Patung Jenderal Cina di Tuban Masuk New York Times
Kontroversi berdirinya patung Jendral Guan Yu di Tuban Jawa Timur tidak hanya ramai diberitakan media dalam negeri. Media luar negeri The New York Times juga mengangat isu yang saat ini masih menjadi kontroversial di Indonesia.
Media yang terkenal dengan liputan investigasinya ini memberitakan bahwa patung Dewa Tionghoa itu ditutup setelah sebagian umat Islam protes dan mengancam akan menghancurkan patung setinggi 100 kaki itu.
The New York Times menulis protes itu dilakukan di mana ketegangan antar etnis dan agama di Indonesia sedang terjadi.
“Di media sosial, Muslim menyebut patung itu sebagai penghinaan dan tidak beradab terhadap Islam dan warga setempat,” tulis The News York Times, Rabu (10/8).
Menutup patung dengan kain putih berukuran besar itu merupakan tindakan darurat dilakukan oleh pejabat kuil setelah sebuah otoritas keagamaan mendorong mereka untuk melakukan hal itu demi keamanan.
Selain menuliskan alasan penutupan patung oleh kain putih, The New York Times juga menyampaikan demografi Indonesia yang dihuni oleh mayoritas Muslim terbesar di Indonesia. Adapun etnis Cina, Budha atau Konghucu hanya 5 persen dari jumlah total umat Muslim yang ada di Indonesia.
"Sentimen anti-Cina telah menjadi sangat kuat," kata Aan Anshori, seorang koordinator Jaringan Anti-Diskriminasi Muslim Jawa Timur, yang menentang penutupan patung tersebut. "Sangat mengkhawatirkan untuk berpikir bahwa sentimen ini bisa digunakan oleh politisi di masa depan."
Menurut The New York Times dalam beberapa tahun terakhir, ekstremis Muslim telah mendesak untuk diterapkannya hukum Islam, atau Syariah. Sementara pengadilan sipil menyatakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaha Purnama bersalah dalam kasus penistaan agama pada Mei di Pulau Seribu.
“Islamis secara keliru mengklaim bahwa Presiden Joko Widodo adalah seorang Kristen Tionghoa selama kampanye 2014-nya,” tulis The New York Times.
Patung kolosal Guan Yu telah didirikan di seluruh dunia. Patung Tuban, yang membutuhkan waktu lebih dari setahun untuk membangun dengan biaya sekitar 188 dolar AS, merupakan patung terbesar di Asia Tenggara, menurut Museum of World Records di Indonesia.
Times menambahkan bahwa keberadaan patung itu menurut orang Islam dapat menumbuhkan intoleransi agama, dan membuat interpretasi bahwa Islam sedang bermusuhan dengan kuil Cina.
“Mereka mengatakan bahwa dengan adanya patung ini menunjukkan bahwa Cina mendominasi Indonesia,” tulis New York Times mengutip Andreas Harsono, Direktur Human Rights Watch Indonesia.
Dalam pargraf terakhirnya Times menuliskan apa yang disampaikan Didik Muadi, seorang Muslim yang mengorganisir demonstrasi menentang patung Jendral Cina itu berdiri, mengatakan bahwa umat Islam akan menghancurkan patung itu sendiri jika pemerintah tidak melakukan intervensi.
"Sebenarnya kita bisa membiarkan mereka membangun patung itu, tidak setinggi itu dan seharusnya di pura, bukan di luar," kata Didik kepada situs berita Tempo. "Kami toleran."