Bos Pembuat ChatGPT Sam Altman Komentari AI Ancam Pekerja Manusia
Uzone.id – CEO OpenAI, Sam Altman menyempatkan diri untuk berkunjung ke Jakarta dan menyapa puluhan tamu di Grand Ballroom Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta hari ini, Rabu (14/6). OpenAI sendiri dikenal sebagai perusahaan yang membuat platform ChatGPT berbasis AI, teknologi yang kerap dipandang sebagai ancaman bagi pekerja manusia.
Sam Altman yang juga menjabat sebagai co-founder OpenAI ini menjawab pertanyaan ‘sejuta umat’ mengenai potensi teknologi artificial intelligence (AI) yang dipercaya dapat menggantikan peran manusia.“Berbicara sektor teknologi, tentu akan ada pengurangan pekerjaan [job displacement]. Tapi saya yakin akan semakin banyak pekerjaan lebih baik lagi di masa depan,” ungkap Sam saat ditemui awak media, Rabu (14/6).
Kita tahu bahwa sejak ChatGPT muncul dan menjadi fenomena global sejak akhir tahun 2022, platform ini digunakan oleh beragam tujuan, mulai dari mengerjakan PR atau tugas sekolah dan kuliah, cara membuat surat cinta, merangkai cerpen, dan sumber informasi lainnya.
Itu baru contoh ‘sederhana’ dari fungsi AI. Secara garis besar, AI memang kerap dipandang sebagai ‘musuh’ manusia karena kecerdasan yang ditawarkan. Hingga sekarang, masih banyak masyarakat, hingga pengamat dan tokoh ternama yang menyuarakan bahwa AI memang berbahaya di masa depan.
Namun, Sam tidak melihatnya demikian.
“Bahkan di masa sekarang kami tidak melihatnya sebagai pengurangan pekerjaan seperti yang diprediksi para pakar, namun sebagai enhancement atau peningkatan. Pengembangan program seperti ini bisa jadi membuat manusia dua sampai tiga kali lipat lebih efektif dan produktif,” sambungnya.
OpenAI sebagai perusahaan research ketimbang software
Berbicara soal OpenAI, tentu mudahnya kita menggambarkannya sebagai perusahaan teknologi yang mengembangkan software dan artificial intelligence (AI). Kendati begitu, Sam merasa bahwa OpenAI saat ini fokusnya kurang lebih ‘menjelma’ menjadi research company, alias perusahaan penelitian.
“Saat saya membuat dan bekerja untuk OpenAI, saya pikir ini akan menjadi perusahaan software, jadi kami semua merancang tujuan dan metriknya seperti apa, dan ternyata itu tidak berhasil,” kisah Sam.
Dari penuturan Sam, hal baru bagi perusahaan OpenAI saat ini adalah mengerjakan penelitian besar nan hebat. Kala itu, Sam mendapat pencerahan saat ia menonton obrolan peneliti kondang Ken Stanley yang mengatakan, “greatness cannot be planned”, atau kejayaan tidak dapat direncanakan.
Hal itu, ia akui, mengubah cara pikirnya dan cara perusahaan mengelola penelitian.
“Sekarang perusahaan kami lebih fokus tentang bagaimana orang-orang bekerja untuk hal-hal yang dapat membawa ke arah yang benar, serta bersabar selama berbulan-bulan bahkan tahunan untuk mengetahui apakah temuan kami itu cocok dan berhasil. Banyak sekali [research dan percobaan] yang gagal, tapi ketika ada yang berhasil, semuanya berjalan dengan baik,” tutupnya.
Diketahui, OpenAI didirikan pada tahun 2015 yang bekerja sebagai perusahaan riset dan pengembangan AI. Misi OpenAI adalah untuk memastikan manfaat AGI (artificial general intelligence/kecerdasan artifisial umum) bagi umat manusia, dan perusahaan ini diatur oleh yayasan nirlaba OpenAI.
Teknologi-teknologi OpenAI meliputi sistem bahasa alaminya, GPT-4 dan ChatGPT, sistem generasi gambar DALL·E, dan sistem pengenalan ucapan sumber terbuka mereka, Whisper.