Tangkal Stres dengan Melatih Kecerdasan Emosi
Pertengahan tahun 1990-an, munculah polemik mengenai faktor penentu kesuksesan seseorang. Tepatnya, sejak terbitnya buku Emotional Intelligence yang ditulis oleh Daniel Goleman, seorang ahli psikologi dari Harvard University dan jurnalis New York Times, dunia disadarkan mengenai pentingnya faktor kecerdasan emosi atau Emotional Intelligenceatau Emotional Quotient (EQ) dalam kesuksesan seorang pribadi.
Teori itu tentu mengejutkan karena sampai saat itu masyarakat terlalu “mengagungkan” kepandaian atau Intelligence Quotient (IQ).Teori Goleman juga diperkuat oleh Howard Gardner, pakar psikologi perkembangan terkemuka dari Harvard University. Menurutnya, mengukur kemampuan seseorang hanya dari kemampuan intelektualnya adalah terlalu sempit dan tidak merepresentasikan seluruh kemampuan pribadi tersebut.
Padahal, kesuksesan seseorang dipengaruhi oleh beragam faktor, tidak hanya sekedar kemampuan teknis seseorang melakukan pekerjaannya. Lebih dari itu, kesuksesan juga ditentukan oleh kemampuan orang itu mengendalikan emosi, berkomunikasi, berinteraksi, dan me-manageorang lain. Kemampuan tersebut hanya bisa diperoleh pada seseorang yang mempunyai EQ yang cukup tinggi.
Menurut data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Center for Creative Leadership (CCL) di Amerika, orang dengan kemampuan EQ yang bagus mempunyai jenjang karier yang lebih cerah. Hal itu dikaitkan dengan kemampuan orang tersebut dalam tiga faktor, yaitu bekerjasama dalam tim, mempunyai hubungan interpersonal yang erat, dan kemampuan mengolah stres saat menghadapi perubahan yang cepat.
Stres memang menjadi hal yang perlu diberi perhatian khusus dewasa ini. Kondisi masyarakat yang makin kompleks, persaingan untuk bertahan hidup yang makin sengit, tuntutan pekerjaan yang kian tinggi, menjadi faktor penyebabnya, terutama bagi masyarakat perkotaan.
Hasil temuan Institut Pengembangan Ekonomi dan Keuanganmenunjukkan, orang yang tinggal di perkotaan cenderung mengalami stres.
Menurut psikolog dari Sanotarium Dharmawangsa Jakarta, Liza Marielly Djaprie, salah satu tanda utama seseorang mempunyai EQ yang baik adalah caranya mengolah stres.
“Kehidupan tentu tidak bisa lepas dari perubahan dan interaksi dengan orang lain, entah di lingkungan keluarga, masyarakat sekitar, kantor, atau bahkan di jalan. Itu semua tentu menimbulkan stres atau tekanan. Orang yang mempunyai kemampuan emosional yang baik memiliki kemampuan untuk berhadapan dan mengolah stres,” paparnya.
Menurut Liza, seseorang sudah cakap dalam mengelola emosi akan memiliki pembawaan diri yang tenang saat menghadapi masalah atau situasi yang tidak menyenangkan.
“Ibarat rumah, dia punya plafon yang tinggi sehingga memungkinkannya bernapas dengan lapang. Tidak sumpek dan kemudian membiarkan dirinya terbawa stres yang makin berlarut-larut,” tambahnya.
Ada beragam cara untuk mengolah stres. Antara lain adalah dengan melakukan meditasi, refreshing, mengatur pernafasan, membiasakan diri berpikir positif, dan sebagainya.
“Prinsipnya, orang yang bisa mengelola stres dengan baik adalah orang yang sudah 'selesai' dengan dirinya sendiri. Mereka mempunyai kemampuan stress release yang baik dan terarah. Itu diperoleh jika seseorang mempunyai kemampuan emosional yang baik.