‘Tinder Swindler’, Waspada Crazy Rich Penipu di Dunia Kencan Online
Ikon 'Tinder Swindler'/dok. Netflix
Uzone.id – Baru kenalan via Tinder, ketemuan di restoran mewah, sudah diajak terbang pakai jet pribadi. Sang lelaki mengaku sebagai CEO perusahaan berlian, perempuan mana yang menolak?
Berbagai modus penipuan berkedok cinta tak hanya terjadi di dalam film fiksi, namun juga kejadian nyata meskipun semuanya berakar dari aktivitas digital. Sesungguhnya, frasa “nothing is good to be true” itu seringkali benar.Cecilie Fjellhøy, wanita asal Norwegia yang tinggal di London, Inggris menyelami dunia kencan online untuk menemukan cinta sejati. Ia secara terang-terangan ingin mencari jodoh, bukan hanya sekadar bersenang-senang untuk hubungan singkat semata.
Dari banyaknya swipe di Tinder, di hari itu pada bulan Januari 2018, Cecilie match dengan seorang pria asal Israel bernama Simon Leviev.
Dari fotonya sudah tampak begitu charming – pakaian elegan, perawakan ‘mahal’, belum lagi bio Tinder yang bertuliskan “CEO LLD Diamonds” yang membuatnya terlihat sebagai orang sukses nan tajir.
Pertemuan Cecilie dengan Simon dipenuhi hati yang berbunga-bunga. Keduanya mengaku langsung cocok. Simon begitu dermawan meski hidupnya bak prince charming yang didambakan kaum wanita: memesan semua menu di restoran mahal, bepergian naik jet pribadi, naik mobil mewah sekelas Lamborghini dan Maserati, menginap di hotel dan resor bintang lima.
Setelah berminggu-minggu berhubungan intens, akhirnya keduanya resmi pacaran. Simon bahkan mengajaknya tinggal bersama. Pilihan apartemennya pun tentu saja mewah dan serba glamor.
Dongeng ala Cecilie ini awalnya terasa mulus, sampai akhirnya muncul kengerian. Bodyguard Simon terluka dan ia mengaku ini semua adalah perbuatan “musuhnya”.
Simon meyakinkan Cecilie kalau tim security perusahaannya menyarankan untuk menghilangkan jejak digital dan finansial. Dari sini, Cecilie harus membantunya secara finansial, yaitu membuat kartu kredit dengan limit ekstra tinggi, hingga meminjam uang agar Simon tetap bisa beraktivitas dan menjalankan business trip-nya.
Awalnya terasa maklum, lama-lama ngelunjak. Simon menghabiskan ratusan ribu dollar dalam hitungan hari hingga total utang Cecilie mencapai 10 jenis pinjaman.
Bingung dan depresi, Cecilie akhirnya meragukan kredibilitas Simon. Ia mencari tahu dan googling ini-itu, sampai akhirnya ia menemukan informasi bahwa “Simon Leviev” bukanlah nama aslinya.
Baca juga: Hati-hati, Pelaku Phishing Pura-pura Jadi Netflix dkk
Film dokumenter Netflix ini sedang diperbincangkan oleh masyarakat di berbagai belahan dunia. Ada yang menganggap para korban wanita dari sejumlah negara itu “mata duitan”, ada juga yang menilai apa yang dilakukan Simon memang sudah kelewatan.
Ia tak hanya berpura-pura sebagai orang “crazy rich” yang mengaku sebagai anak pengusaha berlian, namun ia juga memalsukan berbagai macam cek dan dokumen negara. Tingkat kriminalitasnya sudah parah dan menjadi buronan di Israel dan beberapa negara lain.
Terlepas dari itu semua, tentu ada beberapa hikmah yang bisa kita ambil dari kejadian nahas ini, khususnya bagi netizen yang masih mengandalkan aplikasi kencan online. Bahasa kekiniannya, red flag.
Red flag pertama: si paling narsis.
Sebelum kalian asal swipe kanan di Tinder atau aplikasi kencan lain, ada red flag atau peringatan awal yang seharusnya nggak kalian lewati.
Biasanya penipu adalah tukang narsis yang mempercayai kebohongannya. Mereka sangat mendalami “kehaluan” dirinya sendiri.
Sebagai contoh, Simon menuliskan dirinya adalah “prince of diamonds” di profil Tindernya.
“Di dunia nyata, ahli waris miliuner sungguhan nggak akan pakai aplikasi seperti Tinder. Kalaupun mereka memang pakai aplikasi kencan, mereka tidak akan narsis seperti ini. Ini tipikal orang dangkal,” tutur Emyli Lovz, Co-Founder Emlovz, sebuah layanan kencan dan pelatihan jodoh, seperti dikutip dari Shape.
Intinya, orang-orang yang memamerkan atau mengklaim sesuatu secara hiperbola sejatinya tidak akan hidup seglamor itu di kehidupan nyata.
Red flag kedua: too good to be true.
Seperti yang sudah disebut di paragraf awal, rasanya hampir mustahil segala hal terasa sempurna terus-menerus.
“Ketika ada seseorang yang terlihat begitu sempurna, biasanya ada sesuatu yang mereka sembunyikan. Penipu yang berkedok percintaan akan membanjiri kita dengan kasih sayang di awal-awal agar kita merasa spesial dan membuat ilusi bahwa ada koneksi nyata di antara kalian,” ungkap pakar hubungan percintaan dan CEO Select Date Society, Amber Lee.
Apalagi pada kasus Simon, kehidupannya sangat mewah dan sering jalan-jalan dari negara satu ke negara lainnya untuk “urusan bisnis”.
Dari awal yang ia tawarkan adalah koneksi romantis melalui chat dan voice note super manis agar si korban cepat jatuh cinta dan ‘meleleh’ dibuatnya.
Red flag ketiga: segalanya terasa cepat.
Peringatan ketiga ini berkaitan dengan poin kedua, yaitu proses hubungan ini terasa begitu cepat. Dari kenalan, tak ada angin tak ada hujan, sudah bilang “I miss you” dan gombalan lain, tiba-tiba ‘ditembak’, lalu diajak tinggal bersama.
Itu semua terjadi dalam kurun waktu kurang dari enam bulan, misalnya. Tentu ini termasuk proses yang cepat.
Aksi ini pun disebut dengan istilah “emotional con” atau tipuan emosional.
Baca juga: Ini Cara Hapus Film dari Daftar 'Continue Watching' Netflix
Melihat kasus Simon, Cecilie langsung berpacaran setelah tak sampai sebulan kenalan, lalu tak lama, Simon mengajaknya tinggal bareng di apartemen di London dengan bujet USD15 ribu per bulan. Simon bahkan pakai embel-embel “tak sabar ingin membina keluarga denganmu.”
Padahal di waktu yang bersamaan, Simon juga melakukan hal sama dengan pacarnya yang lain, Ayleen Charlotte di Amsterdam, Belanda.
Tentu ini hanya taktik belaka agar para wanita ini semakin merasa dekat dan ada komitmen di antara mereka. Tujuannya supaya ketika Simon butuh uang, mereka akan rela membantunya sampai titik darah penghabisan – tentunya dengan alasan omong kosong.
Kencan online bukan berarti harus dihindari begitu saja. Sebagai pengguna, penting hukumnya untuk selalu menjaga diri dan berhati-hati dalam berkenalan dengan orang baru.
Manfaatkan teknologi seperti Google sebaik mungkin untuk mencari tahu seluk-beluk orang yang akan kita temui. Bukan untuk curiga, tapi sebagai bentuk kehati-hatian terhadap diri sendiri.
View this post on Instagram