NFT Bagai Tahu Bulat, Tren (Digoreng) Serba Dadakan
Uzone.id – Ghozali begitu digembar-gemborkan berkat ‘ide liarnya’ untuk menjual foto-foto selfienya menjadi NFT dan laku miliaran rupiah. Mana ada kepikiran kumpulan foto selfie bisa mengubah nasib orang menjadi miliarder?
Aset digital seperti NFT pun mendadak menjadi buah bibir, tak sedikit pula yang penasaran soal ini dan mengapa bisa membuat orang jadi kaya mendadak.Menurut proyeksi Badan Kebijakan Fiskal (BKF), sektor teknologi informasi dan komunikasi memang akan mengalami pertumbuhan sebanyak 9,8 hingga 10,3 persen pada tahun 2022.
Tapi, saking latahnya orang Indonesia, setelah fenomena Ghozali menyeruak, banyak yang ‘salah kaprah’ soal kreativitas yang normalnya menghiasi NFT. Di Twitter, ada berbagai orang yang memperlihatkan foto gorengan, mie instan, bakso, hingga foto KTP sebagai NFT di platform OpenSea.
Rasanya, tren satu ini bagai tahu bulat yang (digoreng) sifatnya begitu dadakan. Kalau nggak ada Ghozali, belum tentu orang langsung heboh soal NFT.
Baca juga: Ketika NFT Bikin Orang Indonesia 'Kebelet Kaya'
Sebelum berbicara lebih jauh soal NFT, apa sih NFT? NFT merupakan singkatan dari Non-Fungible Token atau token yang tidak dapat dipertukarkan. Kebalikan dari non-fungible adalah fungible yakni dapat dipertukarkan, seperti uang tunai atau barang komoditi lainnya.
Apabila kita menerima suatu uang tunai pecahan seratus ribu rupiah misalnya, kita tidak mengetahui uang itu sebelumnya dibeli atau dijual oleh siapa saja atau untuk apa saja. Nah, apabila kita membeli NFT, kita dapat mengetahui NFT ini sebelumnya dimiliki oleh siapa saja hingga awal pembuatannya.
Hal ini dimungkinkan oleh teknologi blockchain yang mendasari NFT. Dalam hal ini, setiap terjadi perubahan terhadap NFT ini, apakah jual beli, hibah atau lainnya, transaksi tersebut tercatat di dalam blockchain yang tidak dapat diubah.
Hal inilah yang membuat NFT digandrungi dalam jual beli aset digital karena meskipun aset digital tidak sulit untuk di-copy, pencatatan histori transaksi di atas memungkinkan hanya ada satu pemilik sah terkait suatu aset digital.
Nah, apakah berarti foto selfie, foto gorengan, dan lain sebaiknya memang worth untuk dijual dengan harga yang seolah kurang masuk akal? Sama seperti pasar pada umumnya, harga terbentuk oleh supply dan demand.
Sebagai sesuatu yang baru, NFT ini memiliki potensi manfaat dalam jangka panjang. Namun, kita juga mesti berhati-hati bahwa bisa saja terjadi fad – trend yang cepat sekali meningkat namun kemudian cepat pula turun. Dalam 10 tahun terakhir, cukup banyak fad yang terjadi di dunia digital.
Baca juga: Thanks Ghozali, Akhirnya Selfie Bisa Jadi Ladang Cuan
Oleh karena itu, tetap cermat dalam mengikuti perkembangan NFT ini. Jangan terburu-buru membeli aset NFT dengan harapan bahwa nilai aset tersebut akan terus naik. Sudah banyak kasus serupa di dalam sejarah seperti tulip, batu akik, dan sebagainya.
Hal yang menarik untuk dilihat atau dipikirkan justru adalah bagaimana aplikasi NFT dan blockchain selain dalam jual beli aset digital. Hal ini karena konsep non-fungible yang relevan dalam jual beli barang fisik yang terkait dengan histori.
Beberapa contoh yang dapat dieksplorasi lebih lanjut:
- Jual beli tanah dan bangunan untuk mengurangi kemungkinan sengketa
- Sertifikasi halal untuk mengetahui kehalalan suatu makanan dimulai dari bahan baku
- Supply chain untuk mengetahui pergerakan suatu barang
Sekali lagi, NFT dan blockchain ini merupakan sesuatu yang masih baru sehingga masih sangat terbuka potensi ke depan. Satu yang pasti, kita tidak dapat mengabaikan hal ini.