Plus Minus Mengendarai Royal Enfield Classic 350
Royal Enfield Classic 350 (Foto: Yudi Agustia / Uzone.id)
Uzone.id - Motor hobi All New Royal Enfield Classic 350 kini menjadi incaran masyarakat Indonesia berpenghasilan menengah ke atas karena motor ini menawarkan desain yang murni klasik dengan harga gak terlampau mencekik kantong.
Gak heran kalau motor yang diimpor dari India ini jadi tulang punggung penjualan Royal Enfield Indonesia. Itu saking larisnya di pasar dalam negeri.Kami pun berkesempatan mencicipi motor ini dengan melakukan riding tipis-tipis di area pinggir kota hingga dalam kota di kawasan Bogor, Depok dan Jakarta Selatan, dalam beberapa kesempatan.
Faktanya, kami merasa Royald Enfield Classic 350 cocok untuk dibuat motor harian karena konsumsi bensinnya sangat irit untuk mesin jumbo 350 cc.
BACA JUGA: Sejarah HDCI, Didirikan Indro Warkop hingga Dijabat Irjen Teddy Minahasa
Berikut ini beberapa hal yang perlu kami bagikan mengenai pengalaman selama mengendarai Classic 350.
1. Classic 350 ini mendapat banyak revisi dibandingkan versi sebelumnya, termasuk mesin silinder tunggal 349 cc yang sekarang ini sudah minim getaran.
Kami menikmati ketika berada di atas jok, getaran mesin yang dirasakan tangan saat menggenggam setang tidak ada gejala tremor.
2. Mesin Classic 350 ini bisa menghasilkan tenaga 20,48 hp dan torsi 27 Nm pada 4000 rpm.
Kami merasakan tenaga besar saat berada di putaran menengah. Sehingga ketika berada di dalam kota yang padat kendaraan akan jarang menggunakan gigi 4 dan 5.
Namun, bobot motor yang mencapai 195 kg belum ditambah dengan pengendara, semburan mesinnya bisa dikatakan tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil.
3. Warisan motor klasik yang diberikan pada Classic 350 juga terdengar hingga suara knalpot.
Jadi, bukan cuma tampilan saja yang terlihat kuno, namun suara motor juga terdengar klasik.
4. Motor ini punya bobot 295 kg. Maka dari itu, ketika kami mengendalikan setangnya cukup berat saat harus meliak-liuk di tengah-tengah kemacetan lalu lintas.
Motor ini asyiknya dibawa saat jalanan tidak padat kendaraan, apalagi kalau menemui lajur lurus dan sepi akan benar-benar menikmati semburan tenaga mesinnya.
6. Ketinggian jok pengendara ke tanah adalah 805 mm sehingga saya harus sedikit jinjit.
Lebih baik menggunakan sepatu yang memiliki tapak tebal untuk membantu pijakan saat motor berhenti.
BACA JUGA: Keistimewaan Harley-Davidson Road Glide Milik Irjen Teddy Minahasa
8. Mesin yang dibawa Classic 350 punya kompresi rendah 9,5:1. Sehingga tak masalah diisi bensin RON 90 (setara Pertalite) atau bensin RON 89.
Kami pun memilih bensin RON 89 yang dijual SPBU Vivo untuk motor ini. Kami merasakan mesinnya tidak ada gejala ngelitik atau masalah lainnya.
9. Konsumsi bensin Classic 350 sangat irit untuk ukuran mesin 349 cc. Kalau versi pabrik sendiri bisa mencapai 38 km per liter.
10. Sistem pengereman memakai rem cakram di roda depan dan belakang. Selain itu, ada sistem keselamatan ABS dual-channel sehingga ketika memperlambat laju hingga menghentikan motor ini terasa lembut.
Minus dari Royal Enfield 350 Classic menurut kami.
1. Ini bisa jadi minus atau bahkan ada plus-nya juga. Setang motor dibuat pendek dan agak merunduk sehingga tangan sedikit menopang beban tubuh pengendara.
Saya yang punya tinggi badan 167 cm merasa badan cepat pegal ketika menghadapi jalanan yang macet atau padat kendaraan.
Namun, setang yang akan sedikit merunduk punya pengaruh ke pengendalian jadi lebih baik.
2. Meskipun Classic 350 membawa mesin 350 cc, namun tidak diciptakan sebagai motor performance sehingga kami cukup sulit untuk mendapat kecepatan di atas 80 km/jam dalam waktu yang singkat.
Motor ini memang asyik ketika diajak jalan santai sambil menikmati sensasi motor klasik, termasuk suara knalpotnya yang khas.
3. Kalau mengendarai Classic 350 di siang hari akan mendapat bonus kaki terasa hangat karena efek mesinnya yang panas.
Makanya, di bagian ujung tangki yang menempel ke jok diberi lapisan karet agar paha pengendara tidak merasakan hawa terlalu panas.