Kini, Elektrik kembali berpeluang menjadi juara setelah lolos ke final four. Namun, Dian menilai Proliga tahun ini lebih sulit ketimbang edisi sebelumnya.
"Sekarang rintangannya lebih berat. Beberapa pemain kami juga sempat sakit," kata Dian saat ditemui JUARA di mes Elektrik PLN, Cinere, Senin (3/4/2017).
"Beda lagi ketika kami juara pada 2015. Waktu itu persiapan kami lebih matang, sedangkan sekarang cuma lima bulan," kata dara kelahiran Medan 22 tahun silam itu.
Dian menyatakan bahwa para pemain Elektrik saat ini juga menghadapi sejumlah tantangan teknis. Salah satunya adalah soal passing.
Menurut Dian, timnya sering melakukan kesalahan saat passing. Hal itulah yang kerap merugikan Elektrik saat pertandingan.
Selain itu, Elektrik juga beberapa kali berganti tosser atau pemain pengumpan. Mereka pun harus bekerja keras untuk menyesuaikan kondisi tersebut.
"Tosser kami ganti-ganti terus. Itulah yang susah. Sedangkan tim lain, contohnya Jakarta Pertamina Energi, selalu mengandalkan (Tri Retno) Mutiara sebagai tosser," tutur mahasiswi jurusan Teknik Informatika itu.
Akan tetapi, berbagai persoalan tak menyurutkan semangat Elektrik untuk merebut gelar Proliga yang ketiga secara beruntun.
Dian tetap bersikap optimistis dan menganggap semua tim voli putri yang menembus babak final four punya kans merata.
"Enggak ada lawan yang ringan. Kekuatannya sama semua. Kita enggak bisa bilang salah satu tim kuat atau tidak. Bola kan bulat," ucap Dian sambil tersenyum.
Pada putaran pertama Proliga 2017, Elektrik tampil begitu impresif. Mereka berhasil memenangi seluruh pertandingan.
Adapun pada putaran kedua, Dian dkk menelan dua kekalahan dari Jakarta Pertamina Energi dan Gresik Petrokimia.
Babak final four akan diawali dengan seri pertama di GOR Sritex Arena, Solo, 7-9 April 2017. Elektrik akan bersaing dengan Pertamina, Petrokimia, dan Jakarta PGN Popsivo.