Ramadan Dibayangi Covid-19, Facebook Punya Resep untuk Tetap Menghasilkan Uang
-
Uzone.id - Ramadan adalah momen spesial untuk umat muslim di dunia, termasuk Indonesia. Bahkan momen ini juga yang ditunggu-tunggu oleh para pebisnis untuk meningkatkan penjualan mereka. Namun wabah virus corona membuat tren berubah.
Menurut Head of Marketing Facebook Indonesia, Hilda Kitti, biasanya dua bulan menjelang Ramadan, warga sudah melakukan pembelian melalui online. Banyak dari mereka yang membeli barang-barang fashion sampai voucher hiburan. Namun kini semua berubah"Ada perubahan perilaku konsumen terkait pandemi corona. Dari responden survei yang kami lakukan dengan Kantar WordPanel, sebanyak 52 persen responden mengaku akan mengurangi kegiatan yang bersifat hiburan, bersosialisasi, makan di luar, maupun pergi ke bioskop," ujar Hilda, dalam presentasi yang dilakukan secara online, Kamis, 26 Maret 2020.
Baca juga: Facebook Beri Rp15 Juta untuk Para Karyawannya Bekerja di Rumah
Selain itu, kata Hilda, ketika Ramadan tahun lalu banyak orang antusias membeli makanan dan minuman serta produk fashion, tahun ini diperkirakan akan berubah. Dalam survei tersebut diketahui sebanyak 48 persen responden lebih tertarik menghabiskan uang mereka untuk membeli produk-produk pembersih dan makanan yang bernutrisi.
Oleh karena itu, kata Hilda, pebisnis harus mulai mencari cara berkomunikasi yang berbeda dengan customer. Mereka juga harus mencari cara yang relevan untuk memasarkan produk sepanjang Ramadan nanti.
"80 persen dari responden mengaku memang takut atau khawatir pada Covid-19 tapi brand harus bisa terus berkomunikasi dengan konsumen, dengan cara yang berbeda. Bisa dimulai dengan memikirkan sinergi untuk bisa memanfaatkan perangkat digital yang ada karena selama work from home, ruang tamu di rumah menjadi digital living room. Ada yang pakai smartphone, tablet, PC, dan lainnya," kata Hilda.
Baca juga: Pakai Teknologi, Pakde Jokowi Terlihat Santuy Kerja dari Rumah
Selain itu, pebisnis juga bisa menggunakan fitur-fitur yang ada di Facebook untuk pemasaran. Hilda menyarankan, pebisnis tak perlu lagi berorientasi pada Like dan jumlah followers namun harus menentukan lebih dahulu obyektif dari sebuah pemasaran yang akan dilakukan.
"Fitur otomasi di Facebook bisa digunakan sehingga para pebisnis bisa memikirkan hal lain untuk pengembangan bisnis mereka, biarkan sistem yang menjalankannya secara otomatis.
Hilda pun memberikan 5 resep untuk para pebisnis menjalankan usahanya di tengah pandemik yang belum diketahui kapan selesainya.
"Intinya adalah pilih lokasi yang tepat, gunakan mobile story telling yang otentik berisi pesan-pesan Ramadan yang positif, lalu cari cara pendekatan yang berbeda ke konsumen, gunakan teknologi dan biarkan mereka bekerja, terakhir jangan lagi pikirkan Likes dan Followers karena itu tak berpengaruh pada metriks bisnis," ujar Hilda.