Throwback Movie: 8 Fakta tentang 'Jaws', Film Hiu Klasik yang Memulai Teror di Laut
Uzone.id — Jaws boleh jadul, namun kehadirannya di dunia film memiliki pengaruh besar. Film hiu ini menjadi garis start bagi karya film yang mengandung teror dan horor di laut.
Jaws dirilis pada 1975. Kalau dihitung, berarti sudah 43 tahun yang lalu. Umur gue aja belum mencapai kepala tiga.Meski lawas, Jaws meninggalkan warisan timeless bagi dunia sinema berupa kisah sederhana yang penuh konflik, teror mencekam yang membuat orang was-was kalau berenang, sampai musik yang membuat suasana jadi semakin tegang. Rasanya ingin ngompol aja!
Sejak Jaws muncul, sampai hari ini masih bermunculan film yang bertema hiu seperti Shark Attacks, Deep Blue Sea, The Shallows, The Meg yang baru tayang mulai hari ini, Rabu (8/8).
Bahkan, Jaws aja dibuat sekuelnya oleh sutradara yang berbeda. Ada pula beberapa film lain.
Untuk menyegarkan ingatan kalian semua, Jaws mengisahkan teror hiu di pantai Amity Island yang telah menelan beberapa korban jiwa saat mereka menikmati musim panas di sana. Kehadiran hiu ini tentu saja meresahkan warga, khususnya kepala polisi Martin Brody (Roy Scheider). Dia mengajak peneliti muda Matt Hooper (Richard Dreyfuss) dan kapten kapal Quint (Robert Shaw) untuk pergi ke tengah laut agar dapat menangkap hiu tersebut.
Film yang disutradarai oleh Steven Spielberg ini mengandung rangkaian trivia seru yang wajib kamu ketahui, gaes. Berikut 8 di antaranya!
1. Pakai robot hiu, bukan animasi
Jauh sebelum Jurassic Park yang kita tahu menggunakan robot animatronik, Spielberg sudah lebih dulu menerapkan konsep robot hidrolik di film ini. Jadi, hiu yang selama ini kita lihat di Jaws itu bukan animasi, melainkan hiu ‘sungguhan’ berupa animatronik.
Universal Pictures mengizinkan Spielberg untuk membuat tiga hiu mekanik, masing-masing punya fungsi yang berbeda. Satu hiu mekanik menelan biaya US$250 ribu. Spielberg memberi nama hiu itu “Bruce” yang terinspirasi dari pengacaranya.
2. Diadaptasi dari novel
Yup, Jaws mengadaptasi novel berjudul sama karya Peter Benchley yang dirilis pada 1974. Nggak semua plot yang disajikan di film sama persis dengan novelnya.
3. Syuting di laut dan hiu mekanik yang tenggelam
Bisa dibilang proses produksi ‘Jaws’ adalah masa sulit bagi Spielberg yang saat itu masih sangat muda. Dia keukeuh untuk syuting di laut ketimbang kolam buatan studio, serta kecerobohannya karena nggak pernah menguji coba hiu mekanik tersebut di air.
“Saya bersikeras agar syuting di laut, bukan studio supaya semuanya terlihat real. Lalu, saat hiu mekanik sudah selesai dirakit, kita nggak pernah mengetesnya di air. Jadi, ketika sudah kita meletakannya di laut sungguhan, hiu itu langsung tenggelam ke dasar laut. Kami butuh tim penyelam untuk mengambilnya,” ujar Spielberg.
4. Spielberg nyaris dipecat gara-gara ngaret
Berkaitan dengan poin di atas, proses produksi film ini sungguh mimpi buruk bagi Spielberg. Dia ingin syuting di laut tapi nggak tahu tentang kondisi air pasang-surut, pengaruh angin yang dapat mengganggu syuting, dan lain sebagainya.
Dengan masalah itu semua, plus hiu mekanik yang sulit diajak bekerja sama karena sering malfungsi, proses syuting ‘Jaws’ molor sampai 100 hari.
“Sejak awal saya diberi waktu 55 hari untuk syuting. Tapi ternyata kami harus menghabiskan sampai 159 hari. Saya pikir karier saya di perfilman sudah tamat dan beberapa kali saya diancam dipecat gara-gara ini,” ujar Spielberg sambil tertawa.
5. Spielberg bukan sutradara pertama yang dipilih untuk garap Jaws
Meski Spielberg harus menghadapi masa sulit saat syuting Jaws, paling nggak dia menjalankan kisah ini sesuai dengan tema. Sutradara yang sebetulnya ditunjuk untuk menggarap film ini adalah Dick Richards. Sayangnya pihak studio harus memecatnya karena Richards nggak bisa membedakan hiu dengan paus ha ha ha.
6. Berakit-rakit ke hulu, nikmati laris manis kemudian
Peribahasa “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian” sangat tepat menggambarkan proses pembuatan ‘Jaws’ sampai akhirnya film ini sukses di pasar.
Mengutip berbagai sumber, Jaws menjadi film pertama kala itu yang mampu menghasilkan pendapatan lebih dari US$00 juta. Film ini ditonton lebih dari 67 juta orang di Amerika Serikat.
7. Melahirkan budaya summer blockbuster
Jaws; kerap dianggap sebagai film yang memulai budaya film-film laris yang ditayangkan di musim panas. Kalau kamu perhatikan, sampai hari ini memang banyak film bagus yang menghibur dengan bujet besar agar dapat dirilis di pertengahan tahun.
Padahal, sebelum kehadiran Jaws, kultur sinema di Amerika selalu mengandalkan akhir tahun untuk menggaet banyak penonton ke bioskop. Mereka dulunya percaya, pada musim panas orang-orang lebih suka ke pantai untuk berjemur.
Nah, ‘Jaws’ dari awal sudah ngaret dan membuat jadwal tayangnya diundur. Awalnya, film ini memang dijadwalkan tayang pada Desember 1974 menjelang Natal.
Nyatanya, Jaws terpaksa baru bisa dirilis pada 20 Juni 1975. Boom!!! Untungnya, kisah horor ini memikat para penggemar film dan laku keras!
Sejak itu, industri Hollywood mulai getol merilis film-film andalan mereka saat musim panas.
8. Mampu membuat orang was-was berenang di laut
Ini dampak yang sering dibahas. Saking suksesnya, ‘Jaws’ sanggup membuat banyak orang langsung was-was untuk berenang di laut!
Mengutip IMDb, nggak cuma takut berenang di air, bahkan ada sejumlah kejadian nahas yang terjadi gara-gara warga histeris. Di sebuah pantai di Carolina bagian selatan sempat dinetralisir oleh penjaga pantai karena diduga ada hiu. Ternyata itu hanya lumba-lumba.
Ada juga insiden di Florida yang lebih parah. Beberapa pengunjung memukuli paus pygmy sperm sampai mati karena mereka mengira itu adalah hiu.