Home
/
Lifestyle

Rambut Rontok? Ini Mitos dan Fakta Penyebabnya

Rambut Rontok? Ini Mitos dan Fakta Penyebabnya
Esthi Maharani27 August 2017
Bagikan :

Rambut rontok yang melebihi batas wajar dapat berujung pada kebotakan. Untuk itu, upaya pencegahan dan penanganan perlu dilakukan sedini mungkin agar kebotakan dapat dihindari.

Sepanjang hidup, rambut manusia akan selalu mengalami siklus bertunas, bertumbuh lalu rontok dan kembali bertunas. Dalam kondisi rambut yang sehat, pria biasanya kehilangan 60-80 helai rambut per hari. Pada wanita, jumlah ini bisa mencapai 100 helai rambut per hari. Jika melebihi batas ini, kerontokan rambut perlu diwaspadai.

Sebagian masyarakat masih meyakini beberapa mitos sebagai penyebab rambut rontok. Ahli Dermatologi Cleveland Clinci Dr Melissa Piliang mengungkapkan bahwa mitos-mitos tersebut justru dapat membuat risiko rambut rontok semakin besar.

Sebagai contoh, keramas, menyisir dan mengeringkan rambut dengan handuk dianggap dapat menyebabkan rambut rontok. Tiga hal ini kerap dijadikan kambing hitam karena orang-orang kerap menemukan helaian rambut rontok setiap kali keramas, menyisir ataupun mengeringkan rambut.

"Tapi hal-hal ini bukanlah penyebabnya," terang Piliang seperti dilansir TIME.

Mengurangi frekuensi keramas demi mencegah rambut rontok justru dapat menjadi bumerang. Jarang keramas, lanjut Piliang, justru dapat memicu timbulnya ketombe dan inflamasi kulit kepala. Kedua kondisi ini dapat menyebabkan rambut rontok menjadi lebih banyak.

Mitos lain menyebutkan bahwa menggunakan topi dan mengikat rambut merupakan penyebab rambut rontok. Piiang mengatakan secara umum kedua hal ini tidak menyebabkan ramut rontok. Mengikat rambut dapat menyebabkan rambut rontok hanya jika dilakukan terlalu ketat sehingga menarik mata.

"Itu baru dapat merusak rambut Anda dan menyebabkan kerusakan," sambung Piliang.

Direktur penelitian dermatologi dari Montefiore di Albert Einstein College of Medicine, Dr Adam Friedman, mengatakan penyebab kerontokan rambut sangat beragam. Faktor genetik dan pola makan yang buruk merupakan beberapa di antaranya. Friedman juga mengatakan kerontokan rambut umumnya disebabkan lebih dari satu faktor.

"Rambut rontok jarang terjadi akibat satu hal saja," jelas Friedman.

Salah satu penyebab kerontokan rambut adalah sensitivitas hormon pada kulit akibat pengaruh genetik. Sensitivitas ini dapat meyebabkan rambut tertentu tumbuh semakin pendek hingga pada akhirnya tidak tumbuh sama sekali. Kondisi ini yang memicu terjadinya kebotakan baik pada pria maupun wanita.

Pola kebotakan pada pria dan wanita cenderung bebeda. Pada pria, sebagian besar kasus kebotakan terjadi di bagian depan maupun samping kepala. Sedangkan pada wanita, kebotakan biasanya dimulai di bagian tengah kepala lalu melebar ke bagian lain. Proses kebotakan ini terjadi dalam waktu yang cukup lama, dalam hitungan tahun.

Pada orang-orang ini, solusi mencegah kebotakan yang bisa dilakukan adalah menggunakan obat yang mencegah produksi hormon kulit atau obat yang mencegah rambut rontok. Contoh obat tersebut adalah minoxidil dan finasteride. Hanya saja, obat ini lebih efektif dalam menghentikan rambut rontok dibandingkan menumbuhkan kembali rambut yang sudah hilang.

Jika kebotakan sudah terjadi, Friedman mengatakan tak banyak upaya yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan kembali rambut. Oleh karena itu, Friedman menyarankan masyarakat yang sudah melihat masalah pada rambut untuk segera memeriksakan diri ke dokter.

Hal lain yang dapat menyebabkan terjadinya kerontokan rambut adalah pemenuhan gizi yang buruk. Kadar zat besi, vitamin D, beberapa vitamin B dan seng yang rendah merupakan salah satu pemicu rambut rontok. Kekurangan nutrisi dan vitamin memang bukan penyebab utama kerontokan rambut, akan tetapi kondisi ini dapat memperparah kerontokan rambut.

"Memperbaiki pola makan Anda atau mengonsumsi suplemen dapat membantu, tapi itu hanya satu bagian dari solusi yang multifaset," ungkap Friedman.

Schwartz menambahkan, pemeriksaan ke dokter perlu segera dilakukan jika ditemukan salah satu dari beberapa tanda di kepala. Tanda-tanda tersebut adalah iritasi kulit, kulit terlihat kemerahan atau retak atau ketika timbul rasa nyeri. Pemeriksaan dini dapat mencegah terjadinya kehilangan rambut permanen maupun bekas luka.

Schwartz juga menyarankan agar masyarakat tak tergiur dengan obat 'ajaib' untuk rambut rontok yang dijual di pasaran. Penggunaan produk pasaran untuk mengatasi masalah rambut rontok dinilai Schwartz hanya membuang-buang waktu maupun uang.

"Jika kamu menyadari ada masalah, diskusikan hal itu dengan dokter untuk mengetahui penyebab utamanya," kata Schwartz.

populerRelated Article