Review: ‘Deadpool 2’ Kocak Banget, Tapi...
Spoiler-free.
Setelah berbagai macam pembahasan tentang ‘Avengers: Infinity War’ mejeng di mana-mana, sekarang giliran karakter antihero Wade Wilson alias Deadpool yang unjuk gigi di layar perak bioskop Tanah Air.Sekuel ‘Deadpool 2’ akhirnya dirilis. Diproduksi oleh 20th Century Fox, film ini menceritakan tentang upaya Deadpool (Ryan Reynolds) yang mendadak merasa harus membentuk tim baru bernama X-Force demi menyelamatkan seorang anak laki-laki usia 14 tahun bernama Russell (Julian Dennison) yang punya keahlian ‘nggak biasa’. Russell ini sedang diburu oleh seorang mutan kuat dari masa depan bernama Cable (Josh Brolin).
Terkadang sulit bagi gue untuk benar-benar mengkritik film bertema superhero. Kebanyakan digarap untuk membangkitkan keseruan dari pengalaman sinematik dengan alur cerita yang mudah dipahami, karakter yang terasa begitu keren namun tetap manusiawi, dan tentu saja dibubuhi oleh konflik dengan sang villain.
Deadpool yang juga berasal dari semesta Marvel memang bukan superhero, namun antihero. Tetap saja, elemen-elemen yang gue sebutkan di atas turut hadir di kisahnya. Bedanya, sejak awal film ‘Deadpool’ dikemas berbeda dari film-film buatan Marvel Cinematic Universe.
Pembawaan nyeleneh yang nggak cuma hadir di karakter Wade Wilson namun juga sampai ke sisi teknis film seperti opening credits dan screenplay. Hal ini yang membuat sensasi menonton film ‘Deadpool’ berbeda dan penuh gelak tawa.
Alur mudah dimengerti, namun sempat flat
Nggak perlu pusing ketika nonton ‘Deadpool 2’. Memang lebih baik kamu nonton yang pertama dulu supaya nggak bingung kenapa bisa ada orang dengan tekstur wajah semi hancur begitu.
Seperti pendahulunya, ‘Deadpool 2’ dibuka dengan alur yang sempat maju-mundur, porsinya nggak sebanyak film pertama. Tampaknya alur seperti ini menjadi senjata pembuka dari tiap film ‘Deadpool’ agar audiens langsung merasa engaged sejak detik pertama film dimulai.
Adegan sadis ala Deadpool karena keahliannya dalam menebas tiap nyawa kriminal begitu mumpuni, di film ini tetap ditampilkan begitu jelas. Jadi nggak perlu shock atau sok-sok jijay ketika melihat darah dan kepala, tangan, kaki melayang di udara.
Bedanya, di sekuel ini bumbu dramanya lebih kental. Dari sisi kehidupan percintaan Wilson dengan sang kekasih Vanessa (Morena Baccarin) yang sedang merencanakan ingin punya anak, hingga hubungannya dengan para mutan seperti Colossus (suara Stefan Kapičić) dan Negasonic (Brianna Hildebrand) serta dengan Russell sendiri. Paling nggak, kita bisa melihat ada pengembangan karakter dari sosok Deadpool, and that is a good thing.
Ada satu hal yang gue rasakan di tengah-tengah alur film. Gue sempat merasa ngantuk sesaat karena mengalami plot yang terasa statis. Untungnya, alur flat ini nggak berlangsung lama -- thanks to Josh Brolin yang membawakan karakter Cable dengan begitu keren tanpa berlebihan.
Di satu sisi, meski pembawaan karakter Russell oleh Dennison sudah pas, namun gue pribadi merasa kurang greget. Entah mungkin karena Russell usianya baru 14 tahun jadi lebih ingin menonjolkan sisi bocah yang sedang berada di masa labil atau gimana, yang jelas engagement gue dengan karakter Russell nggak maksimal.
Gaes, tapi jangan keliru ya, meski sama-sama berbadan gemuk, Russell ini berbeda dari bocah kecil yang selalu memakai pakaian mirip seragam pramuka di film animasi Pixar 'Up'. Ha ha ha.
Lagi, lagi, terima kasih untuk humornya, Ryan Reynolds, eh, Deadpool!
Menyambung dari kalimat gue di atas, selain muncul Brolin sebagai Cable yang menambah keseruan film ini, overall semuanya teratasi berkat humor yang disajikan. Harus gue akui, tingkat lucu sekuel ini benar-benar melampaui film pertamanya.
Kalau membandingkan sejenak, sebenarnya film pertama itu sudah pas dari segala komposisi -- alur nggak membosankan, garis cerita yang menarik, dan ending sesuai harapan. Bedanya, ketika menuju ending film pertama ‘Deadpool’, klimaksnya nggak terlalu wah.
Nah, di ‘Deadpool 2’, meski alurnya sempat flat di tengah film, untungnya banyak detail atau plot yang benar-benar menghibur seperti proses merekrut calon-calon X-Force, ketika Deadpool disamperin oleh Cable di rumah Blind Al (Leslie Uggams), dan lain-lain (gue nggak mau ngasih spoiler he he he).
Meskipun kocak banget, tapi film ini nggak bisa lepas dari unsur utama yang ingin ditonjolkan, yaitu sentimen dari drama yang sejak awal diperlihatkan. Kendati begitu, justru ada hikmahnya, gaes.
'Deadpool 2' terasa lebih berbobot karena sentuhan drama tersebut yang mampu meletakkan ending ‘Deadpool 2’ jauh lebih bermakna -- pelajaran ringan tentang persahabatan, pengorbanan, dan betapa sulitnya seorang mutan untuk masuk ke surga. Ha ha! Sekian~