Mitos Seputar Daging Penyu
Mengkonsumi daging penyu dapat menambah vitalitas hanya mitos, sebaliknya berpotensi membawa berbagai penyakit kronis jika rutin dilakukan. Hal itu diungkapkan Dosen Biologi Kelautan dan Konservasi Universitas Papua Ricardo Tapilatu.
"Memang penyu bisa kawin sampai enam jam, tetapi itu bukan berarti bahwa memakan mereka juga membuat kita menjadi kuat," ujar dia dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa (25/4).
Mitos daging penyu dapat meningkatkan vitalitas perlu diluruskan agar masyarakat berhenti mengkonsumsi penyu dan menjaga spesies penyu.
Penyu yang berumur panjang melakukan kontak dengan laut tercemar untuk jangka waktu yang lama sehingga binatang itu pun terkontaminasi unsur-unsur logam berat dan terakumulasi dalam tubuhnya.
Hasil penelitian menemukan bahwa kandungan logam berat pada telur penyu hijau dan penyu sisik di kawasan Papua Barat melebihi batas aman untuk dikonsumsi oleh manusia. Semakin banyak daging penyu yang dikonsumsi, semakin tinggi juga kandungan logam berat yang masuk ke dalam tubuh.
Ricardo mengatakan ancaman terbesar penyu adalah manusia, seperti nelayan yang menggunakan kail pancing yang tertelan penyu atau jaring nelayan.
"Terjadi penurunan jumlah penyu secara drastis, contohnya adalah penyu belimbing yang pada 2008 ada sekitar 15.000 sarang per tahun, menurun jadi 2.000 sarang per tahun di tahun 2011. Tahun lalu tercatat hanya ada 1.500 sarang per tahun," tutur dia.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Sumberdaya Perairan Pasifik (P2SP2) Universitas Papua, pada Maret-Oktober 2016 menyatakan terdapat tujuh jenis penyu di dunia, enam di antaranya berada di Indonesia dan empat jenis penyu dapat ditemukan di Papua Barat, antara lain penyu hijau, penyu sisik, penyu lekang, dan penyu belimbing yang pergerakannya menyebar ke Aru, Kei, Kaimana, dan Fakfak.