Sempat Tumbang, Twitter Pastikan Bukan Dibobol Hacker
(Ilustrasi/Unsplash)
Uzone.id -- Media sosial mikroblog Twitter sempat mengalami down alias tumbang pada Kamis malam (15/10) waktu Amerika Serikat. Di tengah kehebohan netizen yang mengeluh, Twitter mengatakan masalah tersebut bukan karena diretas oleh hacker.Rasanya wajar apabila Twitter berusaha meyakinkan para pengguna bahwa layanannya tumbang bukan karena ada upaya peretasan hacker yang pernah menyerang platformnya secara besar-besaran pada beberapa bulan lalu.
Saat ini, Twitter mengaku masih menginvestasi penyebabnya secara internal.
“Kami tidak menemukan bukti adanya pembobolan sistem keamanan atau peretasan, dan kami saat ini masih melakukan investigasi penyebab internalnya,” ujar juru bicara Twitter kepada The Verge.
Baca juga: Twitter Down Lagi
Hal yang sama juga diumumkan oleh akun @TwitterSupport tak lama setelah layanannya kembali normal.
“Twitter sempat tumbang dan kami sedang mencari tahu penyebabnya apa serta memperbaiki masalah ini. Kami melihat ada masalah sistem di internal kami, dan tidak ada bukti kalau ini pembobolan keamanan atau peretasan,” cuitnya.
Twitter has been down for many of you and we’re working to get it back up and running for everyone.
— Twitter Support (@TwitterSupport) October 15, 2020
We had some trouble with our internal systems and don’t have any evidence of a security breach or hack.
Tumbangnya Twitter yang baru saja terjadi ini kebanyakan menimpa para pengguna di Amerika Serikat dan Inggris. Banyak yang mengeluh tidak bisa mengirim pesan melalui Direct Message (DM) hingga sulit memuat Trending Topic.
Baca juga: Data Twitter: Orang Indonesia Lebih Cerewet Selama Pandemi
Sementara dari situs web pelacakan gangguan, Downdetector, menunjukkan lebih dari 55.000 pengguna meneriakkan masalah Twitter yang tumbang.
Diketahui beberapa waktu lalu Twitter sempat dibobol oleh para hacker yang sengaja menargetkan pengguna tenar seperti Barack Obama, Bill Gates, Elon Musk, dan lain-lain yang mempromosikan Bitcoin.
Peretasan pada saat itu diakui oleh CEO Twitter Jack Dorsey sebagai masa tersulit sebab dampaknya begitu masif. Para peretas dapat membobol ke akun-akun orang berpengaruh dan berpotensi merusak tatanan politik dan ekonomi.