Startup Silang.id, Hadir untuk Hapus Kesenjangan terhadap Orang Tuli
Foto: Uzone.id/Hani Nur Fajrina
Uzone.id – Diakui atau tidak, terkadang masih ada penghalang dalam aspek bahasa. Jangankan perbedaan bahasa dari berbagai negara secara lisan, cara berkomunikasi pun bisa menjadi rintangan tersendiri. Hal ini yang sering dirasakan oleh masyarakat tuli.
Sama-sama tinggal di Indonesia, mengerti Bahasa Indonesia, tapi rasanya begitu miris jika berkomunikasi masih ada batasan. Orang tuli selama ini menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi, namun apakah orang lain dapat memahami?Hal inilah yang mendorong terbentuknya startup bernama Silang.id.
“Kami berbasis di Jakarta, fokus pada isu kesenjangan atau gap antara teman tuli dan teman dengar. Kalau kesenjangan seperti ini dibiarkan, maka akan memperparah kesulitan bagi teman tuli untuk masuk ke berbagai sektor. Akses bahasa isyarat juga menjadi tidak inklusif,” tutur Co-founder Silang.id, Bagja Wiranandhka Prawira saat berbincang dengan Uzone.id saat acara BUMN Startup Day belum lama ini di ICE BSD, Tangerang Selatan.
Menariknya, Bagja juga seorang teman tuli. Ia berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat kepada kami.
Baca juga: Jadi CEO Startup Harus Jago Storytelling?
Di sini secara tidak langsung, Silang seperti menyuguhkan langsung pengalaman berkomunikasi antara teman dengar dan teman tuli melalui Bagja yang dibantu oleh Putri Sri Hanitami. Putri sendiri berperan sebagai Head of BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia) Interpreter Silang.
“Jika gap ini tidak dibenahi, maka akan semakin banyak teman tuli yang menjadi pengangguran, akses pendidikan hanya mencapai SMP ke bawah, sulit kuliah, dan lain sebagainya. Silang memberi solusi yang berhubungan dengan bahasa isyarat dan mempertemukan teman tuli dan teman dengar agar dapat berinteraksi dan berbaur,” terang Bagja lagi.
Silang.id mengembangkan aplikasi mobile yang dapat diunduh secara gratis oleh pengguna smartphone dan menyasar dua jenis pengguna, yakni teman tuli dan teman dengar.
Dengan kata lain, aplikasi Silang bukan hanya untuk orang-orang tuli saja, tapi juga masyarakat luas yang ingin belajar dan memahami lebih dalam mengenai bahasa isyarat.
“Kami menyediakan fitur untuk pendaftaran kelas bahasa isyarat. Sejauh ini yang daftar beragam latar belakangnya, ada yang guru, dokter, psikolog. Kami juga menyediakan fitur Event yang berhubungan dengan dunia tuli. Jadi kalau misalnya ada acara kami bisa memberikan layanan juru bahasa isyarat [JBI] agar teman tuli bisa turut hadir,” tutur Bagja.
Aplikasi Silang juga memberikan video pembelajaran bahasa isyarat secara gratis. Sementara untuk mitra JBI, semuanya dikurasi oleh tim Silang, dan sama seperti Bagja, semua edukator di Silang adalah teman tuli.
Ingin mendorong teman tuli fasih teknologi
Silang mulai menjalankan bisnisnya pada 2021, setelah sebelumnya menjalani inkubasi di program Indigo Telkom di batch 2020. Layanannya diklaim tumbuh cukup cepat dan sejauh ini tercatat ada 64 ribu user total gabungan dari B2B dan B2C.
Saat ini fokus Silang masih menyebarkan awareness dan edukasi mengenai pentingnya interaksi antara teman tuli dan teman dengar demi mengikis kesenjangan.
Kendati begitu, Silang mengaku bersemangat untuk mendorong para teman tuli agar lebih fasih di dunia teknologi, mengingat masa sekarang digitalisasi ada di mana-mana.
“Kami ingin mengarahkan teman-teman tuli agar bisa menguasai teknologi. Kami berharap dapat bekerja sama dengan beberapa stakeholder seperti perusahaan, pemerintah, dan lain-lain. Selain membuka kesempatan pekerjaan, kami percaya penting sifatnya untuk upgrade skill,” ujar Bagja.
Ia melanjutkan, “kami butuh informasi tentang skill, dunia kerja profesional seperti apa. Jadi semoga kalau ada kolaborasi lebih besar lagi, dapat menambah insight dari dua sisi: perusahaan memberitahu kebutuhannya apa, dan dari sisi teman tuli bisa menyesuaikan kemampuan.”
Baca juga: Work-life Balance di Startup Bukan Mitos, kok!
Pada dasarnya, Bagja bukan menargetkan informasi mengenai cara membuat CV, atau tips agar lolos wawancara kerja, namun lebih ke pemberdayaan dan penguatan teman tuli agar dapat menjadi aset di perusahaan.
Selebihnya, saat ini Silang memiliki tiga kegiatan yang berkaitan dengan bahasa isyarat.
Ada workshop yang isinya pembekalan seputar bahasa isyarat dan sifatnya tidak berbayar. Lalu ada MCB, alias mini class BISINDO yang terdiri dari 2 hari pada akhir pekan selama 5 jam.
Sementara yang terakhir adalah Academy yang terdiri dari 5 level (A1, A2, B1, B2, C), masing-masing level terdiri dari 20 kali pertemuan, di mana 1 minggu ada 3 pertemuan dengan durasi per hari 2 jam.
“Dalam program kegiatan bahasa isyarat, pengguna gak cuma belajar BISINDO saja, tapi juga ada informasi dan materi soal variasi tuli. Sejauh ini mitra JBI di Silang ada sekitar 20 orang lebih dan masih dalam proses perekrutan. Semoga bisa terus growing, karena kami berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Kami percaya teman tuli dan teman dengar dapat berinteraksi tanpa batasan,” tutup Putri.