Home
/
News

Riset: Angkutan Umum Lebih Diminati Perempuan Ketimbang Lelaki

Riset: Angkutan Umum Lebih Diminati Perempuan Ketimbang Lelaki

Ririn Indriani27 March 2017
Bagikan :

Ternyata pengguna kendaraan umum di Jabodetabek lebih banyak dua kali lipat dibanding dengan daerah lain di Indonesia.

Berdasarkan hasil riset yang didapat dari Inside.ID, sebuah platform riset di bawah naungan NonFiction Market Research Agency, sebanyak 33 persen warga Jabodetabek memilih menggunakan kendaraan umum sebagai moda transportasi ke kantor, dan hanya 14 persen warga di luar Jabodetabek yang lebih memilih kendaraan umum.

“Sebagai kawasan megapolitan, Jabodetabek menghadapi masalah kemacetan yang luar biasa. Kemacetan ini yang membuat waktu tempuh menggunakan kendaraan umum lebih lama dibandingkan dengan kendaraan pribadi," ucap Andres Christian, Head of Creative Research Inside.ID. dalam siaran persnya.

Uniknya, lanjut dia, masyarakat Jabodetabek tetap banyak yang menggunakan kendaraan umum dibanding daerah lain. Alasannya, banyak responden merasa kelelahan jika menyetir sendiri dan menggunakan kendaraan umum dirasa lebih ekonomis.

Andres juga mengatakan bahwa hasil riset mengenai pilihan moda transportasi ke kantor yang diadakan pada Semester kedua tahun 2016 menunjukan bahwa persentase perempuan menggunakan kendaraan umum lebih banyak dibandingkan dengan lelaki.

“Sebanyak 33 persen responden wanita memilih menggunakan kendaraan umum, hanya 14 persen responden pria yang menggunakan kendaraan umum menuju kantor. Faktor kenyamanan adalah salah satu alasan kenapa lebih banyak wanita memilih kendaraan umum dibanding pria,” tambahnya.

Pertimbangan Beralih Menggunakan Kendaraan Umum
Berdasarkan riset yang sama, dari responden di seluruh Indonesia, peringkat pertama kendaraan yang paling sering digunakan untuk bekerja adalah motor sebanyak 62 persen, lalu kendaraan umum sebanyak 26 persen, dan terakhir mobil sebesar 12 persen.

“Berdasarkan hasil survei kami, kendaraan umum yang paling diminati untuk digunakan ke kantor adalah bus atau angkot 62 persen, kereta commuter line (KRL) 16 persen, dan ojek 12 persen,” ujar Andres.

Sejak 2004 pemerintah mulai membenahi sistem transportasi massal seperti membuat Transjakarta dan inovasi pembayaran elektronik untuk kereta commuter line pada 2013, agar memudahkan masyarakat. Melihat banyaknya inovasi dan perbaikan yang dilakukan pemerintah, apakah pengguna mobil dan motor tertarik untuk beralih menggunakan kendaraan umum?

Ternyata sebanyak 81 persen pengguna mobil pribadi pernah mempertimbangkan untuk menggunakan kendaraan umum. Alasannya cukup bervariasi, tetapi mayoritas beralasan bahwa  dengan menggunakan kendaraan umum mereka bisa menghemat uang dan waktu.

Selain itu juga terkadang kendaraan umum dipilih ketika mereka malas membawa mobil pribadi. Di sisi lain, ternyata antusias pengguna motor tidak sebesar mereka yang menggunakan mobil.

Hanya sekitar 54 persen yang pernah mempertimbangkan untuk beralih ke kendaraan umum. Mengejutkannya, sebagian besar mereka yang mempertimbangkan kendaraan umum memiliki alasan untuk mengurangi kemacetan.

Namun, mereka masih belum beralih menggunakan kendaraan umum. Menurut Andres, salah faktor penyebab keengganan pengguna kendaraan pribadi untuk beralih menggunakan kendaraan umum adalah belum terintegrasinya feeder (angkot/mikrolet) ke halte Transjakarta ataupun stasiun.

“Salah satu problem untuk menggunakan kendaraan umum adalah belum terintegrasinya feeder dari rumah menuju halte atau stasiun. Memang sudah banyak warga Jabodetabek yang menggunakan kendaraan umum, tetapi angka ini masih kurang banyak untuk bisa menyelesaikan kemacetan lalu lintas,” tutup Andres.

 

Berita Terkait:

populerRelated Article