Kembali ke Uzone News Portal

icon-category Games

Menanti PES di eSports SEA Games 2019

  • 03 Dec 2018 WIB
  • Bagikan :
    Menanti PES di eSports SEA Games 2019

    eSports, si olahraga elektronik yang panggungnya berupa video game, resmi masuk sebagai salah satu cabang olahraga (cabor) multiajang terbesar se-Asia Tenggara: SEA Games 2019. Sebagai olahraga asah otak, eSports sudah lebih dulu menjadi pertandingan ekshibisi Asian Games 2018 di Jakarta.

    Pada akhir Agustus hingga awal September itu, medali yang didapat para pemain tidak masuk perhitungan ke klasemen. Saat itu, para atlet cabor elektronik ini menggigit emas, perak, dan perunggunya untuk unjuk taji. Mencoba membuktikan bahwa eSports patut dipertandingkan di ajang olahraga, sama seperti olahraga 'berkeringat' lainnya.

    Maka, ketika nantinya bukan hanya sebagai hiburan, laga uji coba, atau segala embel-embel tak resmi lain, debut pertandingan eSports di SEA Games 2019 begitu dinantikan para pemainnya. Aksi mereka di depan layar terutama bagi yang mempersembahkan emas, akan sangat berarti bagi negara masing-masing.

    Namun, hingga 15 Desember 2018, komunitas game harus bersabar. Saat ini, Philippines South East Asian Games Organizing Committee (PhilSGOC) sebagai panitia pelaksana SEA Games 2019 baru memastikan satu nama yakni Mobile Legends: Bang Bang yang akan dipertandingkan.

    Pun dalam konferensi pers Ketua PhilSGOC, Alan Peter Cayetano, di Pasay City pekan lalu, tidak disebut berapa game yang masuk dalam daftar eSports SEA Games 2019. Dilansir ESPN, perusahaan Razer sebagai sponsor resmi sendiri yakin SEA Games di Filipina nanti bisa menunjukkan kekuatan eSports Asia Tenggara kepada dunia.

     

     

    Pertanyaan berikutnya, game apa saja yang nantinya ditunjuk sebagai ikon dari Asia Tenggara itu? Salah satu yang mengincar tempat di Filipina, adalah Pro Evolution Soccer (PES). Di Asian Games 2018, game sepak bola ini dipertandingkan lima game lain yakni Arena of Valor, Clash Royale, Hearthstone, League of Legends, dan Starcraft II.

    Dari genrenya, PES punya nilai tambah sebagai game olahraga. Game 'si kulit bundar' legendaris ini memang mengusung ide serunya menggocek bola lewat gawai, termasuk menerapkan strategi yang sama seperti di lapangan hijau ke gerakan pesepak bola di layar. Sepak pojok, tendangan penalti, hingga trik-trik khas pemain bola ikut tersaji di PES. Bedanya, kepiawaian di PES diracik lewat otak dan ditampilkan dengan kelincahan menggerakkan jari tangan.

    Untuk itu, Founder Liga1PES Indonesia, Valentinus Sanusi, berharap PES bisa dipertandingkan di SEA Games 2019. Meski Agustus lalu skuat Indonesia tidak mendapat medali, pria yang akrab disapa Koh Valen ini mengatakan bahwa geliat PES di level Asia Tenggara begitu kuat.

    "Saya tidak mau berspekulasi karena belum tahu PES masuk atau tidak (di SEA Games 2019, red). Tapi secara komunitas PES sekarang, kami yakin bisa berbicara banyak di level Asia Tenggara," kata Valentinus kepada kumparanSPORT, Senin (3/12/2018).

    "Untuk Asia Tenggara, PES berkembang dan aktif hampir di semua negaranya, termasuk Indonesia. Tahun 2018 banyak gelaran eSports mulai PES League sia 2v2, Asian Games, hingga Thai E-League Pro," imbuhnya.

    Meski begitu, Koh Valen mengatakan PES sendiri kurang diunggulkan di komunitas eSports Filipina selaku tuan rumah. Hal itu, memposisikan PES dalam situasi yang sulit. Namun, dia yang mewakili komunitas se-Tanah Air ini mengaku akan berusaha agar PES masuk SEA Games 2019.

    "Pasti akan kami perjuangkan lewat Asosiasi eSports Indonesia (IeSPA) dan komunikasi dengan pihak Konami sebagai developer yang punya game," ujarnya.

     

     

    Berbicara soal peluang medali eSports di SEA Games, PES Indonesia juga tengah memperkuat amunisinya. Salah satu pemain Indonesia, Adyatma Priady alias Adhie Q-wa, berhasil menjadi satu-satunya pemain PES yang direkrut klub sepak bola asing, kali ini adalah PT Prachuap FC asal Thailand. 

    Pemain berusia 27 tahun asal Tenggarong ini akan berkompetisi di Thai E-League Pro. Disebut Liga1PES, prestasi Q-wa menjadi langkah awal sekaligus membuka gerbang bagi para atlet PES Indonesia lain untuk menajamkan asa di panggung yang lebih tinggi. Beberapa pemain andal lain asal Vietnam, Malaysia, hingga Myanmar ikut meningkatkan level kompetisi.

    Q-wa sendiri sebelumnya mengamankan tempat ketiga di PES Super Cup 2018 di Beijing, China, Juli lalu. Dalam gelaran Razer Liga1PES Indonesia musim ini, dia menjadi runner-up. Sayangnya, eSports sendiri sebagai cabor agaknya sulit dibawa ke Olimpiade. Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC), Thomas Bach, mengatakan beberapa game menampilkan kekerasan. Sebelum unsur tersebut dihilangkan, tak ada peluang bagi eSports untuk masuk ke panggung multiajang olahraga terbesar di dunia itu.

    "Tak ada program di Olimpiade yang mempromosikan adegan kekerasan, diskriminasi, atau game bunuh-bunuhan. Itu, dalam sudut pandang kami, bertentangan dengan nilai Olimpiade dan tentu tidak bisa diterima," ujar Bach dilansir Independent pada 4 September 2018.

    "Tentu saja setiap olahraga bela diri punya akar dari pertarungan asli. Tapi olahraga adalah versi yang lebih beradab. Jika ada game yang menampilkan adegan membunuh orang lain, hal itu tidak sejalan dengan prinsip Olimpiade," katanya.

    Well, hal tersebut tidak menutup ambisi para pemain PES si game sepak bolak elektronik untuk mengharumkan negara. Setidaknya, mereka ingin membuktikan diri ketika eSports mendapat kesempatan bertanding secara resmi dan memperebutkan emas di klasemen SEA Games 2019 Filipina. Apalagi, "Genre PES itu olahraga banget," ujar Valentinus. 

     

    Beli voucher games yang mudah dan murah di uzone store

    Bantu kami agar dapat mengenal kalian lebih baik dengan mengisi survei di sini