Prostitusi, Sisi Hitam Industri Modeling Internasional
Jadi supermodel yang cantik, sukses, dan terkenal. Rasanya, sukar untuk menolak jika dihadapkan dengan kesempatan emas tersebut. Sekilas, hidup dalam gemerlap industri hiburan, khususnya dunia modeling, memang tampak menyenangkan.
Bagaimana tidak? Kamu bisa melenggang di runway mengenakan busana teranyar rancangan desainer kelas dunia. Kerja 'cantik', pundi-pundi uangpun mengalir.Belum lagi tawaran pemotretan iklan yang bisa datang kapan saja. Sekali kontrak, kamu bisa meraup pendapatan yang nilainya amat menggiurkan. Semakin banyak iklan yang kamu bintangi, makin melejit pula popularitas yang kamu terima.
Bekerja di industri elit, kamu bisa berteman dan menjalin persahabatan erat dengan desainer kelas dunia. Lihat saja betapa akrabnya Gigi Hadid dengan Tommy Hilfiger atau Cara Delevingne dengan Karl Lagerfeld.
Namun, tahukah kamu bahwa perjalanan menuju puncak ketenaran di industri modeling butuh pengorbanan yang luar biasa? Bahkan, sampai harus merelakan diri jadi objek pelampiasan nafsu para bos yang berkuasa.
Sisi kelam industri permodelan ini diungkap langsung oleh Jazz Egger, seorang model internasional kelahiran Austria. Kepada Your Tango, Egger mengaku jijik terhadap bisnis prostitusi terselubung yang sudah berlangsung sejak dulu dalam dunia modeling.
Dan parahnya, hal ini tak hanya terjadi di agensi kecil, melainkan agensi raksasa yang wajah para modelnya biasa kamu lihat di billboard dan iklan setiap hari.
Untuk bisa mendapatkan pekerjaan dan memenangkan kontrak iklan, para model harus rela 'dipakai' atau 'menjajakan diri' untuk melayani para konglomerat pemangku kepentingan.
Saat mengawali karir, Egger mengaku shock saat 'ditawar' oleh George, seorang lelaki yang mengaku punya banyak link pekerjaan menarik untuknya. Saat itu, Egger mendadak diminta untuk ikut berlibur ke Yunani bersama seorang miliuner untuk bicara soal 'pekerjaan'. Merasa ganjil dan takut, Egger pun menolak.
Di lain kesempatan, George kembali menghubungi Egger dan menawari honor £1,000 atau Rp 19,9 juta untuk ikut berpesta bersama sembilan model lainnya di sebuah klub. George juga mengajaknya untuk makan malam intim bersama seorang aktor terkenal yang menolak disebutkan namanya.
"Aku seorang model dan bukan escort," tolak Egger lewat pesan singkat. Saat menolak karena keberatan, George malah membalasnya dengan pernyataan yang mencengangkan.
"Ini merupakan hal paling normal di industri ini, semua orang melakukannya," kata George santai.
Bahkan, George juga membeberkan bahwa supermodel sekelas Bella Hadid dan Adriana Lima juga pernah bekerja dan melakukan hal yang sama dengannya. Ditutur George, Bella bahkan menerima USD 2 juta atau Rp 27 miliar untuk 'menghabiskan waktu' bersama kliennya.
George juga mengeluarkan sederet pernyataan yang dinilai Egger sangat merendahkan profesi model dan perempuan.
"Pikirkan dari mana mereka berasal, mereka sadar pentingnya uang dan seberapa besar perbedaan yang bisa dilakukan dan semua orang menikmati seks," katanya.
"Khususnya bersama dengan pria muda yang tampan, apa yang membuatmu malu? Beginilah cara industri fashion bekerja," pungkas George.
Bahkan, tawaran ini tak hanya diterima oleh model perempuan saja. Model pria pun sering diberi tawaran serupa. Sama sekali bukan karena diinginkan oleh klien perempuan, melainkan untuk melayani bos homoseksual yang menginginkannya.
Tak jarang, para model lelaki harus berpura-pura gay demi mendapatkan kontrak pekerjaan yang diidam-idamkan. Sungguh miris, bukan?