Startup Menuju IPO Saat Pandemi, Perlu atau Tidak?
(Foto ilustrasi: Jason Briscoe / Unsplash)
Kolom oleh: Fajrin Rasyid, Direktur Digital Business PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom)Uzone.id -- Selama pandemi, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat investor pasar modal per Juli 2020 mencapai lebih dari 3 juta investor. Pandemi membuat semuanya bergerak dari offline ke online, maka tidak heran jika perusahaan teknologi cepat berkembang, dan momentum ini membuat Bursa Efek Indonesia (BEI) rela mendahulukan perusahaan teknologi atau startup merah putih yang hendak melantai di bursa, alias IPO.
Pertanyaannya kemudian, perlukah pelaku startup memanfaatkan momentum ini? Di satu sisi, pandemi ini memang mempengaruhi laju konsumsi dan investasi masyarakat. Investor mengurangi investasi yang berisiko tinggi sebagai antisipasi apabila pandemi mengganggu kondisi ekonomi yang pada akhirnya dapat mengganggu investasi.
Kondisi ini mengakibatkan kenaikan jumlah cash yang tersimpan di bank-bank di Indonesia. Ini merupakan kabar baik karena berarti sumber daya untuk berinvestasi tersebut tersedia, tidak seperti kondisi di tahun 1998 di mana jumlah cash pun mengalami penurunan yang signifikan.
Baca juga: Kesempatan OTT Lokal Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri
Dengan demikian, apabila ada alternatif investasi yang masuk akal, besar kemungkinan investor mau untuk mendanai hal tersebut. Kita dapat melihat bahwa selama pandemi ini, pendanaan privat (private fundraising) tetap terjadi. Dengan demikian, apabila ada startup yang melakukan IPO, saya melihat bahwa hal tersebut akan berakibat positif juga asal memenuhi hal di bawah.
1. Terpengaruh secara positif oleh pandemi
Pandemi memang membawa dampak yang kurang baik terhadap beberapa industri seperti pariwisata dan penerbangan. Namun, pandemi ternyata mempercepat digitalisasi di berbagai bidang.
Banyak e-commerce yang melaporkan pertumbuhan yang tinggi di era pandemi ini. Data dari Telkom dan Telkomsel pun menunjukkan adanya peningkatan aktivitas online dibandingkan dengan sebelum pandemi.
Apabila startup dapat menunjukkan bahwa selama pandemi ini justru startup tersebut menunjukkan pertumbuhan yang baik dari sisi pengguna maupun pendapatan, maka hal ini merupakan pertanda positif. Beberapa industri yang termasuk di antaranya antara lain e-commerce, online education, logistics, dan healthcare.
2. Back to the core/basic
Meskipun startup tidak berasal dari industri yang tumbuh pesat di saat pandemi, startup tersebut masih dapat berpeluang untuk IPO, asalkan dapat menunjukkan bahwa mereka memiliki pertumbuhan yang sehat, khususnya dari sisi unit economics.
Sebelum pandemi, sebagian pertumbuhan startup dicapai melalui burn yang kurang sehat. Pandemi ini memaksa startup untuk tumbuh sehat dan sekaligus menyeleksi startup yang tumbuh kurang sehat. Startup yang dapat menunjukkan profitabilitas atau setidaknya proyeksi menuju profitabilitas akan memiliki peluang yang baik.
Di luar dari kedua hal di atas, kemungkinan untuk IPO juga akan dipengaruhi oleh persepsi akan seberapa lama pandemi ini akan berlangsung. Oleh karena itu, mari kita berdoa dan juga ikut berusaha dalam kapasitas masing-masing untuk mengakhiri pandemi ini. Semoga!