Tawarkan Platform Chat, Apa Istimewanya Qiscus Dibanding WhatsApp cs?
Uzone.id -- Lumrah rasanya kalau mendengar layanan chat, lalu yang muncul di benak kita langsung aplikasi populer seperti WhatsApp, Line, hingga Telegram. Kayaknya hampir mustahil ada brand baru yang bisa mengalahkan popularitas mereka.
Well, Qiscus sebagai startup lokal yang bergerak di ranah platform komunikasi digital ternyata hadir bukan untuk menyaingi WhatsApp dan sejenisnya. Lantas, apa bedanya kalau gitu?Dijelaskan oleh Co-Founder dan CEO Qiscus Delta Purna Widyangga, Qiscus fokus kepada solusi untuk para perusahaan yang ingin memperbaiki aktivitas komunikasi dengan para pelanggan atau konsumennya.
“Kita sama sekali gak bersaing dengan layanan seperti WhatsApp gitu, karena memang beda fungsinya,” ungkap Delta saat dihubungi Uzone.id pada Jumat (17/1).
Dia melanjutkan, “justru kita itu sebenarnya berpartner. Dengan WhatsApp, Line, Telegram, itu kita bermitra karena saling melengkapi.”
Baca juga: Mengenal Pigijo, Startup Lokal yang Nekat IPO
Qiscus fokus pada pemberian layanan platform chat untuk perusahaan yang menyediakan fitur percakapan dengan para user atau konsumennya. Nah, peran Qiscus adalah pengembangan platformnya yang bisa langsung diakses oleh pengguna.
Misal, beberapa contoh klien Qiscus adalah Halodoc dan Ruangguru. Keduanya memiliki fitur chat di dalam layanan mereka masing-masing, meskipun fungsinya berbeda -- chat di dalam Halodoc fungsinya untuk ruang percakapan antara pasien (pengguna) dan dokter, sedangkan di Ruangguru berfungsi sebagai customer service.
“Klien kami menggunhttp://indigo.idakan Qiscus untuk mempermudah percakapan dengan konsumen mereka. Sering juga di layanan chat mereka itu diintegrasikan juga ke WhatsApp agar pengguna bisa mengobrol di aplikasi WhatsApp, jadi seperti kita sediakan channel-nya. Semua tergantung behavior consumer,” lanjut Delta.
Menurut Delta, Qiscus hadir bagi layanan yang mengedepankan simplicity, alias cara serba praktis bagi pengguna yang ingin melakukan obrolan secara langsung.
“Gak semua orang itu suka download aplikasi dulu, ada yang lebih memilih untuk langsung bertanya di forum atau platform chat bawaan, ada yang lebih nyaman menggunakan layanan yang biasa mereka pakai seperti WhatsApp dan lain-lain,” tutur Delta lagi. “Jadi antara Qiscus dengan WhatsApp dan lainnya, bukan persaingan karena gak apple to apple.”
Baca juga: Target Kominfo, 3 Startup Unicorn Sampai 2024
Sekadar diketahui, Qiscus berdiri pada 2013 dan awalnya perusahaan rintisan ini fokusnya di layanan percakapan untuk dunia bisnis atau perkantoran di mana penggunanya adalah karyawan internal.
Kemudian pada 2015 Qiscus meriset pasar dan ternyata ceruk lebih besar di komunikasi dengan konsumen, bukan internal di perkantoran. Sementara untuk sesama karyawan, mereka pada dasarnya gak butuh platform khusus untuk berkomunikasi. Aplikasi populer seperti WhatsApp, Line, atau Telegram pun sudah cukup.
Qiscus juga terdaftar sebagai salah satu startup yang dibina oleh Indigo Creative Nation, program startup accelerator milik peerusahaan Telkom, pada tahun 2017.
Kemudian, di awal 2017 tersebut, Qiscus akhirnya resmi pivot menjadi platform chat untuk konsumen.
Startup ini mengembangkan platformnya menjadi multichannel conversation yang model bisnisnya masih B2B (business-to-business), namun sasaran penggunanya adalah konsumen dari si pelaku bisnis atau perusahaan tersebut.
Dari sini, Qiscus mendapatkan ragam klien yang gak cuma dari Indonesia, tapi juga negara lain seperti Meksiko, Mesir, dan beberapa yang berada di Eropa. Per Desember 2019, Qiscus telah melayani sekitar 17-18 juta end-user dari tiap klien.