Home
/
Automotive

Tren Launching Produk Live Stream Hindari Corona, Jurnalis Bisa Rebahan

Tren Launching Produk Live Stream Hindari Corona, Jurnalis Bisa Rebahan
Bagja Pratama18 March 2020
Bagikan :

Uzone.id - Pandemi Corona di Indonesia makin memburuk utamanya di Minggu ini. Platform digital pun jadi salah satu cara yang dinilai paling efektif untuk terus eksis. Salah satunya, peluncuran produk baru via live streaming.

Presiden Jokowi pun sudah menghimbau publik untuk lebih banyak aktifitas di rumah, kerja dari rumah, bahkan beribadah pun di rumah aja, untuk memutus penyebaran virus Corona yang semakin massif.

Dan gak hanya kerja online, juga sekolah online, peluncuran produk baru melalui live streaming pun jadi marak dilakukan di berbagai industri, salah satunya yang jadi fokus pembahasan Uzone.id--Teknologi dan Otomotif.

Baca juga: IIMS 2020 Akhirnya Resmi Ditunda

Memang, sebelumnya sudah ada beberapa brand yang melakukan peluncuran produk secara live streaming, tapi ini lebih dikarenakan lokasi peluncuran yang jauh.

Samsung misalnya, meluncurkan smartphone baru di Amerika dan konsumen di Indonesia bisa mengakses informasi peluncurannya secara live cukup pakai smartphone.

Paling baru adalah ketika Oppo meluncurkan Reno 3 minggu ini yang juga dilakukan secara live stream, alias tanpa pengunjung dan undangan, karena adanya serangan pandemi virus Corona.

Pun begitu di industri otomotif. Kalau smartphone dianggap kurang besar sebagai sebuah produk, maka mobil pun kini peluncurannya dilakukan secara live stream, yang dimulai dengan BMW Indonesia.

Gak cuma mobil mewah sekelas BMW, yang sudah banyak ditunggu-tunggu seperti Toyota Agya dan Daihatsu Ayla yang semula dijadwalkan bakal diluncurkan di Jakarta dan Bekasi minggu ini dibatalkan dan dialihkan jadi via digital live streaming.

Nah, disini menjadi menarik, terutama terkait dengan peran jurnalis yang biasanya jadi garda terdepan dalam mendistribusikan informasi produk baru.

Tren live streaming dalam meluncurkan produk baru menurut kami adalah sebuah keniscayaan di masa depan--yang bisa saja di Indonesia trennya dimulai dari merebaknya virus Corona, sehingga menjadikan live streaming sebagai satu-satunya pilihan paling efektif.

Bagi perusahaan yang ingin meluncurkan produknya, live streaming pastinya berfaedah, karena toh tujuan akhirnya adalah bagaimana informasi terkait dengan produk baru bisa terdistribusikan.

Biaya acara peluncuran yang biasanya besar pun bisa ditekan sebanyak mungkin, karena setidaknya mereka hanya perlu menyediakan tempat dan perangkat shooting, tanpa perlu ribet-ribet menyiapkan undangan, akomodasi, makanan dan lain sebagainya untuk menjamu para undangan, termasuk jurnalis.

Publik pun sama sekali gak merasa dirugikan, malah barangkali diuntungkan dengan banyaknya peluncuran produk secara live streaming. Apalagi, mereka cukup mengakses alamat live streamingnya, tanpa harus menunggu media-media mengolah dan memberitakannya.

Jadi, akses dan distribusi informasi terlihat jadi selangkah lebih cepat dengan memanfaatkan medium live streaming..

Baca juga: Peluncuran Ayla Baru Ditunda dan Beralih ke Live Stream

Cuma skema pendistribusian informasi secara langsung seperti live streaming ini pastinya membuat peran jurnalis sedikit berkurang.

Kalau biasanya mereka harus mendatangi lokasi acara untuk meliput peluncuran produk, dengan adanya live streaming jadi gak perlu bergerak kemana-mana kecuali menatap layar smartphone.

Mereka, para jurnalis, termasuk kami, cukup memantau peluncuran produk sambil rebahan dengan hanya bermodalkan akses internet dan layar smartphone, serta menyadur semua informasi yang dianggap penting pada acara live streaming peluncuran produk baru tersebut.

Jurnalis bisa gabut, atau  ya kerja karena target harian doang. Toh, gak perlu tangan dan otak mereka pun, publik udah bisa mengakses live stream tersebut.

Disana, semua informasi lengkap disajikan. Gak sepotong-potong, atau diframing, atau gemesnya dibikin super multi page biar kliknya banyak.

Efek lainnya, kecenderungan pemberitaan yang seragam pun bisa terjadi. Karena peran jurnalis berpotensi hanya sebatas menjadi perpanjangan dan perluasan distribusi informasi dari pihak pemegang merek yang meluncurkan produk barunya itu.

Akses informasi nomor satunya tetap dimiliki ekslusif pada tayangan live stream, jurnalis hanya meneruskan dan mendistribusikannya dengan gayanya masing-masing, mulai dari cepat-cepatan, mengandalkan judul bombastis yang klikbait, sampai membuat artikel super multi page agar klikers jadi lebih banyak.

Hal-hal receh yang dilakukan jurnalis karena akses informasi sudah terbuka lebar dan dengan mudah diakses semua pihak--termasuk mereka, sehingga yang dicari adalah bagaimana agar konten yang mereka buat bisa menang dalam kerasnya persaingan dunia maya.

Bukan lagi informasinya yang penting buat media dan para jurnalis, tapi bagaimana konten itu bisa sampai lebih cepat dan lebih banyak ke publik, gak peduli isinya mau kayak gimana.

Gaya dan cara seperti ini membuat arus informasi hanya sebatas di permukaan saja, karena jelas gak ada waktu bagi para jurnalis untuk mengolah informasi tersebut lebih dalam dan unik karena tuntutan kecepatan dan kuota penulisan setiap harinya.

Publik pun semakin sering mendapatkan informasi dangkal seperti ini, yang pada akhirnya membuat mereka malas ketika harus disodori konten yang lebih dalam dan lengkap dalam membahas produk baru.

Bahkan, konten-konten yang berupa feature dan opini gak jarang malah seringnya dicurigai, dibully kalau gak sepemikiran, dan dianggap bukan selera pasar.

Padahal konten-konten feature dan opini bisa jadi hiburan berkelas ditengah masa-masa gabut dan rebahan ini akibat serangan pandemi Corona, ketimbang pemberitaan yang seragam. Meski resikonya, opini dan feature sama aja berjudi dengan kepercayaan publik itu sendiri.

Baca juga: 5 Merek Mobil Terlaris Awal Tahun 2020

Dan ditengah semakin derasnya arus informasi yang semakin mudah diakses siapapun, keberagaman informasi jelas berbahaya dan karenanya publik butuh informasi yang dikemas dengan gaya opini dan keberpihakan.

Itu kenapa para influencer bisa naik daun dan dianggap punya nilai lebih dari sekedar pemberitaan media yang seragam dan kaku.

Para influencer seolah sedikit lebih maju karena gak sekedar menyebarkan informasi, tapi juga mengemas informasi dan mengopinikannya berdasarkan karakter dan gaya mereka.

Tindakan yang malah dianggap antipati oleh segelintir media yang merasa lebih resmi dan valid dan berhak atas sebuah informasi. Padahal, gak ada salahnya media-media mulai mempelajari strategi influencer agar selalu bisa jadi garda terdepan yang dipercaya oleh publik.

Dan semua fenomena ini, berpotensi dimulai dengan tren peluncuran produk via live streaming, yang ngebuat jurnalis jadi bisa rebahan.

Tapi setidaknya mejadi hikmah untuk kita semua, Corona ternyata mengajarkan banyak hal, termasuk dalam urusan tren informasi di Indonesia.

VIDEO Unboxing Motor Listrik Gesits, Akhirnya Dikirim Juga!:

populerRelated Article