Shell Bakal Tutup 1.000 SPBU, Apa Alasannya?
Uzone.id - Di Indonesia, Shell menjelma jadi salah satu operator SPBU yang bisa menyaingi Pertamina, setidaknya dalam hal gengsi. Namun, Shell berencana untuk menutup sekitar 1.000 SPBU miliknya.
Ternyata, rencana penutupan SPBU yang akan dilakukan bertahap sampai 2025 ini seiring dengan rencana raksasa energi ini untuk mengembangkan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU)."Kami berencana mendivestasikan 500 SPBU (termasuk usaha patungan) setiap tahunnya pada tahun 2024 dan 2025," kata Shell dalam Laporan Energy Transition Strategy 2024, seperti dilaporkan Bloomberg.
Tahun 2023 Shell tercatat mengoperasikan 47.000 gerai di seluruh dunia. Langkah tersebut diperkirakan akan mengurangi gerai Shell sebanyak 2,1 persen, meski Shell tidak merinci SPBU negara mana saja yang akan ditutup.
Shell akan memfokuskan rencananya di pasar China dan Eropa. Pertumbuhan kendaraan listrik di kedua wilayah itu melesat tinggi, sehingga butuh lebih banyak SPKLU.
Perusahaan akan menambah jumlah titik pengisian daya kendaraan listrik dari sebelumnya 54.000 menjadi 200.000. Rencana ini ditargetkan bisa tercapai pada tahun 2030.
Saat ini SPKLU Shell berlokasi di stasiun pengisian bahan bakar Shell. Selain itu SPKLU Shell juga bisa ditemukan di berbagai pusat mobilitas, seperti supermarket.
Menurut peta pengisian daya Recharge EV Shell, perusahaan mengoperasikan lebih dari 3.700 stasiun pengisian daya di Amerika Serikat (AS) dengan beberapa colokan pengisi daya di setiap lokasi.
Sebagai perbandingan, Tesla menawarkan sekitar 6.000 stasiun pengisian daya dengan lebih dari 15.000 colokan pengisian cepat.
Meskipun baru-baru ini terjadi penurunan permintaan kendaraan listrik di AS, Shell yakin transisi energi secara global adalah investasi yang layak dilirik.
Shell menyoroti naiknya investasi di basis industri kendaraan listrik China, khususnya di Shenzhen dan Wuhan.