Review: Meski Nihil Kejutan, ‘Halloween’ Tetap Sajikan Pertumpahan Darah Segar
-
Spoiler-free.
Uzone.id -- Sulit rasanya menulis ulasan film jika gue sendiri bukan penggemar berat genre horor. Meski begitu, nyaris mustahil membiarkan sekuel ‘Halloween’ orisinal ini dilewatkan begitu saja sembari deg-degan dan bergumam dalam hati, “bakal bikin jantung gue copot, nggak ya!?”Jawabannya, nggak juga. Alhamdulillah…
Jadi gini… Gue mau meluruskan sesuatu. Film orisinal ‘Halloween’ itu dirilis pada 1978 dengan John Carpenter di kursi sutradara. Film orisinal ini sangat ikonis dan dirayakan sampai masa sekarang karena cerita yang begitu klasik.
Sejak ‘Halloween’ pertama dirilis, muncul film-film sejenis lainnya dengan kisah yang beragam -- kebanyakan sih maksa dan cuma menjual horor-horor seadanya. Total, ada 10 film ‘Halloween’ yang telah dibuat dalam jangka 1981 sampai 2009.
Baca juga: Throwback Movie: Film Orisinal 'Halloween' Dirilis 40 Tahun Lalu, ini 5 Fakta Serunya
Ketika film ‘Halloween’ tahun ini hendak dirilis, ternyata telah dikonfirmasi bahwa film ini merupakan sekuel langsung dari karya orisinalnya. Dengan kata lain, nggak perlu pusing kalau belum pernah nonton 10 film sebelumnya karena nggak penting.
Oke, balik lagi ke ulasan ‘Halloween’.
Disutradarai oleh David Gordon Green, ‘Halloween’ melanjutkan kisah pembunuh berbahaya Michael Myers yang selama 40 tahun mendekam di rumah sakit jiwa setelah kasus brutal yang dia lakukan di kota Haddonfield, Illinois di akhir Oktober alias malam Halloween tahun 1978 lalu.
Sehari sebelum malam Halloween tahun 2018, Myers dan sekelompok pasien RSJ harus dipindahkan ke tempat lain. Seperti yang sudah diduga, proses perpindahan tersebut tidak berjalan lancar dan mengakibatkan para pasien lolos -- termasuk Myers sendiri.
Namanya juga psikopat, Myers pun mengarah ke kota Haddonfield lagi untuk mencari korban-korban baru serta target abadinya, Laurie Strode (Jamie Lee Curtis) yang pada 1978 berhasil lolos dari incarannya.
Gue anaknya penakut banget dan tetap deg-degan plus kaget tiap ada jump scare. Tapi percayalah, film ini tergolong horor yang menghibur dan nggak bikin rugi.
Film horor kalau nggak deg-degan tentu bakal membosankan. Dan, ‘Halloween’ jelas tidak membosankan.
Plot dari awal dibangun dengan rapi dan jelas. Karakter Laurie yang kini sudah semakin tua dan telah memiliki cucu itu terlihat masih tangguh dan hebatnya lagi, ‘Halloween’ turut melibatkan masalah mental manusia.
Strode menjadi incaran Myers 4 dekade lalu. Teman-teman masa remajanya habis dibantai oleh Myers. Orang mana yang nggak trauma dan parno keluar rumah kalau dihadapkan situasi seperti ini?
Nah, aktris Lee Curtis memerankan Strode dengan begitu apik dan memancarkan energi seorang wanita tua rapuh karena dijauhi oleh anak kandungnya, namun tetap kuat hidup sendiri. Penonton juga dapat merasakan dendam yang mendalam dari seorang Strode terhadap Myers.
Di sisi lain, ‘Halloween’ sejatinya nggak memberikan kejutan baru yang signifikan di dalam filmnya. Semua berjalan sesuai ekspektasi penonton dan cenderung menggunakan plot aman.
Tapi, semua itu pun tidak masalah sama sekali, sebab balik lagi, film ini tetap menghibur dan memperlihatkan pertumpahan darah segar dari korban-korban Myers. Pembunuh bertopeng yang sering disebut 'The Shape' ini masih beraksi secara brutal tanpa belas kasih.
Gue sarankan untuk menonton film orisinalnya terlebih dahulu agar lebih mendapat nuansa horor dan nostalgia dari karya klasiknya. Tapi… kalau pun belum pernah nonton, tetap nggak apa-apa karena tetap bisa dinikmati sampai selesai.
Akhir kata, jangan lupa kunci semua pintumu, ya!