Review Garmin Instinct Crossover Solar: Fitur Elit, Kontrol Sulit
Garmin Instinct Crossover Solar (Foto: David/Uzone.id)
Uzone.id - Garmin seringkali meluncurkan smartwatch yang tampil beda (walau harganya selangit), Instinct Crossover Solar misalnya. Tak murah untuk meminangnya, mulai dari R9,3 jutaan untuk varian yang kami gunakan sekarang sebagai jam tangan utama.
Ketika pertama kali melihat Garmin Instinct Crossover Solar, rasanya seperti melihat jam tangan G-Shock dari Casio. Pikirkan saja jam tangan G-Shock, namun dibekali ragam fitur dari Garmin yang cocok buat ‘si paling aktif’ di lingkungan outdoor, itulah Instinct Crossover Solar.Kami diberikan kesempatan oleh Garmin Indonesia untuk menjajal langsung jam tangan terbarunya. Berikut pengalaman dan review lengkap khas redaksi Uzone.id tentang Garmin Instinct Crossover Solar.
Kokoh, no debat
Gak perlu khawatir soal ketangguhan jam tangan satu ini. Gak heran Garmin Instinct Crossover Solar memang ditujukan buat pengguna yang sering beraktivitas di luar, karena material yang digunakannya memang tahan banting.
Casing jam tangan ini dibuat menggunakan serat polimer yang diperkuat oleh bezel berbahan dasar baja tahan karat. Bagian layarnya menggunakan panel Garmin Power Glass, dimana kacanya telah diperkuat secara kimiawi oleh Garmin.
Untuk memperjelas kokohnya build quality jam tangan ini, Garmin Instinct Crossover sudah mengantongi sertifikasi militer Amerika Serikat (AS) dengan nomor sertifikat MIL-STD-810, sehingga jam tangan ini sudah teruji dan tahan terhadap panas, guncangan, serta air hingga kedalaman 10 ATM.
Dimensi Garmin Instinct Crossover Solar lumayan besar. Lingkaran jam tangannya berukuran 45mm dengan ketebalan 16mm, terlihat agak menonjol di pergelangan tangan.
Tebalnya dimensi Garmin Instinct Crossover Solar disebabkan satu hal, adanya jarum jam analog.
Bukan, ini tidak seperti yang kalian bayangkan. Garmin Instinct Crossover Solar tetaplah smartwatch dengan ragam fitur pintar di dalamnya, tapi ada sentuhan khas jam tangan analog yang membuatnya beda dari yang lainnya.
Jarum analog ini memiliki lapisan bercahaya yang akan menyala saat gelap, Super Luminova namanya.
Seperti yang kita bilang di awal, menggunakan Garmin Instinct Crossover Solar terasa seperti memakai jam tangan G-Shock di pergelangan tangan. Memang, kesan ini terasa melekat berkat bezel tahan karat yang kokoh, jarum jam analog, dan pastinya tali silikon yang tebal.
Layar monokrom, tombol bikin bingung
Buat kalian yang mementingkan tampilan layar di atas segalanya, jangan jadikan Garmin Instinct Crossover Solar sebagai pilihan utama. Layar transflective memory-in-pixel atau MIP yang digunakannya cuma menampilkan warna monokrom saja, boring.
Ukurannya 0,9 inci dengan resolusi 176 piksel. Berbagai informasi ditampilkan di layar kecil ini, tentu dalam warna monokrom yang lagi-lagi terasa seperti menggunakan jam tangan digital khas Casio G-Shock.
Layar ini bukanlah fitur utama dari Garmin Instinct Crossover Solar, terbukti saat Garmin meletakkannya sebagai ‘background’ dari jarum analog. Ada lah beberapa fitur standar, seperti watch faces yang bisa diatur pilihannya.
Ya, meski layarnya monokrom, tampilannya bisa diatur. Ada beberapa model yang unik-unik, termasuk animasi seperti Pokemon. Notifikasi juga ditampilkan, dengan nuansa monokrom tentunya.
Akan tetapi, kalau notifikasi yang diterima panjang, maka tampilannya akan terpotong. Buat melihat semuanya, kalian harus menggunakan tombol di samping, alih-alih scrolling layar dengan jari.
Tepat! Layar Garmin Instinct Crossover Solar gak mendukung input sentuhan jari. Terkait navigasi, kalian bisa menggunakan tombol-tombol di samping bezel.
Inilah yang agak mengganggu, terutama buat pengguna smartwatch terkini yang mengusung layar sentuh yang full-screen. Sederhananya, pengguna hanya perlu mengusap layar untuk masuk ke satu fitur dan fitur lainnya, atau sekadar mengakses tampilan menu.
Beda dengan Garmin Instinct Crossover Solar yang kami review. Mengakses menu yang berbeda atau melihat informasi kebugaran, perlu memencet tombol-tombol di sampingnya. Bahkan sampai sekarang (setelah hampir sebulan pemakaian), kami masih kagok dan harus membiasakan diri dengan navigasi tombol.
Kami kasih rinciannya buat kalian deh, siapa tau kalian bingung juga. Tekan tombol kiri atas untuk menyalakan atau mematikan lampu layar, dan juga tombol ini berfungsi untuk melihat menu Control dengan menekan dan menahannya.
Tombol yang kanan atas, berfungsi untuk menampilkan daftar aktivitas dan juga sebagai tombol untuk memilih menu. Kalau tombol kanan bawah, berfungsi sebagai tombol Back dan untuk mengakses menu yang berkaitan dengan jam.
Kemudian tombol tengah dan bawah di kiri untuk menggulirkan menu ke atas dan ke bawah. Intinya, sisi kanan untuk membuat pilihan dan sisi kiri untuk melihat daftar menu dan pengaturan.
RevoDrive jadi pembeda
RevoDrive merupakan teknologi kalibrasi jarum jam otomatis. Hebatnya, kalibrasi ini berbasis satelit, yang pastinya sangat akurat.
RevoDrive berfungsi ketika jarum analog jika jam tangan mengalami guncangan yang besar. Teknologi ini juga berguna saat pengguna berpindah zona waktu atau mengalami peristiwa yang akan menyebabkan jarum analog menampilkan waktu yang tidak akurat.
Nah, RevoDrive akan secara otomatis mengkalibrasi ulang posisi jarum jamnya menggunakan teknologi satelit.
RevoDrive juga berguna biar jarum jam gak menghalangi tampilan menu atau konten yang sedang dilihat pengguna. Saat kami mengakses menu, fitur, dan sebagainya, jarum jam akan pindah ke area yang sama sekali tidak menghalangi, baik itu di sudut (jam 7.40) ataupun horizontal (9.15).
Saat sudah selesai mengakses menu, jarum jam akan kembali ke waktu yang tepat saat itu juga.
Fitur
Ada banyak fitur yang tersaji di Garmin Instinct Crossover Solar, apalagi soal pelacakan aktivitas dan kesehatan pengguna.
Smartwatch ini dapat mengukur detak jantung pengguna sepanjang waktu, termasuk kualitas tidurnya. Terkait kualitas tidur, nantinya sistem Garmin akan mengonversi skor tidur pengguna ke Body Battery.
Body Battery adalah indikator baterai fisik pengguna. Seperti smartphone, waktu tidur dianalogikan sebagai ‘proses charging’ tubuh.
Kalau tidur tidak maksimal, maka baterai tubuh pun bakal tidak optimal. Seperti gadget yang biasa kita gunakan, indikator baterai ini akan terus berkurang sesuai aktivitas yang dijalani.
Ada juga fitur Pulse Ox, dimana jam tangan akan mengukur kadar oksigen dalam darah menggunakan infrared untuk untuk mengetahui berapa banyak darah yang mengandung oksigen atau SpO2%.
Metrik kesehatan lainnya, saat berolahraga atau beraktivitas di luar ruangan, Garmin Instinct Crossover Solar dapat mengukur laju pernapasan saat pengguna berolahraga.
Terkait aktivitas di luar ruangan, Garmin Instinct Crossover Solar adalah contoh smartwatch yang pas buat 'si paling aktif '. Ada banyak fitur, selain jam tangan ini memang mumpuni soal pelacakan jarak tempuh, langkah yang sudah diambil, hingga ketinggian saat pengguna sedang mendaki.
Garmin Instinct Crossover Solar dapat secara otomatis mendeteksi ketika pengguna sedang berlari, dan otomatis pula menampilkan berbagai macam informasi, mulai dari kecepatan rata-rata, jarak tempuh, detak jantung, dan statistik lainnya, lengkap di aplikasi Garmin Connect.
Sama halnya saat pengguna tengah bersepeda atau berenang, jam tangan akan masuk ke mode olahraga khusus untuk melakukan pengukuran tubuh gang komprehensif. Termasuk, sisa 'baterai tubuh', apakah masih sanggup menjalani sisa hari atau memang harus beristirahat.
Jam tangan ini juga bisa menampilkan informasi kapan matahari terbit dan terbenam, tentu berbasis satelit dan koordinat GPS. Kalau sukanya naik gunung atau hiking, ketinggian hingga jarak ke tujuan juga bisa diperlihatkan, meski pengaturannya bisa disesuaikan via aplikasi Garmin Connect.
Fitur simple, tapi menarik dan berkesan. Garmin Instinct Crossover Solar juga akan menyapa pengguna setiap paginya. "Good morning!", Kata jam tangan ini, membuat kami semangat menjalani hari.
Namun ada kekurangan juga, satu di antaranya adalah ketiadaan aplikasi musik bawaan. Padahal, jam tangan pintar di kelasnya sudah mengusung fitur ini, termasuk kemampuan untuk terhubung dengan aksesoris lain, seperti TWS.
Hanya ada kontrol musik saja. Lumayan sih, setidaknya pengguna gak perlu repot bolak-balik pakai ponselnya saat berlari untuk memindahkan lagu.
Baterai super tahan lama
Selama sebulan (kurang-lebih), kayaknya cuma beberapa kali saja deh kami ngecas baterai Garmin Instinct Crossover Solar. Saking awetnya baterai jam tangan ini, mode hemat daya saja bisa sanggup menyala sampai 5 hari dengan baterai tersisa 9 persen.
Dan kebetulan kami menggunakan tipe dengan solar panel atau Power Glass, Garmin Instinct Crossover Solar akan terisi baterainya kalau kami sering beraktivitas di luar ruangan dengan intensitas matahari yang terik.
Dan kebetulan, langit Jakarta akhir-akhir ini memang lagi panas-panasnya, jadi 'sambil menyelam, minum air', beraktivitas di luar sambil ngecas jam tangannya.
Satu kekurangannya, Garmin Instinct Crossover Solar belum mendukung wireless charging. Kalau mau ngecas pakai kabel, ya menghubungkannya dengan port di bagian bawah jam tangan, yang posisinya tidak ergonomis.
Pentingkah smartwatch analog?
Ada dua kesimpulan yang kami berikan terkait review Garmin Instinct Crossover Solar. Kesimpulan pertama kami khususkan buat kalian yang antusias dengan jam tangan ini.
Garmin Instinct Crossover Solar punya tampilan dan fitur yang beda. Konsep smartwatch analog berhasil diterapkan oleh Garmin, seakan mencampurkan unsur teknologi terkini dengan fitur jadul yang masih melekat di tengah masyarakat.
Perangkat ini juga sangat bisa diandalkan, terutama buat kalian yang memang tipikal orang super aktif. Gak usah khawatir soal ketangguhannya, standar militer AS pun sudah dikantongi lleh smartwatch ini.
Yang terpenting, baterainya yang luar biasa tahan lama. Apalagi dengan Power Glass, sederhananya kalian tinggal keluar saja, panas-panasan, dan baterai jam tangan akan terisi otomatis.
Kesimpulan kedua, terkait kekurangan Garmin Instinct Crossover Solar, dimana gak cocok buat kalian yang memang sudah terbiasa dengan konsep smartwatch pada umumnya.
Jam tangan ini mahal, harus diakui. Rp9 jutaan, tentu gak semua orang rela mengeluarkan uang sebanyak itu buat smartwatch analog.
Sudah mahal, kontrolernya bikin bingung pula. Gak ada dukungan touchscreen, jadi navigasi harus menggunakan tombol-tombol di sampingnya.
Tapi secara overall, lagi-lagi Garmin berhasil membuat smartwatch gabungan masa depan dan masa lalu dengan baik.