Test Drive Hyundai Ioniq 5, Rasanya Sehari-hari Pakai Mobil Listrik
Uzone.id - Mobil listrik lagi ramai-ramainya di bahas, apalagi Presiden sampai turun tangan. Tapi di sisi lain, masih banyak warga yang awam terhadap mobil listrik.
Gak jarang juga mereka masih ragu dan takut mengendarai mobil listrik untuk menunjang aktifitas hariannya.Karenanya, kami coba membuktikan bagaimana sih rasanya mengendarai mobil listrik untuk keperluan harian?
Sebuah Hyundai Ioniq 5 pun jadi kelinci percobaan kami. Baca terus ulasannya.
BACA JUGA: Gak Sabar Menanti Suzuki Jimny 5 Pintu, Ini Penampakannya!
Desain mengintimidasi pengendara lain
Tau kan kalau Toyota Fortuner identik sebagai raja jalanan. Para pengemudi pada males menghadapi Fortuner di jalanan, apalagi kalau sampai ngotot-ngototan. Jadilah SUV Toyota itu punya privilage lebih di jalanan.
Namun, yang kami rasakan dengan Hyundai Ioniq juga seperti itu. Barangkali karena desainnya yang fituristis dan mobil ini jelas bukan mobil kecil.
Jajaran lampu pixel LED-nya, kap mesin lebar dan besar, ban dengan pelek 20 inci, intinya, masih banyak orang menganggap Ioniq 5 bukan mobil yang berasal dari Bumi.
Sehingga, kami pun merasakan sedikit privilage lebih, misal kalau di perempatan jalan, pengendara lain banyak yang mau mengalah memberikan jalan pada kami.
Kami yakin itu merupakan efek dari desain Hyundai Ioniq 5 yang begitu mencolok di jalanan, sehingga masih membuat banyak oranmg takjub sambil berkata, “Mobil apaan nih?” atau “Oh, ini mobil listriknya Hyundai?”. Begitulah..
Nyaman dan Praktis Layaknya Mobil Konvensional
Siapa bilang mengendarai mobil listrik bakal ribet dan gak praktis? Pengalaman kami menggunakannya selama satu minggu, Hyundai Ioniq 5 dengan semua teknologi dan fitur-fiturnya, sungguh membuat kami nyaman dan praktis.
Kami suka dengan kamera 360 yang terdapat pada mobil ini. Sosok besarnya jadi gak terasa besar, karena kami bisa memantau sekitaran mobil dengan kamera 360 yang punya kualitas gambar yang jernih.
Begitu juga dengan kamera pada MID yang aktif menjadi spion tambahan ketika kita harus berbelok kanan dan kiri. Jadi, kepala gak harus ekstra menoleh ke spion luar.
Kalau pun ada yang janggal, kami kurang suka dengan tuas pengoperasian transmisinya yang berada di sebelah kanan setir, tepat di bawah tuas lelampuan dan sein.
Agak aneh dan kagok, karena kami beberapa kali secara reflek menggeser tangan kiri ke konsul tengah untuk menggapai tuas transmisi yang ternyata bukan disitu posisinya..haha.
Kemudian joknya, sudah berpengaturan elektrik dan ada memori-nya pula, jadi ketika mau keluar mobil, jok akan secara otomatis mundur untuk memaksimalkan akses keluar masuk.
Sebaliknya, ketika masuk ke kabin, secara otomatis jok akan bergerak dan memposisikan pada pengaturan awal yang kita buat.
Belum lagi jajaran fitur-fitur canggih yang terdapat di paketan Hyundai Smartsense-nya, berfaedah banget deh, meminimalisir kekhawatiran saat nyetir di jalan tol sampai di jalan padat karya.
Kami pun sempat berfikir, kalau seandainya mobil listrik itu mahal, mungkin iya karena teknologi dan baterainya.
Tapi kita coba menganggap Hyundai Ioniq 5 adalah mobil bermesin BBM, dengan semua kepraktisan, kenyamanan, teknologi dan fiturnya, untuk di kelasnya, banderol Rp700-800 jutaan kami rasa wajar.
Jadi bukan karena mobil listriknya, memang mobilnya yang mahal, mau listrik atau bukan.
Performa dan Handling Pecah Banget Sih
Kabin sudah pasti senyap. Baik saat berhenti maupun berjalan. Mobil listrik memang mengajarkan kita kalau dunia bisa gak sebising saat ini.
Namun di balik kesunyiannya, Hyundai Ioniq 5 menyimpan tenaga monster yang siap membuat kalian berpikir ulang, gak cuma mobil turbo dan bermesin besar yang asik diajak ngebut.
Kami menggunakan Ioniq 5 tipe Signature Long Range menggunakan baterai berkaspasitas 72,6 kWh yang bisa memuntahkan tenaga 217 PS dan torsi 350 Nm.
Diatas kertas saja, itu beneran tenaga yang buas dan di atas permukaan jalan pun terbukti. Mobil senyap ini seketika bisa menarik tubuh menempel erat pada sandaran jok, saking spontannya akselarasi yang ditawarkan.
Stop n go di jalanan yang padat sama sekali gak masalah, ngebut kencang di jalan tol pun dengan mulus di ladeni.
Asiknya lagi, ada 3 mode berkendara, ECO (kalau kalian ragu dan gak mau baterainya cepat habis), kemudian normal dan satu lagi Sport.
Seringnya kami menggunakan mode ECO. Ini saja secara performa sudah sangat mumpuni banget dan ketika mencoba mode Sport, barulah kita bakal merasakan betapa bengisnya akselarasi dan tenaga yang dimuntahkan Ioniq 5.
Lalu bagaimana dengan handlingnya? Ioniq 5 merupakan mobil listrik pertama yang dibangun di atas Electric-Global Modular Platform (E-GMP).
Platform ini begitu fleksibel dalam banyak hal, termasuk dalam mengakomodasi handling dari mobil listrik yang sah dianggap sebagai sebuah SUV.
Bodi lebar, rendah dan ban besar, membuat handling Hyundai Ioniq 5 sangat menyenangkan. Mobil ini cukup gesit dan presisi saat diajak bermanuver dan setir yang agak berat itu, memberikan feedback yang baik dari permukaan jalan.
Namun untuk suspensinya kami masih merasa biasa saja dan belum istimewa. Meski pakai pelek 20 inci dan ban dengan profil tipis, redaman suspensinya terasa empuk.
memamng nyaman saat berjalan pelan dan melintasi medan jalan yang bergelombang, atau rusak. Tapi kalau kencang masih terlalu mengayun, begitu juga saat melindas polisi tidur masih kurang nyaman.
Tapi secara overall, kombinasi performa dan handling Ioniq 5 benar-benar membuat nyetirnya jadi menyenangkan.
Sesusah Apa Ngecasnya?
Nah faktor ini jadi problematika tersendiri ketika kita memutuskan punya mobil listrik, apalagi SPKLU yang belum banyak-banyak amat. Terus bagaimana pengalaman kami?
Ioniq 5 Signature Long Range yang kami gunakan pakai baterai berkapasitas 72,6 kWh.
Kalau beli listrik di SPKLU, per kWh-nya Rp2400an, dan kalau pakai listrik rumah Rp1.600an. Jadi kalau ngisi full baterainya, di SPKLU butuh biaya Rp172 ribuan dan di rumah memakan biaya Rp115 ribuan.
Dengan budget segitu, kalian bisa mengajak mobil ini berjalan sejauh 480an km! Jauh banget. Bahkan untuk penggunaan harian, kami sampai bingung mau diajak kemana lagi mobil ini untuk meghabiskan baterai.
Saking panjangnya jarak tempuh, selama digunakan, kami sampai tidak sempat mampir ke SPKLU, karena semuanya cukup dilakukan di rumah.
Dengan daya sekitar 2.600 watt, sudah bisa mengecas Ioniq 5. Kami gak menghitung waktunya secara pasti, namun, cukup ngecas di malam hari dan esok pagi mobil ini siap digunakan untuk satu minggu dalam kondisi penggunaan harian.
Namun klaim Hyundai, platform E-GMP juga membuat Ioniq 5, memiliki pilihan pengisian daya yang lebih bervariatif dan lebih cepat.
Ioniq 5 membutuhkan waktu 5 jam (tipe Prime Standard dan Signature Standard) atau 6 jam (tipe Prime Long Range dan Signature Long Range), untuk pengisian daya hingga 100% menggunakan fasilitas wall charger atau AC Charger.
Kemudian, butuh 46 menit (tipe Prime Standard dan Signature Standard) atau 57 menit (tipe Prime Long range dan Signature Long Range), untuk pengisian daya hingga 80% di fasilitas fast-charging atau DC Charger kapasitas daya 50kW.
Dalam jangka panjang, Hyundai berencana menghadirkan fasilitas super fast-charging kapasitas daya 350 kW di Indonesia yang memungkinkan semua tipe IONIQ 5 dapat melakukan pengisian daya hingga 80% hanya dalam kurun waktu 18 menit.
Kesimpulan
Pakai mobil listrik untuk harian ternyata tidak seribet yang kita bayangkan. Apalagi kalau mobilnya sebuah Ioniq 5. Memang harganya mahal, tapi karena memang kelasnya flagship. Kalau mau murah, bisa melirik Wuling Air ev yang banderolnya Rp200 jutaan.
Tapi perawatan dan biaya kepemilikan seperti biaya mengisi listrik banding ngisi BBM, Ioniq 5 murah meriah. Pajaknya aja cuma Rp1 jutaan.
Jadi, jangan ragu punya mobil listrik untuk harian. Pada akhirnya kalian akan beradaptasi dan perlakuannya sama sekali gak beda dengan mobil konvensional.
VIDEO Test Drive Hyundai Ioniq 5 Buat Penggunaan Harian: