Home
/
Lifestyle

Salah Kaprah Program Kehamilan, Suntik Hormon dan Kanker

Salah Kaprah Program Kehamilan, Suntik Hormon dan Kanker

Wayan Diananto22 September 2018
Bagikan :

Salah satu narasumber Fertility Science Week 2018, spesialis kandungan sekaligus Presiden Morula IVF Jakarta, dr. Ivan R. Sini, MD, FRANZCOG, GDRM, SpOG menyebut, masih banyak salah kaprah yang beredar di kalangan pasutri soal program kehamilan.

Salah satunya, membedakan program inseminasi dengan bayi tabung. Inseminasi adalah program kehamilan sederhana berbasis masa subur istri. Pada masa subur istri, suami akan dimintai sampel sperma.

“Kemudian sampel sperma dicuci di dalam mesin sentrifugasi. Setelah dicuci, sperma disaring. Hasil penyaringan disemprotkan ke rongga rahim, bukan ke vagina. Setelah dimasukkan, sperma akan berenang sendiri untuk menemui telur. Syaratnya, tidak ada sumbatan di saluran telur dan jumlah sperma mesti cukup. Cukup di sini, minimal 10 juta sel sperma per cc,” Ivan menjabarkan.

dr. Ivan R. Sini, MD, FRANZCOG, GDRM, SpOG
Preview

Populasi sel sperma diukur di laboratorium embrio yang menerapkan standar khusus dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2010. Jadi Anda harus memastikan, laboratorium yang mengawal program kehamilan Anda menerapkan standar WHO 2010.

Hal lain yang patut dicatat, tingkat keberhasilan inseminasi 10 sampai 15 persen. Jika jumlah sel sperma suami kurang ideal atau sudah ideal tapi insemsinasi dinyatakan gagal, tim dokter akan merekomendasikan program bayi tabung.

Tingkat keberhasilan program bayi tabung lebih tinggi daripada inseminasi yakni mencapai 50 persen. Untuk mencapai tingkat keberhasilan tertinggi, Anda harus siap fisik dan mental. Salah satunya, siap mental untuk menjalani suntik hormon.

Penyuntikan dilakukan selama 8 sampai 12 hari saat menjalani program kehamilan. Sayangnya, masih banyak kaum hawa yang tidak mengenal hormon apa yang disuntikkan ke tubuh mereka, manfaat, dan efek sampingnya.

“Suntikan ini tidak memicu peningkatan risiko sejumlah penyakit berbahaya seperti kanker dan menopause dini. Ini sudah terbukti secara klinis. Yang disuntikkan ke tubuh Anda yakni turunan hormon perangsang folikel yang diproduksi kelenjar hipofisis di otak bagian bawah. Tujuannya merangsang indung telur memproduksi sel telur lebih banyak,” Ivan mengulas.

(wyn / gur)

populerRelated Article