Viral Video Bayi Disiksa Ibunya di Bali
Video bayi disiksa oleh ibunya sendiri di Bali viral di media sosial dan pesan Whatsapp. Dalam video itu seorang bayi diinjak dan disiram dengan sabun pencuci piring.
Bayi kecil itu menangis, namun sang ibu malah 'asik' mengguyur tubuh bayi yang diletakkan di lantai kamar mandi sambil merekam aksi bejatnya. Si ibu lalu menuangkan sabun pencuci piring ke bayi sambil mengguyurkan air dengan menggunakan gayung."Drama, this is your drama," ucap si ibu sambil mengguyur bayinya.
Bayi tersebut terus menangis, namun si ibu malah menginjak punggung bayi tersebut sambil mengatakan dia tersiksa.
"I was so die and sick," ucap si ibu.
Selain video di kamar mandi, ada juga video di kamar. Dalam video itu bayi tersebut tengah duduk diam, namun tiba-tiba dia dipukul. punggungnya. Si ibu juga membentak sambil memukul mulut bayi yang belum telihat giginya itu sambil berucap hal yang sama.
"I was so hurt. This is drama, hah," ujarnya.
Video ini diunggah oleh akun Facebook Eva Vega, Kamis (27/7) kemarin. Unggahan ini sudah dibagikan hingga 94 ribu kali dan dikomentari 29 ribu pengguna Facebook. Mereka mengecam aksi ibu yang tega menyiksa anaknya sendiri.
Dalam keterangannya, Eva mengatakan bayi tersebut berinisial Baby J, video direkam oleh ibu kandungnya sendiri. Eva yang merupakan pengurus Yayasan Meta Mama dan Maggha diminta oleh Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) untuk mengasuh Baby J.
Ibu kandung Baby J menderita bipolar sehingga P2TP2A menitiapkan baby J ke Yayasan Metta Mama dan Maggha selama beberapa bulan. Kamis (27/7) kemarin ibu kandung Baby J meminta agar anaknya dikembalikan kepadanya.
"Hari ini adalah jadwal di mana Baby J diserahkan kembali kepada ibu kandungnya (yang didampingi oleh P2TP2A). Saya mendengar sendiri bagaimana ibunya seolah-oleh menyalahkan, bagaimana dia sudah disakiti dan dikecewakan oleh ayah si bayi, yang menyebabkan dia menderita depresi sehingga melakukan penyiksaan itu," tulis Eva dalam keterangannya.
Eva sadar bila tempat sebaik-baiknya bagi seorang anak adalah bersama ibu kandung yang sudah mengandung dan melahirkannya. Tugas dan kewajiban seorang ibu untuk membesarkan, menjaga, melindungi anaknya dengan segala kasih dan sayang, dengan segenap jiwa raga. Namun dia tidak bisa membayangkan bagaimana seorang bayi yang tidak berdosa sudah harus melalui penderitaan oleh orang-orang yang semestinya melindunginya.
Alasan ibu kandung Baby J menyiksa anaknya karena dia merasa disakiti oleh suaminya tidak bisa diterima. Harusnya sebagai ibu, dia bisa melindungi dan memberikan kasih sayang untuk anaknya.
"Banyak perempuan yang mengalami nasib yang sama, dikecewakan, disakiti, dianiaya, disia-siakankan oleh pasangan hidupnya. Tetapi seorang ibu adalah tetap seorang ibu. Yang mempunya kasih sayang dan cinta untuk anaknya. Malah, alih-alih menyiksa, seorang ibu justru harusnya tegar untuk untuk kebahagiaan dan kebaikan anak-anaknya," papar Eva.
Eva sudah bertemu dengan ibu Baby J yang mengaku sudah 'sembuh' dan meminta kembali Baby J. Si ibu mengatakan akan putus kontak dengan ayah Baby J agar dia bisa sembuh dari depresinya.
"Kalau nanti dia bertemu lagi dengan laki-laki yang tidak bertanggung jawab lainnya, lalu disakiti lagi, lalu depresi lagi, akhirnya anaknya mau dijadikan pelampiasan lagi? Masalah dalam hidup datang dan pergi. Dan menurut saya, penyiksaan bayi seperti itu tidak bisa dibenarkan dengan alasan apa pun, " jelas Eva.
Eva yang saat itu menggendong Baby J melihat bagaimana bayi tersebut ketakutan dan tidak mau digendong oleh ibunya sendiri. Baby J justru lebih nyaman berada di pelukan orang-orang di Yayasan Metta Mama dan Maggha.
Dia berharap pemerintah bisa memberikan perhatian lebih terhadap masalah ini. Baby J harus diselamatkan dari ibu yang tidak bertanggung jawab dan bisa 'kambuh' penyakitnya kapan saja.
"Bayi J seharusnya dibesarkan dalam rumah yang penuh cinta kasih yang membuatnya sadar betapa berharganya dia, betapa dia dicintai. Please teman-teman sekalian. Please help to save Baby J agar sementara ini masih terus bisa diasuh oleh Yayasan Metta Mama dan Maggha," ucap Eva.
kumparan (kumparan.com) telah mencoba menghubungi hotline Yayasan Metta Mama dan Maggha terkait hal ini, namun tidak ada yang mengangkat.