Meneropong metaNesia, Seberapa Penting Ada di Indonesia?
Kolom oleh: Direktur Digital Business Telkom Indonesia, M. Fajrin Rasyid.
Uzone.id – Metaverse masih jadi sorotan, bahkan tampaknya masih terus demikian sampai dunia ini benar-benar mensinergikan antara real world dan virtual world secara efektif. Di Indonesia sendiri ada metaNesia, dunia metaverse yang dikembangkan Telkom Indonesia.Namanya menarik: metaNesia. Seperti gabungan “metaverse” dan “Indonesia”. Mudah diingat juga. Di dalamnya menyuguhkan berbagai aktivitas interaktif untuk memberikan pengalaman virtual tanpa batas dengan bantuan teknologi AI.
metaNesia pun punya beberapa produk, seperti metaNesia Land, metaNesia Concert, metaNesia Mall, hingga Merchnesia NFT. ‘Dunia’ ini bisa diakses melalui aplikasi yang dapat diunduh di perangkat Windows dan Mac.
Bagi masyarakat yang melek dengan dunia dan perkembangan teknologi, besar kemungkinan mereka akan menyambut positif kehadiran metaNesia — bahkan mencobanya langsung.
Baca juga: Telkom Boyong Metaverse metaNesia ke Turnamen eSports di Bali
Namun, bagi masyarakat Indonesia yang tinggal di pinggiran kota besar, atau bahkan daerah terpencil, jangankan metaverse, penetrasi smartphone saja belum terlalu merata. Lalu, muncul pertanyaan, sebenarnya dunia metaverse seperti metaNesia ini hadir untuk apa?
Metaverse ini sendiri dapat dianalogikan sebagai sebuah platform atau channel, di mana kesuksesannya bergantung dari seberapa menarik use case yang dibangun di atasnya.
Sebagai contoh, smartphone dibeli oleh masyarakat tidak hanya karena berfungsi untuk menelepon, tetapi juga karena ada aplikasi-aplikasi yang menarik minat masyarakat seperti aplikasi media sosial, streaming, chatting, dan lain sebagainya.
Demikian pula untuk metaverse. Platform metaverse akan berhasil ketika menghadirkan aplikasi-aplikasi yang digandrungi oleh masyarakat. Itulah sebabnya, metaNesia sering mendengungkan soal ekosistem.
MetaNesia percaya bahwa diperlukan kerjasama sinergis antara pihak-pihak lain seperti pemilik brand, pengembang aplikasi, dan lain sebagainya. Itu juga mengapa di peluncuran metaNesia beberapa waktu lalu, beberapa pihak lain turut digandeng seperti BUMN (Biofarma, Perhutani), Swasta (Honda), serta para UMKM yang membuat desain baju dan produk lainnya.
Baca juga: Free Ongkir Bagai Buah Simalakama E-commerce?
Dalam waktu dekat, akan lebih banyak lagi brand yang bergabung di sini. Bagi pemilik brand, metaNesia menambah channel dalam berinteraksi dengan pelanggan. Masyarakat khususnya Gen Z yang terbiasa dengan aplikasi VR akan dapat terhubung dengan brand-brand tersebut melalui metaNesia, misalnya melalui use case bertanya kepada customer service atau pakar.
Terakhir, saat ini memang device berupa headset/kacamata VR belum terlalu disukai oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari salah satu riset yang menyebutkan kalau device tersebut jarang sekali digunakan oleh pemiliknya karena belum terlalu nyaman untuk digunakan dalam waktu lama.
Itu sebabnya, metaNesia dapat juga diakses melalui device lain selain headset/kacamata VR, misalnya melalui aplikasi Windows, aplikasi Mac, maupun aplikasi Android. Hal ini untuk menjawab agar platform ini dapat menjangkau lebih banyak lagi lapisan masyarakat. Dengan begitu, masyarakat tidak lagi tertinggal dalam mengakses teknologi terbaru ini.