Mengintip Strategi Bisnis Digital Telkom di 2020
-
Uzone.id - Telkom Indonesia ingin menyambut tahun baru dengan akselerasi transformasi dari perusahaan telekomunikasi menjadi telekomunikasi digital. Lantas, bagaimana strategi bisnis dan bentuk nyata akselerasi transformasi tersebut?
Dalam wawancara khusus dengan Uzone.id, Digital Business Director Telkom, Faizal R. Djoemadi mengatakan bahwa transformasi digital merupakan upaya untuk membuat telekomunikasi tetap relevan di hadapan pelanggan. Transformasi juga harus cepat, sehingga mampu memenuhi kemauan pelangganDi masa lalu, Telkom sebagai perusahaan telekomunikasi mampu berinteraksi langsung dengan pelanggan melalui sales, account manager, call center, dan lainnya. Perubahan teknologi yang sangat cepat, seperti kehadiran berbagai e-commerce atau platform lainnya, ternyata mengganggu pola yang sudah mapan tersebut.
Faizal mengatakan, “Tiba-tiba, ini ada orang, ada anak-anak baru membuat platform yang menjadi mediator, mediasi. Tiba-tiba dia ada di tengah-tengah antara customer dengan telco.”
“Jadi yang semula itu customer kita menjadi customer mereka, karena yang sebenarnya dibutuhkan adalah konten-kontennya, service-service-nya, bukan connectivity-nya. Telco menjadi tidak relevan karena hanya menyediakan connectivity atau data paket,” imbuhnya.
Karena itu, Telkom bertransformasi dengan menyediakan layanan-layanan langsung untuk pelanggan dalam bentuk aplikasi atau web service.
“Harusnya interaksinya sudah bukan lagi sales force, account manager, harusnya sudah dengan apps atau web service. Jadi itulah yang harus kita create, mencoba naik lagi, relevan lagi,” ujar Faizal.
Beragam produk digital, dari fintech sampai smart security
ChatAja merupakan salah satu produk yang dilahirkan Telkom dalam lini platform komunikasi. Tak hanya menyediakan layanan untuk berkirim pesan, tapi aplikasi ini juga memiliki fitur menarik: secure file transfer.
Melalui platform ini, kamu bisa mengirim dokumen-dokumen penting atas konfirmasi pengirim terlebih dahulu.
Faizal mengatakan, “Bayangkan, dokumen perusahaan itu kadang-kadang dikirim pakai WhatsApp. Bagaimana kalau salah kirim? Terus, kita baru tahu setelah lima menit kemudian. Tidak bisa dihapus, sudah kadung kebuka. Jadi, kita punya secure file transfer di salah satu fiturnya ChatAja.”
Cara kerja fitur ini, yaitu dokumen tidak akan bisa dibuka sebelum pengirim mengonfirmasi. Ini yang menjadi keunikan (unique value proposition) dari ChatAja. Faizal juga mengatakan bahwa fitur secure file transfer sudah dipatenkan.
“Jadi kalau terima dokumen, dikirim pakai secure file transfer, gak bisa dibuka. Begitu penerima buka, yang pengirim langsung pop-up, apakah Anda setuju,” ujarnya.
Faizal menyakini, sebuah produk harus memiliki unique value proposition, agar bisa bertahan di pasar. Selain ChatAja, Telkom menyiapkan produk digital lain yang jumlahnya sangat banyak.
Ia mengungkapkan, “Kalau mau dikelompokan, ada 23 kelompok produk, mulai dari fintech, health, logistic, agriculture, ticket and travel, IoT, big data, blockchain, smart security, banyak sekali.”
Ketika ditanya soal apa produk unggulannya, Faizal menjawab bahwa dalam dunia digital tidak bisa disebutkan produk unggulannya.
“Yang menentukan dia unggul nanti adalah market.Tapi kita harus coba banyak hal. Ya, tentu ada asumsi, market research, dan sebagainya. Setelah itu, let’s do it, develop our own product, campaign di media sosial,” ujarnya.
Faizal percaya bahwa dalam dunia digital, segala sesuatu itu mungkin. Dengan yakin, ia mengungkapkan, “Jadi jangan karena sudah ada yang besar, terus tidak berani start. Jangan. Tiba-tiba yang kecil jadi besar. Jangan takut berinovasi. Tidak ada yang bisa memastikan inovasi pasti berhasil. Tapi kalau kita tidak berinovasi, sudah pasti mati.”