Home
/
Digilife

Sejauh Mana NFT Bikin Melek Anak Muda Hargai Karya?

Sejauh Mana NFT Bikin Melek Anak Muda Hargai Karya?

Ghozali Everyday (Foto: Ghozali Everyday)

Tomy Tresnady21 April 2022
Bagikan :

Uzone.id - Gara-gara Ghozali Everyday semua orang di Indonesia mulai dari yang melek digital maupun yang tadinya tidak tahu soal Non-Fungible Token (NFT) jadi ikut nimbrung membicarakannya.

Namun, sebagian orang mungkin bergumam, "kok, gambar gitu aja bisa hasilkan miliaran rupiah?"

Ghozali Everyday sudah jadi seorang yang fenomenal di Indonesia gara-gara foto selfie yang dia ambil sejak tahun 2017 hingga 2021.

Foto sebanyak 933 buah diubah jadi karya NFT dan dijual lewat akun miliknya di OpenSea. Investor membelinya dengan menggunakan koin ehter.

Berawal dari iseng, Ghozali Everyday berhasil meraup penghasilan puluhan juta di masa pandemi. Bahkan, dia dilaporkan meraup hingga milyaran rupiah.

BACA JUGA: Game Bisa Jadi ‘Gerbang’ buat Metaverse

Belajar dari fenomena Ghozali Everday, tentunya anak-anak muda wajib tahu bahwa di zaman sekarang mereka bisa punya penghasilan dari platform-platform digital, termasuk NFT.

Nah, sekarang pertanyaannya adalah apakah anak-anak muda Indonesia sudah bisa menghargai karya NFT?

Tommy Teja selaku entrepreneur dan kreator konten, menjelaskan bahwa saat ini pengguna internet ke depannya akan dipegang oleh anak muda dan mereka wajib punya global-minded.

"Jadi, dari generasi sebelumnya saya merasa kalau gak global-minded, kita gak akan menerima NFT atau metaverse," ucap Tommy saat berbicara di program Uzone Talks bertajuk 'Jangan Salah Kaprah Soal Metaverse, NFT dan Crypto' yang disiarkan live streaming kanal YouTube Uzone.id, Kamis (14/4/2022).

Meskipun, kata Tommy, beberapa orang masih beranggapan soal karya digital ini sesuatu yang buruk. Dia mengakui ketika membuat konten di media sosial, kadang mendapat komentar kebencian.

"Banyak hal-hal negatif yang orang tuh gak bisa terima sebenarnya," kata dia.

BACA JUGA: Masih Bingung? Ini Kaitan Antara Metaverse, NFT dan Kripto

Meski demikian, Tommy melihat anak-anak muda seusianya dan usia di bawahnya sudah bisa benar-benar open-minded karena mereka sedang dengan teknologi yang lebih maju.

"Mereka pastinya lebih appreciate (menghargai) kreator, yang saya lihat ya. Teman-teman kreator NFT kebanyakan di bawah saya umurnya. Ada yang umur 19 tahun, 20 tahun mereka sudah bikin konten tentang NFT, bahkan mereka sudah punya NFT, mereka tuh mengerti tentang NFT tuh apa, sudah bener-bener ikut event-nya dan mereka bikin event tersebut," kata dia.

Menurut Tommy pribadi, karya NFT akan benar-benar diapresiasi oleh kalangan muda. Para kreator juga bisa bisa terikat dengan fanbase-nya.

"Ini sangat menarik sih fenomena Web 3.0, semua orang bisa bikin konten, saling menikmati dan lebih bakal lebih open-minded, lebih saling menghargai lah kalau saya bilang, interaksinya semakin kuat," tutur Tommy.

populerRelated Article