Tren Kripto di Indonesia, Masih Laku atau Sudah Layu?
Uzone.id – Sempat melejit to the moon di awal-awal 2021 dan banyak menarik minat seluruh warga dunia termasuk Indonesia, tren kripto dari tahun lalu hingga saat ini bisa dibilang sudah tidak se-booming awal mereka muncul.
Hal ini terlihat dalam jumlah transaksi dimana Yudhono Riswa selaku CEO dari Tokocrypto mengungkapkan kalau ukuran transaksi kripto dari tahun 2021 ke 2022 mengalami penurunan.“Transaksi yang mencapai Rp859,4 triliun di 2021 turun sepertiganya di tahun 2022 menjadi Rp306,4 triliun. Walau begitu, meskipun transaksinya turun, tapi investornya justru semakin meningkat dari 11 juta menjadi 16,7 juta investor,” ujarnya, Rabu, (09/08).
Melihat perubahan tren kripto di 2023 yang tidak sebooming 2021 lalu, Muhammad Wan Iqbal selaku Chief Marketing Officer Tokocrypto mengungkapkan fakta dibalik meredupnya pasar kripto di Indonesia.
“Kenapa di tahun 2021 booming? Karena di 2021, harga bitcoin itu tinggi sampai miliaran rupiah, sehingga semua mata tertuju pada bitcoin. Saat itu, jika ditarik 10 tahun ke belakang, bitcoin adalah aset investasi yang paling menguntungkan dibandingkan dengan aset lainnya,” kata Iqbal kepada Uzone.id.
Lebih lanjut lagi, adopsi mengenai industri kripto di Indonesia belum seramai di negara besar lain seperti Amerika Serikat dan China sehingga antusiasme-nya juga belum se ‘tahan lama’ di negara lainnya.
“Satu negara yang belum terlalu paham soal bitcoin, biasanya hype-nya berkurang tak hanya di Indonesia saja namun di negara lainnya. Kenapa di Amerika dan China lebih heboh? Karena mereka sudah mengadopsi kripto ini,” tambahnya.
Iqbal mengatakan kalau di Indonesia pun sudah mulai mengadopsi tren kripto ini, namun belum sebesar di negara-negara tadi dan belum besar banget dan tidak semua orang tahu soal ini.
Sementara untuk tren di tahun 2023 ini, Iqbal yakin kalau tren industri kripto akan terus mengalami peningkatan baik itu dalam harga maupun dengan jumlah investor.
“Di 2023 ini, saya melihat ada kesempatan baik baik untuk investor dan industri pemilik platform, dimana di tahun selanjutnya akan ada fenomena crypto halving,” kata Iqbal.
Crypto Halving merupakan sebuah fenomena yang akan terjadi pada tahun 2024, dimana fenomena ini terjadi ketika supply atau pasokan berkurang namun permintaan (demand) tetap sehingga harga dari kripto akan mengalami kenaikan.
“Fenomena ini akan membuat bitcoin dan lainnya banyak diminati lagi,” tambah Iqbal.
Sementara hype-nya mengalami penurunan, antusiasme pengguna kripto di Indonesia tetap ada. Ini dilihat dari penggunanya yang selalu mengalami kenaikan walaupun tidak seagresif dulu.
“Dulu, pengguna kripto ini bisa jutaan per bulannya, tapi sekarang itu ratusan ribu. Hal ini yang membuat kita unik, karena walaupun tidak seantusias dulu tapi pertumbuhan penggunanya tetap naik,” ujarnya.