Studi: Orang Kaya Tak Pandai Jaga Hubungan
Sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Prosiding Royal Society B mengungkapkan, orang kaya lebih kesulitan dalam membuat keputusan bijaksana bila terkait dengan hubungan dengan teman, keluarga, dan rekan kerja.
Tim yang berasal dari University of Waterloo, seperti dilaporkan Time, telah meneliti hubungan antarpribadi pada setiap kelas ekonomi dalam dua percobaan besar.Percobaan pertama dilakukan secara online dengan melibatkan 2.145 orang dalam sebuah survei. Percobaan kedua, dilakukan lewat wawancara langsung dan mendalam kepada hampir 300 penduduk Michigan, Amerika Serikat.
Pada dua percobaan tersebut, orang-orang dari berbagai latar belakang ekonomi diminta untuk mengingat pengalaman terbaru kehidupan mereka serta mempertimbangkan sebuah situasi hipotetis yang melibatkan teman atau rekan kerja.
Hasil dari penelitian itu, terlihat bahwa orang dengan tingkat ekonomi kaya, "secara konsisten memiliki tingkat penalaran bijaksana yang lebih rendah," tulis para peneliti dalam jurnal.
Hasil tersebut bahkan konsisten di wilayah lain di Amerika Serikat dan terjadi di luar perbedaan IQ, usia, jenis kelamin dan kepribadian.
"Orang kaya mungkin memiliki kemampuan untuk menyediakan fondasi dalam pendidikan tinggi dan potensi menjadi mapan. Tapi mereka kurang memiliki (solusi) 'alasan bijaksana' dalam masalah antarpribadi," kata penulis utama penelitian, Igor Grossman, seorang profesor psikologi di University of Waterloo kepada TIME melalui surat elektronik.
Pada penelitian lainnya dikatakan, orang kaya cenderung lebih narsis dan kerap mendapatkan kebahagian bukan dari hubungan dengan orang lain melainkan dari prestasi.
Menurut Grossman, lewat pola pikir yang sama, orang kaya cenderung mengabaikan konflik antarpribadi.
Penelitian ini hanya menemukan perbedaan seputar penanganan konflik antarpribadi dan tidak bisa diterjemahkan ke dalam pengambilan keputusan seputar keuangan, karier atau bidang kehidupan lainnya.
"Menurut kami, ini lebih berkaitan dengan struktur sosial dan kurangnya mobilitas sosial di Amerika Serikat," ujarnya.
Lewat hasil studi ini, Grossman memberi saran bagi orang-orang kaya yang ingin memiliki hubungan antarpribadi yang lebih baik.
"Ambil perspektif orang ketiga, dan perspektif orang lain dalam berbagai situasi. Pahami bahwa situasi dan perspektif dapat berubah setiap waktu, dan pentingnya berkolaborasi serta bekerja sama untuk menjaga hubungan jangka panjang," katanya menuturkan.