Home
/
Lifestyle

Sayup-sayup Batik Betawi di Ibu Kota

Sayup-sayup Batik Betawi di Ibu Kota

Elise Dwi Ratnasari22 June 2019
Bagikan :

Suasana Thamrin City, salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, masih terbilang sepi. Tak ada sahut menyahut pedagang yang mengajak pengunjung mampir sejenak. Di tengah-tengah kesepian itu, berhelai-helai batik Betawi terpajang 'lesu' di salah satu sudut.

Keberadaan batik Betawi barangkali bisa jadi jawaban kegalauan pelancong saat berkunjung ke Jakarta. Jika ditagih oleh-oleh, seharusnya pelancong bisa langsung saja sodorkan batik Betawi.

Hanya saja, perburuan batik Betawi kali ini cukup pelik. Dari sekian yang dijumpai CNNIndonesia.com pada medio pekan lalu, hanya ada dua lapak pedagang yang menjajakan batik Betawi.

Tengok saja Keluarga Batik Betawi, salah satu lapak yang kenampakannya cukup mencolok. Lapak ini menyediakan batik tulis, cap, serta batik kombinasi cap dan tulis.

Ragam motif yang tersedia kebanyakan diambil dari sederet ikon DKI Jakarta. Contohnya saja tape uli, ondel-ondel, si Pitung, Kali Ciliwung, Pasar Marunda, dan Pelabuhan Tanjung Priok. Harganya merentang antara Rp150 ribu hingga Rp230 ribu.

Atau, Anda juga bisa tengok lapak Batik Jayakarta milik pasangan suami istri Imam dan Yuliani di sudut lainnya. Lapak ini menawarkan harga yang lebih beragam antara Rp70 ribu hingga Rp350 ribu untuk beragam jenis batik.

Imam dan Yuliani tampak sibuk melayani pembeli yang memesan busana untuk seragam sebuah lembaga kedinasan. Tumpukan kemeja hijau toska dan tunik berwarna kuning cerah siap diangkut. Motif ondel-ondel menghiasi kain dobby.

Maklum, Jakarta tengah menyambut hari ulang tahunnya ke-492 yang jatuh pada Sabtu (22/6). Momen HUT DKI Jakarta umumnya membuat lapak batik Betawi kian ramai.

"Kalau mau ulang tahun Jakarta, jadi ramai. Omzet mendekati dua kali lipat," kata salah satu pegawai toko Keluarga Batik Betawi, Niko, saat ditemui di Thamrin City, Jakarta, Rabu (19/6). Umumnya, pembeli adalah lembaga-lembaga kedinasan yang memesan seragam khusus untuk memperingati HUT DKI Jakarta. Sementara omzet harian, diakui Niko, tak menentu.

Seorang perajin mencetak kain batik khas Betawi menggunakan malam atau lilin yang dipanaskan di kawasan Terogong, Cilandak, Jakarta.
Preview
Seorang perajin mencetak kain batik khas Betawi menggunakan malam atau lilin yang dipanaskan di kawasan Terogong, Cilandak, Jakarta. (ANTARA FOTO/Syailendra Hafiz Wiratama)


Jika sebelumnya mayoritas pesanan berasal dari lembaga kedinasan untuk seragam, belakangan pemesan batik Betawi mulai beragam. "Belakangan ini [ada pesanan] buat pesta kawinan, sama kedinasan Bogor juga bahkan mulai pakai," aku Yuliani.

Batik Betawi telah lama vakum. Namun, dalam waktu beberapa tahun ke belakang, batik khas Ibu Kota itu pelan-pelan bangkit.

Menilik potret litografi, masyarakat Betawi diprediksi telah mengenal batik sejak sekitar abad 14-15. "Saat itu, kain-kain ini tak disebut kain batik, tapi kain bermotif," ujar budayawan Betawi, Yahya Andi Saputra, saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (19/6).

Kain batik naik daun saat pasar-pasar besar di Jakarta mulai dibuka seperti Pasar Senen dan Pasar Tanah Abang. Pasar-pasar ini kemudian menjadi sentra penjualan kain batik dari luar Jakarta seperti daerah pesisir Pulau Jawa.

Munculnya batik Betawi tak lepas dari invasi kain-kain batik pesisir Pulau Jawa. Kemunculan ini bermula dari ketertarikan masyarakat Betawi terhadap motif batik pesisir Jawa. "Kok, motifnya cocok betul dengan makna kearifan lokal masyarakat Betawi," kata Yahya.

Motif pucuk rebung menjadi signature dari batik Betawi. Pucuk rebung merupakan metamorfosa dari motif klasik cagak yang hadir jauh sebelumnya. Kosarupa berbentuk segitiga yang menyerupai gunung menjadi simbol keseimbangan dalam kehidupan. Bahwa, ada sinergi antara manusia, alam, dan sang maha pencipta.

Kegilaan masyarakat Betawi pada batik yang naik daun kala itu membuat sejumlah juragan meminta pengrajin batik pesisir untuk membantu proses membatik di tanah kelahirannya. Akibatnya, ilmu pengrajin batik pesisir kemudian menular pada masyarakat Betawi.

"Batik Betawi memang hasil comot punya orang [batik pesisir Jawa]," kata Yahya. Masyarakat Betawi mengadopsi batik pesisir Jawa, mulai dari motif hingga warna-warna mencolok yang dihadirkan. Maklum, karakter masyarakat Betawi, kata dia, kerap menyukai nada-nada warna yang menyala.

Di luar itu, ada pula motif yang dibikin oleh masyarakat Betawi asli seperti bambu kuning, galur Ciliwung, pohon gadung, dan masih banyak lagi. "Tapi yang murni seperti ini sulit dicari," kata Yahya.

Motif yang dikenal saat ini seperti ondel-ondel, si Pitung, bajaj, dan ikon-ikon Jakarta lainnya adalah motif kreasi baru.

Berita Terkait

populerRelated Article