Home
/
Gadget

Review Kamera Infinix Zero Ultra: Gimmick atau Beneran Bagus?

Review Kamera Infinix Zero Ultra: Gimmick atau Beneran Bagus?
Muhammad Faisal Hadi Putra17 October 2022
Bagikan :

Uzone.id - Infinix Zero Ultra sejenak bisa mengambil perhatian saya sebagai reviewer. Bisa dibilang, untuk pertama kalinya Infinix menghadirkan smartphone yang membawa rentetan teknologi pertama ke Indonesia, menyusul duo brand asal China yang jadi pesaing beratnya, Xiaomi dan Realme.

Infinix Zero Ultra dijual dengan harga Rp6,4 jutaan yang sebenarnya bikin ragu. Kenapa? Lantaran Infinix identik dengan smartphone ‘harga kaki lima’, yang biasanya berada di rentang Rp1 juta sampai Rp4 juta maksimal.

Tapi tiba-tiba, perusahaan asal Hong Kong ini meluncurkan smartphone baru dengang harga nyaris Rp7 juta. Tentu banyak yang bertanya, apa bagusnya ponsel Infinix ini?

Ada dua hal yang jadi selling point smartphone ini, dan salah satunya adalah kamera 200 MP pertama di Indonesia. Berikut ini review lengkap soal kamera dari Infinix Zero Ultra, terkhusus kamera utama 200 MP-nya.

Baca juga: Review Benchmark Asus ROG Phone 6: Skornya 'Maxed out'!

Spesifikasi kamera Infinix Zero Ultra

Preview

Infinix Zero Ultra menjadi smartphone ketiga di dunia setelah Motorola Edge 30 Ultra dan Xiaomi 12T Pro yang mengusung kamera utama 200 MP dengan sensor Samsung ISOCELL HP1. 

Kamera 200 MP sudah didukung oleh OIS atau optical image stabilization dan PDAF. Kehadirannya membuat stabilisasi saat merekam video jauh lebih baik, ditambah dengan kecepatan fokus yang semakin bagus.

Buat memotret suasana malam pun, OIS bisa berguna banget. Pengambilan gambar bisa lebih stabil, sehingga keluaran foto jadi minim noise dengan detail berkualitas tinggi.

Menemani kamera dengan resolusi masif tersebut, ada kamera ultrawide 13 MP dan kamera depth 2 MP. Sementara di atas, ada kamera 32 MP.

Baca juga: Review Realme Pad Mini: Tablet Pertama Realme yang Mengesankan

Detail lebih jelas

Preview

ISOCELL HP1 bisa dibilang merupakan salah satu sensor kamera terbesar saat ini dengan format optik berukuran 1/1.22”, bahkan lebih besar dari Samsung ISOCELL JN1 50MP atau Sony IMX766 50MP.

Secara default, kamera 200 MP dari Infinix Zero Ultra menghasilkan gambar dengan resolusi 12,5 MP. Kok bukan 200 MP resolusinya? Tenang, bukan karena gimmick atau sekadar angka saja kok sensornya.

Jadi, sensor kamera ini didukung teknologi deep learning dengan basis algoritma remosaicing. Dengan teknologi tersebut, sensor dimungkinkan menangkap gambar dalam dua mode pencitraan dan keluaran resolusi yang berbeda.

Sensor ini dapat menghasilkan foto dengan resolusi 50 MP dengan skema 2x2 pixel binning yang menghasilkan ukuran piksel efektif 1,28µm. Mode lainnya, sensor ini dapat menghasilkan foto dengan resolusi 12,5 MP dengan ukuran piksel berukuran 2,56µm.

Selain mode standar, tersedia juga lho mode yang bikin penggunanya memotret foto beresolusi 200 MP beneran.

Di mode 12,5 MP, kamera Infinix Zero Ultra memberikan tone warna yang natural. Namun dalam beberapa skenario pemotretan, kameranya justru menghasilkan warna yang biasa saja.

Komposisi warnanya tak secerah dan setajam smartphone kelas menengah Oppo Reno8 5G yang juga telah saya review beberapa waktu lalu. Artificial intelligence atau AI dari sistem kamera pun tak gercep dalam mengenal skenario foto yang saya ambil.

Baca juga: Review Oppo Reno8 5G: Performanya Bikin Kagum, Tapi 'Over Price'

Foto mode standar:

Foto default

Foto setelah diperbesar 50 persen:

Foto default zoom 50 persen

Mungkin ini soal software, sehingga semestinya Infinix dapat memberikan pembaruan untuk meningkatkan kemampuan AI dan sistem kameranya agar lebih baik lagi.

Ketika foto diperbesar sebanyak 50 persen, harus diakui kalau detail yang dihasilkannya sungguh menakjubkan. Skema pencitraan 4x4 pixel binning membuat detail dari objek foto yang sudah diperbesar beberapa kali masih terlihat dengan sangat baik.

Infinix Zero Ultra ditenagai oleh prosesor 5G MediaTek Dimensity 920. Sebenarnya, prosesor ini ‘kurang ngangkat’ buat pemotretan dengan mode 200 MP, lantaran smartphone sering terasa ngelag.

Ya, ketika mode 200 MP diaktifkan, butuh waktu sampai 5 detik untuk melakukan pengambilan gambar. Kinerja smartphone langsung terasa lambat, ditandai dengan suara shutter dan efek memotret yang tak berbarengan.

Baca juga: Review Vivo V25: Baterai Awet, Layarnya Bikin Betah Nonton

Foto 200 MP:

Foto 200 MP

Foto setelah diperbesar 50 persen:

Foto zoom 200 MP

Malah beberapa kali, aplikasi kamera sempat tertutup paksa saat saya mengambil foto 200 MP secara simultan. Soal detail, gak perlu ditanyakan lagi, sudah pasti bagus. Cuma sayangnya, reproduksi warna di mode ini sama-sama terasa hambar.

Kalau fotonya diperbesar, detail terkecil pada objek bakal tetap terlihat. Ini yang saya suka dari kamera 200 MP di Infinix Zero Ultra.

Cuma konsekuensi memotret dengan resolusi tertinggi, bikin memori cepat penuh. Bayangkan satu foto 200 MP dapat berukuran nyaris 70 MB! Bandingkan dengan foto 12,5 MP yang sebesar 4 MB sampai 7 MB saja.

Sementara untuk kamera ultrawide dan depth, sebenarnya sepasang kamera tersebut ‘kurang dibutuhkan’. Mau memotret landscape dengan detail yang lebih jelas, kamera 200 MP sudah bisa mengambilnya.

Foto dengan efek portrait, kamera utama dengan sensor ISOCELL HP1 ini juga sudah bisa melakukannya. Secara kualitas, kedua kamera ini punya mutu yang biasa, baik dari reproduksi warna dan urusan detailnya.

Sementara selfie 32 MP, pengguna dapat memperoleh swafoto yang natural dengan detail wajah yang masih kelihatan dengan baik.

Baca juga: Review Vivo X80 Pro: Gampang Panas, Kamera Bikin Takjub

Foto malam minim noise

Memotret dalam kondisi cahaya yang redup sering menjadi masalah buat kebanyakan smartphone, apalagi yang kelas menengah. Infinix Zero Ultra memberikan hasil foto malam dengan detail yang bagus, minim noise, tapi lagi-lagi kurang mantap soal reproduksi warnanya.

Hasil foto malam:

Foto malam

Keunggulan ISOCELL HP1 memang terasa di sini dalam hal pengambilan gambar saat malam hari. Gak perlu 3 detik lebih untuk memotret, cukup 1 detik saja foto malam pun bisa dijepret dengan baik.

OIS kurang stabil, bisa dibantu dengan EIS

Preview

Infinix Zero Ultra dapat merekam video hingga beresolusi 4K pada 30 FPS atau 1080p pada 60 FPS. Standarnya, OIS bakal langsung bekerja di semua mode resolusi saat perekaman video berlangsung.

Berdasarkan pengujian, stabilisasi gambar kurang impresif. Benar lebih stabil dari kamera tanpa OIS, namun masih kurang stabil kalau dibandingkan dengan kamera ponsel lain yang mengandalkan OIS juga.

Diajak berjalan cepat, hasil videonya masih terlihat efek shaky yang bikin kualitasnya menurun. Belum lagi reproduksi warnanya yang cukup payah dalam skenario pengambilan gambar yang menantang, seperti melawan sinar matahari yang cukup terik.

Ada mode yang lebih stabil untuk pengambilan video, namun terbatas pada 1080p di 30 FPS saja. Mode ini dibantu dengan EIS atau electronic image stabilization, yang bikin video jauh lebih stabil.

Kalau kalian tak memperdulikan frekuensi FPS, saya sarankan untuk selalu menggunakan mode bantuan ini untuk bikin video yang lebih mantap dan konstan.

Baca juga: Review Xiaomi 12 Lite: Masih Mending Poco F4

Hasil video 1080p @60 FPS (OIS):

1080p 60 FPS

Hasil video 1080p @30 FPS (OIS + EIS):

1080p 30 FPS

Spesifikasi Infinix Zero Ultra

Smartphone ini menampilkan layar berjenis AMOLED berukuran 6,8 inci. Resolusinya Full HD+ dengan refresh rate 120Hz dan intensitas cahaya maksimal hingga 900 nits.

Infinix Zero Ultra ditenagai oleh prosesor MediaTek Dimensity 920 yang dipasangkan dengan RAM 8 GB serta penyimpanan internal 256 GB. Tak cuma jadi smartphone 200 MP pertama di Indonesia, Infinix Zero Ultra pun jadi ponsel pertama di Indonesia dengan fast charging 180W Thunder Charge.

Teknologi ini mampu mengisi baterai dengan kapasitas 4.500 mAh. Selain cepat, teknologi ini juga menghimpun 111 mekanisme keamanan berbasis software dan hardware untuk mengoptimalkan kecepatan charging dan mencegah overheating.

Di Indonesia, Infinix Zero Ultra dijual dengan harga Rp6.449.000 di Indonesia. Penjualan perdana digelar pada 7 Oktober mendatang melalui jaringan e-commerce populer di Indonesia.

populerRelated Article