Review Realme 10 Pro+: Gak Cocok Buat 'Kaum Mending'
Uzone.id - Saat Realme 10 Pro+ meluncur resmi di Indonesia dengan harga nyaris Rp7 juta, otomatis kami langsung berekspektasi tinggi pada smartphone ini. Desainnya okelah premium, sesuai dengan harganya. Tapi sektor lain seperti dapur pacu, ketahanan baterai, sampai kameranya, bagaimana?
Tim Uzone.id telah menggunakan smartphone ini sebagai device utama untuk mengetahui apakah worth it Realme 10 Pro+ dibanderol ‘semahal’ ini?Well, berikut ulasan lengkap dalam review Realme 10 Pro+ berikut ini.
Desain flagship jadi keunggulan utama
Realme 10 Pro+ menjadi number series pertama dari Realme yang mengusung desain layar dengan tepian yang melengkung. Jauh banget dibandingkan Realme 9 Pro+ yang tetap disertai dengan layar datar dan bezel bawah yang cukup tebal.
Desain layar yang melengkung ini membuatnya berkali-kali lipat tampil lebih premium dibanding kompetitornya. Berkat lengkungan pada layarnya, bezel di tiap sisinya pun menjadi lebih tipis, termasuk pada bagian dagu atau bawahnya yang tampak simetris dengan sisi atas.
Cuma sayang, layar melengkung yang notabene lebih ringkih ketimbang layar datar, tak didukung oleh lapisan kaca Gorilla Glass pada Realme 10 Pro+. Realme hanya menyertakan lapisan pelindung tipis saja yang dapat dengan mudah dilepaskan.
Namun Realme tetap menjamin daya tahan melengkung ini. Dari dokumen yang diterima tim Uzone.id, Realme 10 Pro+ memiliki lapisan kaca yang disebut ‘Double-Reinforced’ setebal 0,65mm yang dapat meningkatkan kekuatan layar smartphone saat terkena benturan.
Baca juga: Xiaomi 12T vs Realme 10 Pro+: Adu Kuat Ponsel Harga Rp6 Jutaan
Perusahaan asal China ini telah melakukan serangkaian drop test pada 10 Pro+, seperti drop test setinggi 1 meter dan 28.000 kali micro-drop test, sehingga pengguna tidak perlu khawatir terhadap daya tahan layar ponsel ini.
Sentuhan premium juga diberikan pada bodi belakangnya. Realme 10 Pro+ punya dua opsi warna, salah satunya adalah Starlight yang kami review.
Warna ini terlihat cantik dengan efek kilauan dan glitter yang bakal terlihat jelas saat terkena paparan cahaya lampu atau matahari. Transisi warna gradasinya pun menakjubkan, sayang banget kalau harus menutupi bagusnya desain belakang ponsel ini dengan casing.
Bak ponsel flagship, posisi slot SIM ada di bagian bawah yang disandingkan dengan speaker, mikrofon, dan USB-C. Di sisi kanan terdapat tombol power dan volume.
Yaahh… dari plastik
Emang sih layarnya melengkung, tapi gak harus mengurangi materialnya juga dong. Realme 9 Pro+ bagian belakangnya terbuat dari kaca, kenapa ponsel secantik Realme 10 Pro+ malah terbuat dari plastik?
Panel plastik yang dibuat sedemikian rupa agar seperti kaca ini pun tak dikemas dengan baik oleh Realme. Maksudnya, panel tersebut gampang banget tertempel jejak sidik jari, sehingga bodi Realme 10 Pro+ pun mudah kotor.
Dan penggunaan bodi plastik ini tak bisa kami terima untuk smartphone dengan harga nyaris Rp7 juta. Oke lah kalau harganya Rp3 juta atau Rp4 jutaan, tapi untuk ponsel dengan harga seperti ini, c’mon!
Nyaman digenggam
Berkat desainnya yang melengkung, baik di depan dan belakang, form factor ponsel ini pun lebih ringkas. Dan jujur, smartphone ini jadi salah satu ponsel layar 6,7 inci lebih dengan bobot teringan yang pernah kami coba.
Ketebalannya cuma 8mm saja, dengan berat 175 gram. Digenggam satu tangan asyik, dipegang dua tangan jauh lebih baik.
Baca juga: Review Poco X5 5G: Kinerja Mulus, Kameranya Medioker
Oiya, jeleknya layar yang melengkung di tepiannya biasanya gegara mistouch atau layar yang kerap salah mengartikan sentuhan tangan di tepian layarnya.
Untungnya, Realme 10 Pro+ sudah dilengkapi algoritma X-touch, teknologi anti mistouch yang telah dioptimasi agar tak ada lagi kesalahan pengertian yang terjadi akibat mistouch.
Layar AMOLED yang aman buat mata
Realme 10 Pro+ punya layar AMOLED yang kualitasnya biasa saja sebenarnya. Gak jelek, namun cukup standar buat ponsel Rp6,9 juta.
Layarnya AMOLED, kualitasnya bagus berkat jangkauan warna 10-bit atau 1 miliar warna. Ukurannya pun luas, 6,7 inci dengan resolusi Full HD+.
Buat gamer, layar Realme 10 Pro+ juga sudah mendukung refresh rate 120Hz dan touch sampling rate 360Hz. Sertifikasi HDR10+ juga sudah dimiliki ponsel ini, aman tuh buat nonton video dengan resolusi tinggi dan HDR.
Tapi soal kualitas, malah ketinggalan jauh ketimbang kompetitor sebelah Xiaomi 12T yang punya jangkauan warna berkali-kali lipat lebih tinggi. Resolusinya juga ketinggalan, sehingga Xiaomi 12T punya tampilan warna dan detailnya yang terasa lebih oke.
Namun tak ada keluhan buat kami yang senang main game, scrolling medsos, hingga nonton film di smartphone ini. Kualitasnya overall bagus, dan yang terpenting nyaman dan aman buat mata.
Ya, alih-alih memaksimalkan kualitas visual, Realme meningkatkan fitur untuk menambah kenyamanan dan keamanan buat mata pengguna. Realme 10 Pro+ menjadi smartphone dengan layar OLED pertama di dunia yang mendapatkan sertifikat Flicker Free dari TUV Rheinland.
Ponsel ini pun mengantongi sertifikasi sertifikasi Low Blue Light dari TUV Rheinland. Kedua sertifikat tersebut menjamin kenyaman mata pengguna, terutama buat mereka yang betah banget menatap layar baik siang maupun malam.
Khusus buat tipikal pengguna yang senang menggunakan smartphone saat gelap, Realme juga memberikan fitur perlindungan mata built-in 2160Hz PWM Dimming. Fitur tersebut memungkinkan layar otomatis berpindah ke mode DC Dimming untuk mempertahankan akurasi warna dan kenyamanan mata pengguna, meski tingkat kecerahan layar di bawah 90 nits.
Hal ini berdampak untuk mengurangi ketegangan pada mata. Ingat, ketegangan pada mata membuat mata kita cepat lelah, terasa sensasi seperti terbakar, pandangan kabur, dan lain sebagainya.
Pertama dengan Realme UI 4.0
Di Indonesia, Realme 10 Pro+ menjadi smartphone Realme pertama dengan OS Realme UI 4.0, dan menjadi salah satu ponsel pertama yang langsung dapat OS Android 13 tanpa update terlebih dahulu.
Lalu, apa bagusnya Realme UI 4.0? Jujur, kalau dibandingin sama Realme Ui 3.0 berbasis Android 12, sebenarnya sama saja dan tak ada perbedaan tampilan yang signifikan.
Ada beberapa peningkatan sistem, seperti pengoptimalan baterai, kontrol media yang baru, penyesuaian warna, dan upgrade sistem keamanan yang lebih baik berkat bawaan Android 13.
Tampilan di Realme UI 4.0 tetap clean dan bersih, sama seperti versi sebelumnya. Sedikit bedanya, kalau kalian tarik bar notifikasi ke bawah, terdapat kontrol media yang baru dan juga beberapa shortcut yang dapat disesuaikan posisinya di bagian atas.
Lantaran mengusung layar AMOLED, dua fitur wajib pun disertakan, yakni in-display fingerprint dan Always-on Display. Sensor sidik jari di smartphone ini punya respon yang cepat, plus animasi saat jari menyentuh layar dan lockscreen terbuka pun juga memukau mata, meskipun simple animasinya.
Baca juga: Review Xiaomi 12T: Dikirain Perfect, Ehh Banyak Downgrade
Yang menarik justru Always-on Display. Ada banyak tampilan baru dibanding Realme UI 3.0, salah satunya tema yang mengingatkan penggunanya tentang efek pemanasan global.
‘Home’ namanya, menampilkan sejumlah animasi Always-on Display yang sederhana, namun memiliki arti cukup mendalam tentang global warming.
Fitur baru lainnya adalah Large Folders dan Dynamic Widgets, dimana pengguna dapat memperkecil atau memperbesar ukuran folder aplikasi apapun. Sementara itu, Dynamic Widgets juga menampilkan beberapa informasi maupun aplikasi relevan sesuai kebiasaan pengguna.
Seperti Realme GT 2 Pro, smartphone ini memungkinkan penggunanya untuk menghitung detak jantung secara real-time dengan menempelkan jari mereka ke sensor sidik jari di layar. Fitur ini dapat ditemui di Realme Lab, beserta fitur ‘eksperimen’ Realme lainnya.
Performanya stabil
Beda dengan varian global dengan MediaTek Dimensity 1080, Realme 10 Pro+ di Indonesia ditenagai prosesor MediaTek Dimensity 920 5G. Mau Dimensity 1080 atau Dimensity 920 kek, yang jelas prosesor ini lumrahnya ditemukan pada smartphone harga Rp3 juta sampai Rp5 jutaan.
Contoh saja, Realme 9 Pro+ yang dibanderol Rp4 jutaan dan Vivo V23 5G yang harganya Rp5,9 jutaan. Buat orang yang mementingkan spesifikasi, harga Rp6 jutaan minimal banget Snapdragon 8 Series atau Dimensity 8000 Series, seperti Realme GT Neo 3 misalnya.
Tidak, keluhan ini bukan berarti Dimensity 920 itu jelek. Performa prosesor buatan MediaTek ini terbilang stabil, all-rounder lah bisa dibilang.
Prosesor dengan arsitektur 6nm tersebut memiliki peningkatan clock-speed dari Dimensity 900 generasi sebelumnya. Mulanya dari 2,4 GHz, menjadi 2,5 GHz atau naik 100 MHz saja, dengan konfigurasi CPU sisanya yang masih sama persis.
Kartu grafisnya pun masih serupa dengan Dimensity 900, jadi tak ada peningkatan performa yang signifikan sebenarnya. Lagian, digunakannya Dimensity 920 di Realme 10 Pro+ seperti dejavu, karena Realme 9 Pro+ juga ditenagai chipset yang sama.
Dari pengujian yang kami lakukan via AnTuTu Benchmark, skor yang diraih Realme 10 Pro+ mencapai 500 ribuan poin. Impresif buat ponsel kelas menengah, tapi tidak terlalu memukau untuk ponsel harga nyaris Rp7 juta.
Dibandingkan dengan Dimensity 8100 pada Realme GT Neo 3 di rentang harga serupa, performanya terpaut begitu jauh, bahkan lebih dari 20 persen. Di-compare dengan Xiaomi 12T pun, skor AnTuTu yang didapatkannya tertinggal sekitar 200 ribuan poin.
Kami kira, RAM dan memori penyimpanan pada Realme 10 Pro+ sudah lebih baik dari sebelumnya. Nyatanya, RAM ponsel ini masih LPDDR4X, ketika smartphone di kelasannya sudah LPDDR5. Penyimpanannya juga tetap UFS 2.2, saat yang lain sudah menerapkan UFS 3.1. Cukup mengecewakan.
Baca juga: Review Performa Samsung Galaxy S23 Ultra: Gesit dan Gak Overheat
Untungnya, kapasitas RAM dan penyimpanannya lega. RAM 12 GB yang bisa ditambah secara virtual lagi sebanyak 12 GB, sehingga RAM total mencapai 24 GB. Sedangkan penyimpanan internalnya 256 GB yang tergolong besar.
Diuji dengan PCMark, Realme 10 Pro+ mencatatkan skor yang cukup impresif, yakni 13.116 poin. Hal ini membuktikan kalau performanya memang stabil untuk berbagai kebutuhan, termasuk multi-tasking.
Bagaimana dengan gaming? Stabil memang jadi kelebihan utama dari Realme 10 Pro+. Main Call of Duty Mobile, PUBG Mobile, Genshin Impact, sampai Stumble Guys semuanya bisa dilibas dengan mudah.
Buat tiga game pertama, memang tergolong game berat di Android, apalagi Genshin Impact. Tapi, walau grafis yang ditampilkan Realme 10 Pro+ tak ‘rata kanan’, kinerjanya stabil dengan frame rate yang tak naik turun.
Manajemen RAM dan baterai yang baik, membuat ponsel ini tak mengalami lagging sama sekali. Overheat? Boro-boro, nyaman main dalam waktu yang lama dengan Realme 10 Pro+, great job!
Soal baterai, kapasitas 5.000 mAh di smartphone ini memang terbilang jumbo. Apalagi, dengan ketebalan yang tipis, penyematan baterai sebesar ini jadi nilai plus pada Realme 10 Pro+.
Daya tahannya, ponsel ini bisa bertahan sampai 16 jam 59 menit berdasarkan pengujian di PCMark. Pengujian ini menjalankan banyak simulasi, dengan intensitas cahaya layar yang dimaksimalkan, sehingga screen on-time belasan jam tersebut sungguh impresif.
Sayang, harga Rp6,9 jutaan cuma dikasih dukungan fast charging 67W. Ngomongin Realme GT Neo 3 deh, fast charging saja 80W untuk harga yang lebih murah dari smartphone ini.
Memang 67W sudah cepat, terbukti ngecas dari 15 persen sampai full butuh waktu hingga 60 menit saja.
Kualitas kamera oke, tapi tanpa OIS
Kamera dengan resolusi besar lagi hype nih di Android. Realme 10 Pro+ punya kamera 108 MP, dan kalau gede-gedean resolusi, memang upgrade dari Realme 9 Pro+.
Namun buat urusan kualitas, gak lebih baik dari generasi sebelumnya. Di Realme 9 Pro+, sensor 50 MP yang digunakan adalah sensor premium Sony IMX766, berbanding sensor kelas menengah Samsung ISOCELL HM6 pada Realme 10 Pro+.
Apalagi, seri terdahulu sudah dibekali dengan OIS atau optical image stabilization, fitur penting yang tak tersedia pada Realme 10 Pro+.
Dipasangkan dengan kamera ultrawide 8 MP dan makro 2 MP yang gimmick banget. Gak ada autofocus, alias fixed focus saja untuk kedua kamera tersebut. Sementara di depan, ada kamera 16 MP yang juga fixed focus.
Secara default, kamera 108 MP di ponsel ini menyimpan foto dengan resolusi 12 MP berkat pengambilan gambar dengan skema nona binning atau 9-in-1 pixel binning.
Hasilnya cukup bagus, detail yang tajam, dengan kontras warna yang pas. Noise pun berhasil diredam oleh sistem pencitraan Realme, terutama saat pengambilan gambar di indoor.
Hanya saja, ada beberapa scene dimana gambar yang dihasilkan memiliki kontras warna yang tinggi, terutama untuk warna hijau. Seperti dedaunan atau pohon, kadang sistem kamera smartphone ini meningkatkan saturasi warnanya di atas rata-rata, sehingga hasil gambar pun kelihatan tidak natural.
Baca juga: Rekomendasi Smartphone buat Kalian yang Hobi Nonton Konser
Ketika foto diperbesar, detailnya masih bisa dinikmati dengan cukup baik. Tak terlalu jernih, tapi setidaknya detail yang tinggi membuat pengguna dapat melakukan cropping dan mendapatkan hasil foto dengan angle yang berbeda.
Buat pengguna yang suka zooming, ada perbesaran 2 kali yang dapat dimanfaatkan. Perbesaran ini bisa dibilang hybrid, perpaduan optical dengan digital, jadi hasil gambarnya tetap optimal walau sudah diperbesar beberapa kali.
Perihal kamera ultrawide, keluaran gambarnya tak begitu buruk. Detailnya memang tak terlalu mulus, tapi reproduksi warna yang dihasilkan kamera ini terlihat bagus. Kontrasnya cukup baik dengan noise yang direduksi semaksimal mungkin, terutama pada bagian sudut-sudut gambar.
Dengan rentang dinamis yang tak terlalu berlebihan, foto ultrawide dari kamera Realme 10 Pro+ tampak natural dan berkualitas.
Gak ada yang bisa diharapkan dari kamera makro fixed focus. Susah-susah memotret dan mempertahankan tangan agar stabil, tetap saja hasil gambarnya shaky dan agak nge-blur. Kalau memotret dengan kamera ini, kalian perlu menggunakan tripod, dan jaga jarak kamera dengan objeknya maksimal 4cm saja.
Beralih ke kamera selfie, kamera 16 MP dari smartphone ini menghasilkan kualitas yang standar. Detailnya oke, tapi soal warna agak warna agak over terutama saat kami melakukan swafoto di lingkungan luar.
Tapi beda hal jika selfie di indoor. Baik warna dan detailnya bagus, dengan rentang dinamis yang pas dan tak berlebihan.
Perihal video, Realme 10 Pro+ dapat merekam video di 1080p pada 60 FPS atau 4K di 30 FPS. Gegara gak ada OIS, jadi videonya gak stabil, terutama saat kalian membuat vlog sambil jalan-jalan.
Lantaran kamera utamanya punya resolusi tinggi, ada opsi Ultra Stable berbasis EIS atau electronic image stabilization yang bisa diaktifkan kalau pengambilan video ingin lebih stabil. Cuma, hasilnya bakal di-crop dengan rasio yang agak persegi, untungnya resolusi saat EIS diaktifkan masih Full HD di 60 FPS.
Hasil foto:
Hasil video tanpa EIS:
Hasil video dengan EIS:
Kesimpulan
Banyak plus minus di Realme 10 Pro+ ini. Smartphone ini desainnya premium, dengan kualitas layar yang cukup bagus dan paling utama aman buat mata pengguna. Panel AMOLED-nya dimaksimalkan oleh bezel yang begitu tipis berkat tepian layar yang melengkung.
Cukup disayangkan untuk chipset-nya yang masih sama dengan Realme 9 Pro+. Cuma buat harga nyaris Rp7 juta masih pakai MediaTek Dimensity 920, kayaknya agak overprice buat Realme 10 Pro+, apalagi harga ini beririsan dengan Realme GT Neo 3 sebagai varian high-end dari pabrikan asal China ini.
Well ambil positifnya deh, performa smartphone ini stabil buat berbagai keperluan. RAM-nya pun luas dengan RAM Virtual sampai 12 GB, sehingga total jadi 24 GB.
Baterainya juga tahan sangat lama, dengan fast charging yang lumayan cepat dengan output 67W.
Sektor kamera, Realme 10 Pro+ punya kamera utama dan ultrawide yang bagus. Sayangnya lagi, gak ada OIS di sini, padahal potensi kamera 108 MP di Realme 10 Pro+ begitu besar.
Lumayan ada fitur EIS atau Ultra Stable, dan pengguna pun masih tetap bisa mengambil gambar di resolusi Full HD pada 60 FPS.
Baca juga: 5 Fitur Kamera Samsung Galaxy S23 Ultra yang Bikin Kreator Full Senyum
Realme 10 Pro+ sebenarnya cocok buat pengguna yang 'agak' tidak peduli dengan jenis prosesor, dan lebih care soal desain, pilihan warna yang mewah, dan kemampuan kamera dengan resolusi tinggi.
"Yang penting smartphone-nya keren, awet, kameranya bagus," mungkin itu anggapan konsumen yang membeli smartphone ini.
Tapi, Realme 10 Pro+ sangat tidak cocok buat kalian para ‘kaum mending’ yang masih berdebat dan mementingkan soal jenis prosesor. Sebab, harus diakui, kalau buat harga Rp6,9 juta, memang ponsel dengan Dimensity 920 ini agak overprice, kecuali memang ada fitur andalan yang benar-benar inovatif yang berdampak pada harganya.
Misal seperti Infinix Zero Ultra dengan harga yang sama. Bisa dimaklumkan harga ponsel ini mencapai nyaris Rp7 juta, karena ponsel tersebut punya kamera 200 MP dan sudah didukung OIS.