Home
/
News
Spesies Baru Kawasan Mekong: Ular Kepala Pelangi, Kadal Naga
TEMPO.CO20 December 2016
Bagikan :
TEMPO.CO, Jakarta - Seekor ular dengan kepala berwarna pelangi dan kadal yang berwujud seperti naga menjadi salah satu di antara 163 spesies baru yang ditemukan oleh peneliti di kawasan Greater Mekong, kata kelompok konservasi WWF, Senin.
WWF juga menambahkan bahwa pembangunan cepat di kawasan tersebut dari waduk hingga pertambangan telah mengancam keselamatan kehidupan liar.
Penemuan tersebut dipublikasikan dalam sebuah laporan pada Senin, termasuk di antaranya tentang seekor cicak di Laos yang kulitnya berwarna biru pucat dan sebuah spesies langka Pisang yang ditemukan di utara Thailand dengan kondisi kritis akibat merebaknya pembalakan hutan.
Greater Mekong menjadi rumah bagi sejumlah spesies yang terancam punah di dunia. Bagian tubuh hewan langka maupun terancam punah termasuk tulang Harimau dan cula Badak dicari sebagai benda koleksi oleh sejumlah orang dan sering kali digunakan sebagai bagian dari pengobatan tradisional.
Pada Juni, pihak berwenang suaka alam Thailand menyergap Kuil Harimau di sebelah barat Bangkok, yang menjadi situs atraksi populer bagi turis. Di sana mereka menemukan sejumlah anak harimau yang mati, daging harimau beku, kulit dan anak harimau dalam toples, serta sejumlah spesies dilindungi lainnya.
Belum jelas mengapa Kuil Harimau menyimpan anak harimau mati dan bagian tubuh lainnya, meski pun pihak berwenang sudah mengatakan kemungkinan hal tersebut digunakan sebagai pengobatan tradisional China.
Jimmy Borah, Manajer WWF Greater Mekong bidang program Margasatwa Mekong mengatakan, spesies-spesies baru yang ditemukan di wilayah Greater Mekong menjadi pengingat bahwa masih ada harapan saat tingkat kepunahan meningkat dalam angka yang mengkhawatirkan.
"Wilayah Greater Mekong tetap mengingatkan kita bahwa masih banyak yang menakjubkan, area yang belum dijelajahi, yang mengarahkan kita pada penemuan-penemuan baru tiap tahun dan krusial untuk kita lindungi agar mereka tidak hilang," ujar Borah pada Reuters.
Sebuah laporan dari WWF tahun 2016 menuliskan bahwa pada tahun 2020 populasi ikan, burung, amfibi, mamalia, dan reptil akan menurun sebanyak dua per tiga hanya dalam kurun waktu 50 tahun.
Greater Mekong adalah pusat global bagi perdagangan margasatwa secara ilegal.
"Banyak kolektor mau membayar hingga ribuan dolar amerika atau bahkan lebih untuk spesies yang paling langka atau yang paling terancam punah, bahkan sering kali membelinya di pasar satwa gelap wilayah tertentu," ujarnya.
"Untuk menyelamatkannya, menjadi penting bagi kita untuk meningkatkan penegakan hukum melawan perburuan dan menutup pasar hewan ilegal," kata Borah.
ANTARA
Baca:
4 Hal Baru yang Perlu Diketahui tentang Samsung Galaxy S8
5 Game Paling Populer 2016: Tahu Bulat hingga Pokemon Go
Berlomba Eksplorasi Luar Angkasa, Berburu Harta Karun?
Berita Terkait:
Sponsored
Review
Related Article