Home
/
Telco

Sudah Dapat ‘Karpet Merah’, Harga Starlink Makin Murah Aja

Sudah Dapat ‘Karpet Merah’, Harga Starlink Makin Murah Aja
Muhammad Faisal Hadi Putra04 June 2024
Bagikan :

Uzone.id - Starlink, produk keluaran SpaceX besutan Elon Musk yang menuai pro dan kontra di Indonesia. Di satu sisi, layanan internet berbasis satelit ini panen pujian karena jadi solusi tidak meratanya koneksi internet di Indonesia. Tapi di sisi lain, Starlink disebut mendapatkan ‘karpet merah’ dari pemerintah Indonesia untuk beroperasi di tanah air.

Wajar rasanya menyangka kalau Starlink dapat treatment spesial dari pemerintah. Di awal rilisnya, tak sedikit pihak yang mempertanyakan keputusan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memberikan Uji Laik Operasi (ULO) bagi Starlink.

Padahal, Starlink disebut belum memiliki Network Operation Center (NOC) di Indonesia, dimana kehadiran fasilitas NOC adalah salah satu syarat penyelenggara jasa internet saat melakukan ULO dari Kominfo.

Hal ini juga sempat disampaikan Menkominfo Budi Arie yang meminta Starlink untuk membangun gateway di wilayah Indonesia serta mematuhi semua peraturan yang berlaku di Indonesia terkait dengan perlindungan data pribadi dan lalu lintas data.

Preview

Namun, hal ini langsung dibantah oleh pihak Kominfo sendiri. Menurut Direktur Telekomunikasi, Kementerian Kominfo Aju Widya Sari, Starlink sudah memiliki NOC sebelum mendapat izin terbit dari pemerintah Indonesia, lokasinya di Cibitung yang bisa remote gateway ke Karawang.

Entah siapa yang benar, sampai-sampai Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Muhammad Arif pun menantang Kominfo untuk menunjukkan di mana tepatnya fasilitas NOC milik PT Starlink Service Indonesia tersebut. 

Bukan itu saja yang bikin perusahaan penyedia internet di Indonesia gedeg. Masuk ke Indonesia, Starlink juga disebut terlibat dalam proyek penyediaan internet di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

Padahal, proyek tersebut didanai oleh dana universal service obligation (USO) yang berasal dari kontribusi perusahaan lokal. Arif mengatakan, semua perusahaan penyedia jaringan internet menyisihkan 1,25 persen dari pendapatan kotor mereka untuk USO, dimana nilai kontribusinya mencapai Rp3 triliun per tahun.

"Starlink baru bulan April-Mei datang, langsung dikasih proyek. Nggak make sense itu kan?" tegas Arif, dikutip dari CNBC.

"Cuma di kita sudah menyumbang daerah 3T. Malah langsung, yang baru satu bulan langsung dikasih, ya kita kan kecewa juga," katanya.

Dari penelusuran Uzone.id, proyek yang dimaksud Arif mungkin berkaitan dengan kerja sama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Starlink yang menyediakan akses internet cepat yang menjangkau seluruh Puskesmas di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan (DTPK).

Dikutip dari situs Sehat Negeriku, peresmian kerja sama ini dilaksanakan melalui uji coba di Puskesmas Pembantu (Pustu) Sumerta Kelod, Denpasar, yang sekaligus menjadi lokasi peresmian kerja sama, dan Puskesmas Pembantu (Pustu) Bungbungan, Klungkung, yang memiliki keterbatasan akses internet.

Puskesmas Tabarfane di Kepulauan Aru, Maluku, yang sebelumnya tidak memiliki akses internet juga turut menjadi lokasi uji coba dan tersambung secara daring menggunakan jaringan Starlink.

“Dari 10.000 puskesmas yang ada di Indonesia, sekitar 745 tidak memiliki akses internet sama sekali dan 1.475 memiliki akses internet yang terbatas. Semuanya tersebar di 7.000 pulau di Indonesia. Diharapkan mereka dapat akses internet yang layak sehingga layanannya tidak akan berbeda dengan Puskesmas yang ada di daerah perkotaan,” kata Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin.

Harga kian murah

Preview

Awal peluncurannya, layanan Starlink versi paling murah dibanderol dengan harga bulanan Rp750 ribu. Namun, pengguna harus membeli perangkat pendukung secara terpisah dengan harga Rp7,8 juta. Tapi sekarang, Starlink kasih korting harga menjadi Rp4,6 jutaan, namun hanya berlaku sampai 10 Juni 2024 saja.

Dari segi harga, Starlink menawarkan harga yang jauh lebih murah dari penyedia layanan VSAT atau Very Small Aperture Terminal lokal. Disebutkan Sekjen Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI), Sigit Jatipuro, harga lokal yang paling murah untuk VSAT yang unlimited adalah Rp3,5 juta, sedangkan harga Starlink Rp750 ribu.

“Bisa dihitung berapa kali perbedaan harganya. Kemudian, harga perangkat yang paling murah di lokal itu Rp9,1 jutaan dan Starlink untuk harga promo itu Rp4,6 jutaan,” terangnya, seperti dikutip dari CNN.

Harga layanan Starlink (berikut perangkat pendukung) di Indonesia jauh-jauh lebih rendah dari Amerika Serikat (AS) misalnya. Di AS, harga langganan termurah untuk Starlink adalah USD120 atau setara Rp1,9 jutaan per bulan, dimana harga hardware-nya adalah USD599 atau Rp9,7 jutaan.

Dan kalau berlangganan paket Business, Starlink membebankan biaya per bulan USD140 atau setara Rp2,2 jutaan per bulan untuk paket termurah Fixed Site dengan kuota 40 GB dan perangkat pendukungnya dijual USD2.500 atau Rp40,6 jutaan.

Dan kalau di Indonesia, paket serupa dijual Rp1,1 jutaan per bulan dengan harga perangkat cuma Rp7,8 jutaan.

Karena ‘nama besar’ Elon Musk?

Preview
Foto: Business Insider

Bila boleh beropini, perjalanan ‘mulus’ Starlink di Indonesia (mungkin negara lainnya), mungkin karena nama besar Elon Musk sendiri. Siapa sih yang gak kenal sang pemilik Tesla, SpaceX, The Boring Company, dan tentu saja X (dulunya Twitter).

Belum lagi statusnya sebagai salah satu orang paling tajir sedunia saat ini, membuat brand Starlink jadi hype tersendiri di Indonesia.

Hal ini juga disebutkan oleh Doni Ismanto, Founder dari Indotelko Forum. Orang-orang sudah percaya dengan Elon Musk, hal itu terbukti dengan banyaknya yang membeli perangkat Starlink, padahal layanan ini (waktu itu) belum tentu meluncur resmi di Indonesia.

The power of Elon Musk, orang trust sama sosok dia. Betapa hebatnya dia, ini belum launch orang udah banyak yg beli, ini barang datang dari mana?” katanya, kepada tim Uzone.id beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan, hype Starlink itu di awal-awal peluncurannya saja, namun untuk pengguna yang benar-benar beralih ke internet satelit, ia tidak sepenuhnya yakin.

“Kekuatan merk, merk ini kuat. Bagaimana cara melawan merk kuat? Biarkan masyarakat yg mencobanya, kejadian badai matahari, orang kita akan sadar kalau layanan itu ya gak bisa perfect banget, teknologi tidak ada yang perfect, ada aja down-nya,” pungkas Doni.

populerRelated Article