Populer di Swedia, Museum Kegagalan Kini Hadir di Los Angeles
Tak selamanya kegagalan harus dilupakan. Justru kita harus menerima dan belajar dari kegagalan agar berhasil pada kesempatan berikutnya.
Itu lah yang menjadi latar belakang berdirinya Museum Kegagalan. Pertama kali dibuka pada Juni 2017 lalu di Helsingborg, Swedia, kini museum itu dipamerkan di Los Angeles, Amerika Serikat, sejak 1 Desember 2017 hingga 4 Februari 2018 mendatang.Ide untuk mendirikan Museum Kegagalan datang dari Samuel West, psikolog sekaligus peneliti inovasi organisasi asal Swedia. Dia menemukan fakta bahwa sekitar 80 sampai 90 persen proyek industri berakhir gagal. Namun, cerita dari kegagalan itu dan pelajaran dibaliknya kurang mendapat perhatian.
“Kita terlalu terobsesi pada kesuksesan dan merendahkan kegagalan. Saya memulai Museum Kegagalan karena frustasi. Ini waktunya kita menerima kegagalan, belajar darinya, dan membuat progres,” tutur West yang kini menjabat sebagai kurator Museum Kegagalan, dilansir dari Telegraph.
Di Swedia, museum itu menampilkan lebih dari seratus produk gagal. Untuk acara-acara besar, Museum Kegagalan bisa dihadirkan dalam versi pop-up dalam periode tertentu. Giliran mengunjungi Los Angeles, pop-up Museum Kegagalan kini dipamerkan Museum A+D Arsitektur dan Desain di Distrik Seni LA.
Lalu apa saja isi dari Museum Kegagalan?
Produk yang ditampilkan berasal dari berbagai era, yakni mulai dari abad 17 hingga kini. Salah satu yang terkenal adalah Sepeda Itera yang diproduksi pada 1980an oleh perusahaan Swedia. Dibuat dari plastik, sepeda itu dibanderol dua kali lipat lebih mahal daripada sepeda biasa. Padahal sepeda itu tidak stabil dan mudah rusak.
Kamu juga melihat mobil mewah Ford Edsel 1958 di Museum Kegagalan. Disebut-sebut sebagai kegagalan terbesar Ford dalam sejarah, Ford Edsel menghabiskan dana pemasaran yang cukup besar. Sayangnya, fitur Ford Edsel tidak memenuhi ekspektasi publik. Sebab, tombol di tengah setir yang biasa untuk membunyikan klakson dialihfungsikan sebagai perintah untuk mundur.
Barang-barang teknologi gagal juga tak luput dari display Museum Kegagalan. “Saya bisa memenuhi museum dengan smartphone,” tambah West. Pengunjung bisa menemukan handphone Microsoft Kin, Twitter Peek, dan Amazon Fire yang gagal laku di pasaran.
“Museum ini sebenarnya untuk merayakan kegagalan. Semua orang punya masalah tiap hari, kita membuat keputusan yang salah, dan kita gagal. Tapi ternyata orang-orang hebat juga pernah mengalaminya,” jelas Martin Biallas, produser Musem Kegagalan Los Angeles, dikutip dari ABC7.
Untuk menyaksikan produk-produk gagal itu, Museum Kegagalan di Los Angeles mengenakan tiket masuk sebesar US$ 15 dolar atau senilai Rp 203 ribu per orang. Jadi bagaimana, mau belajar dari kegagalan dan main ke Museum Kegagalan?