Home
/
Digilife

Mengenal CrowdStrike, Software yang Tumbangkan Jutaan PC Windows

Mengenal CrowdStrike, Software yang Tumbangkan Jutaan PC Windows
Vina Insyani23 July 2024
Bagikan :

Uzone.id — Hanya 1 persen PC atau 8,5 juta PC Windows yang terkena masalah Blue Screen of Death (BSOD) di seluruh dunia, tapi jumlah tersebut berhasill membuat jadwal penerbangan dibatalkan, layanan kesehatan lumpuh, sistem pembayaran kembali ke manual dan masih banyak lagi efeknya.

Gangguan ini terjadi pada Jumat, (19/07) dimana asal mula gangguan ini berasal dari pembaruan perangkat lunak Falcon Sensor dari CrowdStrike, dimana terdapat bug yang menyebabkan sistem operasi Windows pada akhirnya mengalami BSOD.

Hingga saat ini, Microsoft dan CrowdStrike terus melakukan update mengenai pemulihan gangguan ini. Nah, bagi yang belum tahu apa itu CrowdStrike, yuk kita bahas secara singkat berikut ini.

Dimulai dengan apa itu CrowdStrike?

Perusahaan ini didirikan oleh George Kurtz, Dmitri Alperovitch dan Gregg Marston pada tahun 2011 dan berbasis di Austin, Texas, Amerika Serikat.

CrowdStrike merupakan perusahaan keamanan siber yang menawarkan layanan keamanan menggunakan perangkat lunak berbasis cloud. CrowdStrike sendiri banyak digunakan oleh perusahaan besar, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, bahkan organisasi militer.

Mereka memiliki tugas untuk membantu perusahaan mengelola keamanan IT mereka sekaligus melindungi dari berbagai ancaman siber seperti malware dan ransomware.

Berapa banyak konsumen dan klien CrowdStrike?

Melansir dari situs resmi CrowdStrike, perusahaan ini sudah memiliki 29 ribu konsumen dari seluruh dunia, termasuk beberapa perusahaan besar di Amerika Serikat. Mereka juga mengklaim bekerja sama dengan lebih dari 500 perusahaan yang masuk Fortune 1000.

Dengan jumlah konsumen tersebut, CrowdStrike memang jadi salah satu software keamanan siber yang paling banyak diandalkan berkat berbagai teknologinya. Apalagi mereka punya pengalaman di dunia siber, salah satunya ketika mereka membantu menginvestigasi serangan siber yang menimpa Sony Pictures di 2014 dan bekerja sama untuk menangani serangan siber yang terjadi di lingkungan Democratic National Committee oleh hacker Rusia.

CrowdStrike sampai saat ini memiliki total 7925 karyawan di seluruh dunia. Perusahaan keamanan siber ini terus berjaya dengan nilai pasar mencapai USD83 miliar atau sekitar Rp1.345 triliun.

Sayangnya, karena insiden BSOD yang menyebabkan 8,5 juta PC Windows di seluruh dunia tumbang, saham CrowdStrike diketahui menyusut hingga 13 persen, per Selasa, (23/07).

Seberapa besar dampak gangguan BSOD karena CrowdStrike?

Di Singapura, Bandara Changi yang merupakan salah satu bandara paling sibuk di dunia harus melakukan sistem check-in secara manual akibat gangguan ini. Selanjutnya, di India, Akasa Airlines dan Spicejet mengalami isu teknis yang berdampak pada layanan daring mereka, salah satunya adalah sistem booking dan check-in.

Lebih parah lagi, layanan kereta di Washington DC diberhentikan sementara karena adanya gangguan IT tersebut. Salah satu siaran TV di Inggris, Sky News juga terdampak dan tidak bisa menayangkan buletin pagi mereka.

Beberapa penerbangan seperti Scoot, AirAsia, Jetstar, dan Cebu Pacific jadi beberapa maskapai penerbangan yang terdampak. Tak hanya itu, di Amerika Serikat, pusat pengobatan dan rumah sakit mengalami gangguan serupa. Tercatat ada 15.000 server yang terdampak, dan menyebabkan jadwal operasi di 50 rumah sakit lokal tertunda. Pengobatan lain seperti tes MRI, CT Scan dan tes lab juga ikut terdampak.

Lalu, bagaimana tindakan Microsoft dan CrowdStrike saat ini?

Microsoft dan CrowdStrike pun dengan cepat melakukan perbaikan pada sistem operasi yang mengalami gangguan. Dalam keterangan yang dibagikan oleh Microsoft, perusahaan keamanan siber independen, CrowdStrike, merilis pembaruan  perangkat lunak yang kemudian mulai mempengaruhi sistem TI secara global.

“Kami menyadari masalah ini telah menyebabkan gangguan bagi bisnis dan rutinitas harian banyak orang. Fokus kami adalah menyediakan panduan dan dukungan teknis bagi pelanggan untuk mengembalikan sistem yang terganggu secara aman,” tambah Weston.

Microsoft sejauh ini telah melakukan beberapa upaya termasuk mendukung langkah Crowdstrike untuk segera mencari solusi perbaikan, menerjunkan ratusan teknisi dan pakar Microsoft untuk bekerja langsung dengan pelanggan guna memulihkan layanan, termasuk bekerja sama dengan penyedia cloud seperti Google Cloud Platform (GCP) dan Amazon Web Services (AWS).

populerRelated Article