Tak Perlu Panik jika Anak Memergoki Anda Bercinta
Reaksi apa yang Anda munculkan ketika kepergok anak sedang bercinta?
"Suamiku berkata bahwa kami sedang bermain kuda-kudaan. Lucunya, anak-anak justru melompat ke tempat tidur dan bilang, 'Ikutan dong!'"
Cerita di atas datang dari Jane Guild, ibu dari dua anak berusia enam dan delapan tahun. Ia pernah melalui situasi canggung ketika kepergok berhubungan seksual. Namun, ia menyakini kedua anaknya saat itu belum paham betul aktivitas yang mereka lakukan. Kepada Today's Parent, ia mengatakan bahwa pasca-insiden, sang suami tak pernah lagi alpa mengunci pintu.
Orangtua lain mungkin pernah melalui pengalaman serupa Guild. Apalagi beberapa orangtua masih memilih tidur bersama anak-anaknya hingga balita atau bahkan sampai mereka menginjak bangku sekolah dasar. Lalu, bagaimana idealnya reaksi yang harus dimunculkan ketika berada dalam situasi tersebut? Jawabannya tergantung pada usia dan level pemahaman anak yang memergoki Anda.
Berikut ini adalah rangkuman dari pendapat Ian Kerner, kontributor CNN.
Pada usia batita (1-3 tahun), anak dapat dikategorikan menjadi dua kelompok. Ada anak yang belum memahami betul dan bersikap tidak peduli dan ada kelompok lain yang butuh diberi pengertian lebih. Orangtua perlu memahami di kelompok mana anaknya berada. Beri pemahaman bahwa Anda sedang mengalami momen pribadi dan tidak sedang saling menyakiti (anak Anda bisa menganggap Anda sedang saling-pukul atau bergulat). Penjelasan cukup berhenti di situ, kecuali jika anak bertanya lebih.
Anak usia dasar (3-9 tahun) telah memiliki rasa penasaran terhadap seks. Namun, di saat yang sama, mereka terkadang enggan membahas bahkan menjauhi subjek seks. Ikuti sejauh mana anak dapat diajak berbicara. Jika mereka merasa tidak nyaman, tunda pembicaraan di lain waktu.
Pada anak usia 10-12 tahun, yang telah mengerti aktivitas seksual penanganan sedikit berbeda, terkadang mereka ikut merasa canggung dan membuat suara pertanda ketika memergoki orangtuanya. Buat para orangtua, ini adalah saat tepat memberi pengertian bahwa seks adalah kegiatan pribadi yang menyenangkan dan hal yang biasa terjadi dalam hubungan orang dewasa.
Kategori terakhir adalah remaja (13-19 tahun) yang lebih bisa mencerna informasi dan menerima pemahaman bahwa orangtua mereka makhluk seksual. Terhadap usia ini, Anda perlu berbicara tanpa emosi dan memberikan informasi positif tentang seks. Bagaimanapun, tulis Kerner, memergoki aktivitas seksual orangtua menimbulkan rasa tidak nyaman.
Pendekatan sesuai usia juga ditekankan oleh Jane Cindy Linardi, psikolog yang berpraktik di RSPI. Ia memberi beberapa tips bagi para orangtua jika kepergok oleh anak saat sedang bercinta.
Pertama, orangtua perlu memberi jeda untuk menenangkan diri, usahakan untuk tidak terlihat panik. Jika situasi sudah terkendali, temui anak dan gali informasi sebanyak-banyaknya tentang apa yang ia lihat. Ia juga menekankan agar orangtua tidak meluapkan emosi, marah, atau terlihat panik. Ingat, anak tidak melakukan kesalahan. Orangtua-lah yang lalai karena tidak menjaga ruang privasi.
“Beri penjelasan pada anak sejujur-jujurnya, dan jangan lupa sisipkan kata maaf,” kata Jane, kepada Tirto. “Pada remaja yang sudah mengerti aktivitas seksual, katakan 'Maaf, seharusnya kamu belum melihatnya, tapi [sebagai] catatan, hal itu wajar dilakukan orang dewasa yang sudah menikah.' Tekankan kalimat terakhir!”
Menjelaskan aktivitas seksual dengan berbohong hanya akan memunculkan persepsi bahwa seks itu tabu atau negatif. Laman WebMD menyatakan bahwa anak memproses informasi tentang seks dari lingkungan secara bertahap termasuk dari teman-temannya. Daripada anak mendapat informasi salah, lebih baik orangtua mengarahkan mereka ke dalam diskusi yang positif. Orangtua dapat menjelaskan bahwa aktivitas tersebut adalah bentuk dari kasih sayang antar-orang yang telah menikah.
Biasakan Pendidikan Seks Sejak Dini
Jika Anda "ketahuan" oleh anak Anda yang masih bayi, Anda bisa bernapas lega karena umumnya mereka tak akan mengingat yang dilihatnya. Penelitian Usher JoNell A. dan Neisser Ulric (1993) bertajuk "Childhood Amnesia and the Beginnings of Memory for Four Early Life Events" menunjukkan hal tersebut.
Anak-anak umumnya baru bisa mengingat kejadian secara jelas saat mereka berusia dua tahun. Peneliti mewawancarai 222 responden dewasa mengenai peristiwa yang terjadi ketika mereka berusia 1-5 tahun dan memadankan hasil wawancara dengan sumber eksternal seperti cerita keluarga. Mereka diminta mengidentifikasi empat peristiwa penting seperti kelahiran adiknya, perawatan saat sakit, kematian anggota keluarga, dan aktivitas pindah rumah.
Anak berumur 2 tahun dapat mengingat sebagian kejadian seperti perawatan saat sakit dan kelahiran. Sementara memori anak umur 3 tahun sudah lebih kompleks mengingat kematian dan aktivitas pindah rumah. Sumber informasi eksternal berhubungan negatif dengan ingatan anak yang berusia kurang dari 2 tahun. Semakin bertambah umur anak, maka semakin banyak juga kenangan yang bisa mereka ingat.
Jawaban dari reaksi yang semestinya dimunculkan orangtua saat kepergok bergantung dari umur dan pengetahuan dasar anak tentang seks. Louanne Cole Weston, terapis seks dan konselor keluarga dalam laman WebMD, meyakini anak yang tumbuh dengan pendidikan seks sejak dini tak akan memberi reaksi negatif atas insiden tersebut.
Pada umur tiga tahun, anak dapat dijelaskan tentang anggota tubuh dan perbedaan jenis kelamin. Organ genital harus dijelaskan dengan ekspresi netral, gamblang, dan tepat penyebutannya (vagina dan penis). Penyebutan dengan kata konotasi membuat anak mengaitkan pendidikan seks sebagai hal tabu, aneh, dan salah. Beri pemahaman bahwa ada area-area privat yang tidak boleh dipegang orang lain, dan bahwa tubuh akan berubah saat melewati masa pubertas.
“Usia rata-rata seorang anak melihat pornografi adalah 10 tahun,” kata konselor kesehatan seksual Amy Lang pada CNN.
Ia menyarankan orangtua untuk lebih dulu memberi edukasi tentang pornografi ketimbang anak mendapat informasi salah. Yang paling penting adalah mencegah insiden berulang dengan memastikan untuk terus mengunci pintu, ajarkan anak mengetuk, membiasakan anak terhadap “waktu spesial orangtua” yang tidak bisa diganggu. Anda juga bisa memasang musik atau menyalakan televisi untuk menyamarkan suara di malam hari.
Yang juga perlu ditanamkan: anak-anak harus paham bahwa ada cinta dan keintiman fisik di antara kedua orangtuanya. Hal itu akan menjadi contoh bagi mereka kelak untuk mengekspresikan hal yang sama dengan cara yang sehat.
Baca juga artikel terkait SEKS atau tulisan menarik lainnya Aditya Widya Putri