Mesin CEIR Mandek, Vendor Tetap Gas Produksi Ponsel di Pabrik?
Uzone.id -- Sejumlah vendor ponsel pintar di Indonesia buka suara soal tanggapan mereka terkait polemik aturan IMEI yang masih mandek sampai sekarang gara-gara kapasitas mesin Centralized Equipment Identity Register (CEIR) sudah penuh.
Vendor ponsel pintar populer seperti Xiaomi, Asus, Oppo, hingga Huawei masing-masing memiliki respons terhadap aturan IMEI yang tujuannya untuk memberantas ponsel ilegal atau black market (BM) di Indonesia.Namun, sejak mesin CEIR dikatakan penuh dan belum bisa menampung nomor IMEI baru, hal ini menimbulkan kegaduhan, mulai dari konsumen yang berteriak tidak mendapatkan sinyal, data IMEI legal yang harus menunggu kepastian mesin CEIR, hingga persoalan produksi perangkat di pabrik.
Bagaimana tiap perusahaan menghadapi masalah ini?
Baca juga: Kominfo Klaim Kapasitas Mesin CEIR Masih Cukup Tampung IMEI Baru
“Kita siap bekerja sama untuk menjalankan solusi yang diputuskan oleh pemerintah, untuk kepentingan bersama. Hingga saat ini kapasitas produksi di pabrik masih sesuai rencana,” tutur Head of PR Xiaomi Indonesia, Stephanie Sicilia saat dihubungi Uzone.id, Senin (12/10).
Tak hanya Xiaomi yang memastikan proses produksi ponsel di pabrik masih sesuai dengan timeline atau rencana awal, namun juga Oppo dan Asus.
“Sejauh ini produksi di pabrik kita masih aman, tapi ‘kan persoalan ini bukan hanya soal satu vendor saja, tapi industri. Jika IMEI legal tidak bisa berfungsi, maka produsen dan para pekerja semuanya bisa terimbas. Sekarang, IMEI tidak bisa dipakai, ponsel jadi sulit dijual. Tenaga kerja kami juga gak bisa bekerja. Orang-orang di pabrik tidak bisa produksi, lalu bagaimana?” ungkap Aryo Meidianto kepada Uzone.id secara terpisah.
Sejak aturan IMEI dijalankan pada 15 September kemarin, memang ada beberapa ponsel yang dikeluhkan tidak bisa mendapatkan sinyal, di antaranya Oppo A53.
Pihak Asus juga mengatakan, ponsel teranyarnya, yakni ROG Phone 3 juga mengalami kendala yang sama.
“Saat ini kami memang menerima input dari distributor dan dealer, ada user yang mengalami kendala di ponsel ROG Phone 3 yang baru mereka beli, khususnya di SIM 2,” tutur Head of PR Asus Indonesia, Muhammad Firman.
Dia melanjutkan, “berhubung kami hanya memproduksi satu tipe ponsel per tahun, kami tidak akan mengurangi kapasitas dan akan memproduksi perangkat sesuai rencana.”
Baca juga: Mesin CEIR untuk IMEI Mau Dimatikan, APSI: Usulan Konyol
Menurut Firman, aturan ini memang masih baru sehingga wajar jika ada trial and error, namun dia merasa pemerintah seharusnya bisa memprediksi soal jumlah IMEI baru yang masuk.
“Untuk jumlah IMEI setiap tipe baru, harusnya bisa diprediksi karena semua brand ponsel merilis model barunya setiap 1-2 minggu sekali dan dalam kuantitas besar. Belum lagi perangkat lain non HKT yang juga menggunakan IMEI. Namun berhubung ini regulasi baru dan butuh trial and error, kami memakluminya. Tetapi tentunya dari sisi brand, kita berharap pemerintah bisa mengatasi masalah database penuh dengan segera, dan mengantisipasi perangkat dengan IMEI yang akan datang sehingga menyiapkan kapasitas database yang memadai,” tukas Firman.
Sementara di mata Huawei, tak bisa dipungkiri bahwa mandeknya aturan IMEI ini berdampak ke kecemasan para konsumen yang ingin membeli ponsel baru. Namun, sejauh ini, ponsel baru keluaran Huawei diklaim tidak mengalami masalah.
“Tentunya dengan kondisi seperti ini membuat kekhawatiran khususnya bagi konsumen yang hendak membeli produk kami. Hingga saat ini kita mendapatkan keluhan dari konsumen terkait kekhawatiran akan IMEI ponsel yang keblokir. Namun, untuk perangkat ponsel baru kita tidak ada masalah. Kita semua berharap tentunya hal ini dapat terselesaikan dengan segera,” ungkap PR Manager Huawei CBG Indonesia, Ilham Pratama.