Panasnya bisnis peluncuran satelit
Beberapa pemain yang bisa disebut di bisnis ini adalah Arianespace, SpaceX, Proton, dan lainnya. Jasa untuk meluncurkan satelit seberat 3,5 ton kabarnya sekitar US$ 75 juta. (Baca: Bisnis Arianespace)
Arianespace kabarnya menguasai sekitar 50% pangsa pasar berkat reputasi yang dibangunnya selama ini.
Wahana peluncur yang dimiliki Ariane adalah roket Ariane 5 (heavy launcher), Soyuz,(medium launcher), dan Vega (light launcher).
Arianespace didukung penuh oleh negara-negara Eropa dengan memiliki fasilitas peluncuran di Guiana Space Center (CSG), French Guiana dan Baikonur, Kazakhstan.
Tak kurang ada 550 satelit yang beroperasi di angkasa sekarang berkat peluncuran yang mulus dari Arianespace. Perusahaan ini diperkirakan memiliki pendapatan 1,4 miliar euro pada 2016 lalu.
Digoyang
Dominasi dari Arianespace mulai digoyang oleh SpaceX yang identik dengan pengusaha Elon Musk. SpaceX memiliki roket “Falcon 1” dan “Falcon 9” diambil dari nama “Millenium Falcon” Starwars.
SpaceX membutuhkan 4 tahun dan ratusan juta dollar AS investasi untuk merancang Falcon 1 dan pada periode 2006-2008 SpaceX telah melakukan 3 uji coba peluncuran roket ke orbit yang semuanya berakhir dengan meledak sebelum mencapai orbit.
SpaceX adalah perusahaan swasta pertama di Amerika Serikat yang berhasil meluncurkan roket berbahan bakar cair pertama ke orbit, dan NASA pun memberikan kontrak dengan nilai US$1.6 miliar untuk menerbangkan astronot Amerika dari dan ke orbit Bumi.
SpaceX juga mengembangkan Falcon Heavy dan Dragon (pesawat luar angkasa) dan secara teratur terbang ke orbit untuk misi logistik ISS (International Space Station) dan juga meluncurkan satelit.
SpaceX juga mencatatkan rekor sebagai perusahaan swasta pertama yang berhasil meluncurkan roket untuk menempatkan satelit. Selain itu SpaceX juga tercatat sebagai perusahaan swasta pertama yang meluncurkan pesawat angkasa dan berlabuh di ISS.
Salah satu keunggulan SpaceX adalah Pada 8 Oktober 2015, SpaceX berhasil mendaratkan roket tahap 1 Falcon 9 kembali setelah diluncurkan di landasan drone di laut. Dengan demikian SpaceX telah mencatatkan pencapaian penting untuk membuat roket yang dapat digunakan kembali, dan merupakan langkah besar untuk mengurangi biaya eksplorasi luar angkasa.
SpaceX pada April 2017 telah mencatatkan sejarah dengan menjadi yang pertama dalam sejarah, yang mampu melepas sebuah roket yang sama, lebih dari satu kali. Suatu terobosan besar yang dapat mengurangi biaya penerbangan luar angkasa secara signifikan.
Berbeda
Direktur Komersial, Senior Sales Vice President Sales & Business Development Arianespace Jacques Breton menegaskan ada perbedaan signifikan antara Arianespace dengan SpaceX. “Kami fokus ke bumi, kita tak pernah bicara Mars atau lainnya. Semua peluncur kita memang untuk satelit yang digunakan untuk bumi,” ungkapnya kala media gathering yang di hadiri IndoTelko, di Singapura pekan lalu.
Diungkapkannya, saat ini perseroan tengah fokus mengembangkan dua peluncur baru diantaranya Ariane 6 pada 2020 dan Vega C pada 2019 nanti. “Banyak hal yang baru dengan roket Ariane 6 ini, salah satunya dari sisi supplier untuk membangunnya yang membuatnya ada efisiensi dan menguntungkan pelanggan Arianespace,” katanya.
Jacques Breton
Managing Director Arianespace untuk kawasan Asia Richard Bowles mengaku tak gentar menghadapi agresifitas dari SpaceX. “Di bisnis peluncuran satelit ini bukan soal harga yang utama, tetapi kepastian. Kami tawarkan kepastian ke pelanggan dengan success story yang ada selama ini. Kita tak jadikan satelit milik pelanggan untuk percobaan sebuah roket,” katanya.
Menurutnya, aksi menggunakan roket daur ulang malah beresiko karena ada unsur kepastian peluncuran yang dipertaruhkan. “Bisnis satelit ini semua soal ketepatan jadwal, meleset, itu berubah semua dan yang paling rugi tentu pelanggan. Kita percaya dengan yang dikerjakan selama ini, reputasi adalah segalanya, dan kita yakin tetap kuasai 50% pangsa pasar di bisnis ini,” tandasnya.
Ditambahkannya, hal lain yang menjadi keunggulan dari Arianespace dengan roket Ariane 5 adalah bisa mengangkut dua satelit dalam satu roket. “Kita bisa bawa dua langsung satelit. Itu kalau dilihat dari efektif dan efisiensi lebih besar ketimbang sibuk bicara soal roket di daur ulang,” pungkasnya.
Richard Bowles
Asal tahu saja, Arianespace adalah perusahaan yang meluncurkan satelit Telkom 3S pada tahun 2017. Sementara SpaceX adalah perusahaan yang akan meluncurkan satelit Telkom 4 pada tahun 2014.
Akan menarik tentunya mengikuti persaingan kedua perusahaan dan kebetulan ada satu operator Indonesia yang mencicipi jasa keduanya. Kita lihat saja nanti mana yang keluar sebagai pemenang.(dn)