ada yang butuh bimbingan menyeberang siap membantu. Itulah revolusi mental.
Selain talk show interaktif mengenai revolusi mental. Festival Bocah Cilik juga mempunyai acara-acara yang tidak kalah serunya, seperti Dolanan Tradisional, Lomba Mewarnai, Lomba Fashion Show, Lomba Puzzle, Mendongeng, Workshop Layang-layang, Workshop Membatik. Tak ketinggalan juga Pameran Foto Jendela serta Daur Ulang Sampah.
Festival Bocah Cilik hadir sebagai wadah mengenalkan kembali anak dengan permainan tradisional yang efektif untuk mempertemukan anak-anak sehingga melatih kemampuan interaksi sosial. Dibuka oleh penampilan Polisi Cilik binaan Daihatsu yang sangat mahir dalam hal baris berbaris semakin menambah semangat,antusiasme para peserta serta keseruan di lokasi acara.
Para peserta berasal dari komunitas baca perpustakaan di Jakarta, komunitas anak, para pelajar,dan masyarakat umum dengan rata-rata umur lima hingga dua belas tahun.
Festival ini terdiri dari rangkaian kegiatan yang edukatif, menarik dan tema besar Revolusi Mental mulai sejak dini. Setelah pemuka awal, acara dilanjutkan dengan Talk Show : Revolusi Mental yang menghadirkan nara sumber Deputi Bidang Koordinasi Kebudayaan Kemenko PMK, Haswan Yunaz, Kak Taufan dari Komunitas Jendela serta Kang Umamdari Kompas.
Haswan Yunaz menyampaikan Gerakan Nasional Revolusi Mental berawal dengan keinginan berubah, perubahan cara berpikir, cara bersikap, cara berperilaku menjadi pribadi dengan ciri berintegritas tinggi, etos kerja yang baik, dan gotong royong.
“Ciri dari mereka yang berevolusi mental itu, pertama, dia memiliki integritas yang tinggi, dapat dipercaya, jujur, memiliki rasa hormat yang tinggi serta di senangi oleh teman-temannya. Yang kedua adalah etos kerja yang baik. Maksudnya adalah semangat belajarnya tinggi dan pantang menyerah. Ciri yang terakhir adalah mampu bergotong royong, bekerjasama untuk kebaikan bersama pula,” tambahnya.
Di sela-sela talk show, Haswan menanyakan kepada adik-adik peserta yang berumur 5 hingga 12 tahun ini tentang ingin menjadi apa mereka di masa yang akan datang.
“Siapa yang maujadi pemimpin di masa depan? Ingin jadi presiden? Mau jadi menteri? Mau jadi insinyur? Mau jadi dokter? Mau jadi pengusaha?,” tanya Haswan.
Sontak mereka menjawab dengan penuh semangat, “Saya, saya, saya.”
Haswan kembali melanjutkan bahwa semua yang mereka cita-citakan itu harus diwujudkan, siapa yang bermimpi dan berani bermimpi, dia pasti bisa mengerjakan dan mencapainya.
“Siapa yang bermimpi, berarti itu satu petunjuk bahwa dia bisa mencapai mimpinya, maka dari itu adik-adik harus bermimpi setinggi langit,” tambahnya.
Kak Taufandari Komunitas Jendela melanjutkan bahwa Revolusi Mental mudah untuk dilakukan dan dapat dimulai dari membaca buku “Dengan baca buku, kita akan banyak ilmu, dengan banyak ilmu kita bisa menilai untuk merubah diri kita, keluarga kita hingga bangsa kitamenjadi lebih baik lagi. Kita harus berbuat apa pun yang baik untuk sesama,” tambahnya.
Harapan dari ketiga nara sumber adalah anak-anak Indonesia ini tumbuh menjadi agen perubahan yang menjunjung tinggi nilai revolusi mental yaitu integritas, kerja keras dan gotong royong dan menjadi generasi yang berjuang menjadikan Indonesia menjadi lebih baik.
Anak-anak selama acara hingga selesai diajak untuk tidak nyampah atau membuang sampah sembarangan, karena membuang sampah pada tempatnya merupakan praktik-praktik dari semangat revolusi mental.
Pribadi yang revolusi mental harus memahami dan menghargai hak dan kewajiban untuk menjaga kebersihan dan tertib berlalu lintas. Jadi kalo dia menyebrang di tempat penyeberangan dan kalo ada yang butuh bimbingan menyeberang siap membantu. Itulah revolusi mental.
Selain talk show interaktif mengenai revolusi mental. Festival Bocah Cilik juga mempunyai acara-acara yang tidak kalah serunya, seperti Dolanan Tradisional, Lomba Mewarnai, Lomba Fashion Show, Lomba Puzzle, Mendongeng, Workshop Layang-layang, Workshop Membatik. Tak ketinggalan juga Pameran Foto Jendela serta Daur Ulang Sampah.
Sponsored
Review
Related Article