Seret Pemasukan, Intel PHK 15 Ribu Karyawan
Uzone.id — Raksasa teknologi Intel menjadi perusahaan selanjutnya yang melakukan pemangkasan karyawan dalam jumlah besar. Tak tanggung-tanggung, Intel memangkas kurang lebih 15 ribu orang atau 15 persen dari keseluruhan karyawannya.
Pengumuman ini disampaikan Intel dalam sebuah memo internal pada karyawannya pada Kamis, (31/07) kemarin. Dalam memo tersebut, CEO Intel, Pat Gelsinger menjelaskan alasan dibalik pemangkasan massal tersebut.“Pendapatan kita tidak bertumbuh seperti yang diharapkan, dan kita juga belum sepenuhnya mendapat keuntungan dari tren kuat seperti AI,” ujarnya dikutip dari Techcrunch, Jumat, (02/08).
Pat juga mengatakan bahwa saat ini anggaran perusahaan terlalu tinggi sehingga butuh jalan keluar untuk mengatasi hal tersebut, salah satunya dengan memangkas karyawan.
“Pengeluaran kami terlalu tinggi, margin kami terlalu rendah. Kami perlu melakukan tindakan tegas untuk mengatasi keduanya - mengingat hasil keuangan dan prospek kami di paruh kedua tahun 2024 ini lebih sulit dari perkiraan kami,” tambahnya.
Langkah pemangkasan karyawan ini merupakan bagian dari rencana penghematan perusahaan untuk mengurangi anggaran perusahaan sebesar USD10 miliar atau Rp161 triliun di tahun 2025 nanti.
Selain rencana PHK, Intel juga secara luas menawarkan program ‘pengunduran diri secara sukarela’ pada karyawan-karyawannya minggu depan serta memberikan penawaran pensiun pada karyawan yang memenuhi syarat.
Intel sendiri memang terus ikut dalam persaingan AI, khususnya chip AI bersama dengan perusahaan lain seperti Nvidia. Sayangnya, meski Intel jadi salah satu penguasa teknologi chip CPU bahkan sempat jadi pemimpin revolusi chip 25 tahun yang lalu, langkah mereka dinilai terlambat khususnya chip untuk smartphone dan AI.
Gelsinger mengatakan pendapatan tahunan Intel anjlok hingga USD24 miliar antara tahun 2020 dan 2023, di saat yang sama jumlah tenaga kerjanya justru tumbuh 10 persen. Hal ini jadi salah satu yang mendorong Intel untuk mengurangi pertumbuhan tenaga kerja mereka.
Sementara itu, gejolak pendapatan di Intel sudah lebih dulu ditandai dengan ditundanya beberapa proyek besar perusahaan. Salah satunya adalah proyek pembangunan pabrik chip di wilayah Israel senilai USD25 miliar atau Rp407 triliun.
Intel menyebut bahwa proyek tersebut ditunda karena perlunya penyesuaian jadwal proyek-proyek besar. Penundaan proyek ini sendiri terjadi 6 bulan setelah Intel berencana memperluas operasional pabrik mereka di Israel.
“Mengelola proyek berskala besar, khususnya di industri kami, sering kali melibatkan adaptasi terhadap perubahan jadwal. Keputusan kami didasarkan pada kondisi bisnis, dinamika pasar, dan pengelolaan modal yang bertanggung jawab,” kata Intel.
Tidak jelas berapa lama proyek ini akan ditunda. Jawaban Intel mengenai manajemen modal menunjukkan bahwa mereka mungkin mengulur-ulur waktu sambil mencari cara untuk membiayai proyek tersebut.
Selain itu, dinamika pasar juga menjadi pertimbangan. Apalagi selama 6 bulan terakhir, saham Intel mengalami penurunan yang cukup drastis. Salah satu akibatnya adalah seruan dan gerakan boikot massal terhadap perusahaan teknologi AS yang beroperasi besar di Israel, termasuk ke Intel.