Home
/
Health

Mendeteksi Gejala HIV & AIDS sesuai dengan Stadiumnya

Mendeteksi Gejala HIV & AIDS sesuai dengan Stadiumnya
dr. Maizan Khairun Nissa21 March 2017
Bagikan :

HIV dan AIDS adalah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Banyak orang yang belum bisa membedakan bahwa HIV dan AIDS, padahal kedua hal ini adalah dua penyakit yang berbeda.

HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh manusia, seperti sel T4 CD4+ makrofag dan sel dendritik.

HIV merusak sel kekebalan tubuh secara langsung dan tidak langsung, padahal sel tersebut sangat dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Pada fase ini, penderita bisa saja tidak menunjukkan gejala atau memperlihatkan gejala ringan.

Sedangkan AIDS merupakan singkatan dari Aquired Immune Deficiency Syndrome. Syndrome berarti kumpulan gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit. deficiency berarti kekurangan, immune berarti kekebalan, dan acquired berarti diperoleh atau didapat, dalam hal ini “diperoleh” mempunyai pengertian bahwa AIDS bukanlah penyakit keturunan.

Seseorang menderita AIDS bukan karena ia keturunan dari penderita AIDS, tetapi karena ia terjangkit atau terinfeksi virus penyebab AIDS. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.

Ada beberapa tahapan infeksi HIV hingga seseorang menjadi AIDS. WHO membaginya sesuai gejala klinis dan beberapa tes pemeriksaan yang dilakukan dokter. Apa saja tahap infeksinya? Yuk ikuti penjelasan berikut ini.

Gejala awal HIV

Gejala awal adalah gejalayang terjadi beberapa minggu setelah seseorang terpapar oleh virus HIV. Biasanya berlangsung 3-6 minggu, dan terjadi paling lama 3 bulan setelah virus tersebut masuk ke tubuh melalui beberapa cara, misalnya tertusuk jarum setelah dipakai penderita HIV atau berhubungan sex dengan penderita HIV. Gejalanya dapat serupa dengan gejala sakit flu, yaitu:

  • Demam
  • Nyeri menelan
  • Batuk
  • Lemas dan merasa tidak enak badan
  • Diare
  • Pembesaran kelenjar getah bening

Gejala-gejala tersebut berlangsung beberapa hari, kemudian sembuh spontan walaupun tanpa pengobatan. Pada saat ini, penderita sudah mulai dapat menularkan penyakitnya ke orang lain.

Gejala HIV stadium I

Stadium 1 adalah fase di mana gejala awal sudah mulai hilang, disebut sebagai infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS. Pada tahap ini, pengidap HIV akan terlihat normal, seperti orang sehat biasa pada umumnya, sehingga banyak yang tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi oleh virus HIV. Periode tanpa gejala dapat terjadi bertahun-tahun, bisa 5-10 tahun tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Rata-rata, para penderita HIV akan berada di stadium ini selama 7 tahun.

Pada stadium ini, penderita tidak menunjukkan gejala, dan kalau pun ada gejala, hanya berupa pembesaran kelenjar getah bening di berbagai bagian tubuh penderita, misalnya leher, ketiak, dan lipatan paha.

Gejala HIV stadium II

Pada stadium ini, daya tahan tubuh sudah mulai turun. Virus menunjukkan aktivitasnya pada daerah yang memiliki membran mukosa kecil. Gejalanya beragam, dan masih belum khas. Biasanya hal ini terjadi pada pasien yang memiliki gaya hidup tidak berisiko tinggi dan masih belum mengetahui bahwa dirinya sudah terinfeksi. Akibatnya, mereka tidak melakukan pemeriksaan darah dan otomatis tidak memperoleh pengobatan dini untuk mencegah percepatan masuk ke stadium infeksi HIV berikutnya. Gejalanya berupa:

  1. Penurunan berat badan kurang dari 10% dari perkiraan berat badan sebelum terkena penyakit, yang tidak diketahui penyebabnya. Penderita tidak dalam diet atau pengobatan yang dapat menurunkan berat badan.
  2. Infeksi saluran napas atas yang sering kambuh, seperti: sinusitis, bronkhitis, radang telinga tengah (otitis media), radang tenggorokan (faringitis).
  3. Herpes zoster yang berulang dalam 5 tahun.
  4. Radang pada mulut dan stomatitis (sariawan) yang berulang.
  5. Gatal pada kulit (papular pruritic eruption).
  6. Dermatitis seboroik yang ditandai ketombe luas yang tiba-tiba muncul.
  7. Infeksi jamur pada kuku dan jari-jari.

Gejala HIV stadium III

Fase ini disebut fase simptomatik, yang sudah ditandai dengan adanya gejala-gejala infeksi primer. Gejala yang timbul pada stadium III ini cukup khas sehingga kita bisa mengarah pada dugaan diagnosis infeksi HIV/AIDS. Penderita biasanya lemah dan menghabiskan waktu 50% di tempat tidur. Namun, diperlukan pemeriksaan darah untuk menegakkan diagnosis dengan tepat. Rentang waktu dari stadium III menuju AIDS rata-rata 3 tahun. Gejala pada stadium III antara lain:

  1. Penurunan berat badan lebih dari 10% dari perkiraan berat badan sebelumnya tanpa penyebab yang jelas.
  2. Mencret-mencret (diare) kronis yang tidak jelas penyebabnya lebih dari 1 bulan.
  3. Demam yang terus menerus atau hilang timbul selama lebih dari 1 bulan yang tidak jelas penyebabnya.
  4. Infeksi jamur di mulut (candidiasis oral).
  5. Oral hairy leukoplakia.
  6. Tuberkulosis paru yang terdiagnosis 2 tahun terakhir.
  7. Radang mulut akut nekrotik, ginggivitis (radang gusi), periodontitis yang berulang dan tidak kunjung sembuh.
  8. Hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan turunnya sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.

Gejala HIV stadium IV

Stadium ini disebut juga stadium AIDS, ditandai secara fisik dengan munculnya pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh dan selanjutnya muncul beberapa infeksi oportunistik. Pada umumnya, kondisi tubuh sangat lemah dengan aktivitas di tempat tidur di atas 50%. Fase ini adalah fase akhir dan biasanya bercirikan suatu jumlah CD4 yang kurang dari 200. Gejalanya antara lain:

  1. HIV wasting syndrome, di mana penderita menjadi kurus kering dan tidak bertenaga.
  2. Pneumonia pneumocystis: batuk kering, sesak yang progresif, demam, dan kelelahan berat. 
  3. Infeksi bakteri yang berat seperti infeksi paru (pneumonia, emfisema, pyomyositis), infeksi sendi dan tulang dan radang otak (meningitis).
  4. Infeksi herpes simplex kronis (lebih dari 1 bulan).
  5. Penyakit tuberkulosis di luar paru, misalnya tuberkulosis kelenjar.
  6. Kandidiasis esofagus yaitu infeksi jamur di kerongkongan yang membuat penderita sangat sulit untuk makan.
  7. Sarkoma Kaposi.
  8. Toxoplasmosis cerebral yaitu infeksi toksoplasma di otak yang dapat menyebabkan abses/borok otak.
  9. Encephalophaty HIV, keadaan di mana penderita sudah mengalami penurunan dan perubahan kesadaran.

Apakah orang yang AIDS akan langsung meninggal?

Jawabannya tidak. Jumlah limposit CD4+ dapat ditingkatkan dan dijaga dalam batas aman. Ya, tentu dengan cara hidup sehat, hindari sumber infeksi dan penyakit, serta mengonsumsi obat ARV secara rutin.

BACA JUGA:

The post Mendeteksi Gejala HIV & AIDS Sesuai Dengan Stadiumnya appeared first on Hello Sehat.

populerRelated Article