WAC 2017: Petualangan Perempuan di Hari Kartini
Memperingati Hari Kartini, EIGER menggelar Women Adventure Camp (WAC) di Gunung Penanggungan, Jawa Timur. Sebuah ajang mengenang perjuangan Kartini yang dipadu dengan petualangan.
Taksi yang membawa kami keluar dari Bandara Internasional Juanda Surabaya berjalan pelan menembus pagi yang masih basah oleh gerimis. Jalan Raya Juanda yang kami lewati tak begitu ramai pada pukul 07.20 WIB itu.Kendaraan yang melintas dapat dihitung dengan jari, baik yang masuk ke arah bandara maupun sebaliknya. Namun, suasana berubah drastis kala mobil kami tiba di Jl Letjen S Parman.
Kendaraan di jalan raya yang mengarah ke dalam Kota Sidoarjo itu padat merayap. Kemacetan mulai nampak. Sang sopir harus ekstra sabar menunggu giliran menyeberang jalan dan berputar ke arah Kota Surabaya.
Kemacetan terus terjadi hingga kami melewati Bunderan Waru, memasuki Jl Ahmad Yani Surabaya, hingga fly over Pasar Wonokromo. Setelah itu, perjalanan mulai lancar hingga kami tiba di EIGER Store Surabaya yang terletak di Jl Basuki Rahmat No 64-66.
EIGER Store Surabaya adalah salah satu meeting point (mepo) peserta WAC 2017, selain EIGER Store Malang. Kegiatan camping dalam rangka memperingati Hari Kartini tersebut digelar di Gunung Penanggungan, pada 21-23 April 2017. Acara khusus untuk wanita ini digelar oleh EIGER Adventure Service Team, biasa disingkat EAST.
EAST adalah organisasi profesional yang didirikan EIGER untuk berpartisipasi dalam mengembangkan kegiatan alam bebas di Indonesia.
Organisasi yang resmi didirikan sejak tahun 2000-an ini dikelola dan dikembangkan oleh para ahli yang mumpuni di bidangnya. EAST menyediakan informasi secara tepat dan benar bagi siapa saja yang ingin melakukan kegiatan petualangan di alam bebas.
<[!--PAGEBREAK--!]>
Program EAST meliputi EIGER Adventure Training and Education, EIGER Climbing Center, dan EIGER Adventure News. Ruang lingkup kegiatannya antara lain ‘Memanjat Bersama Kang Mamay’, ‘Mendaki Gunung Bersama Kang Bongkeng’, ‘Gowes Bersama Paimo’, ‘Learning and Share Bersama Kang Kwecheng’ dan ‘Vertical Rescue Challenge Bersama Kang Tedi Ixdiana’.
Selain itu, ada pula Eiger Independence Sport Climbing Competition (EISCC) dan Mountain and Jungle Course (MJC) yang rutin dilaksanakan di berbagai tempat sesuai dengan permintaan dan kebutuhan pelaku kegiatan petualangan di alam bebas.
Dan WAC kali ini digelar EAST bertepatan dengan peringatan Hari Kartini. "Oleh sebab itu, pesertanya sengaja kami tujukan untuk wanita," ungkap pendiri EAST, Djukardi Adriana.
Lelaki yang karib disapa Bongkeng itu mengaku kaget melihat antusiasme peserta yang mendaftar. "Dalam satu jam saja, hampir 200 orang telah mendaftar. Namun, kami tak bisa menerima semua. Kami sepakat untuk membatasi peserta sebanyak 75 orang," ujarnya.
Hal ini dilakukan agar tim EAST dapat memberikan pelayanan dan pembelajaran yang maksimal pada peserta. "Kami bisa saja menerima ribuan peserta, namun jika alam rusak bagaimana? Karenanya, jumlah peserta dibatasi agar kita dapat mengontrol mereka dalam menjaga kelestarian alam," tegas Bongkeng.
Seluruh peserta yang berjumlah 75 orang berasal dari berbagai kota di Pulau Jawa dan Sumatera. Mereka ada yang berangkat dari mepo Surabaya dan ada pula dari mepo Malang.
Profesi peserta pun beragam, mulai pegawai negeri, pegawai swasta, mahasiswa, hingga siswa Sekolah Dasar (SD). Peserta memang tak dibatasi dari segi usia. Siapa yang layak dan sehat, diperkenankan ikut. Usia termuda peserta WAC kali ini adalah 10 tahun (Jopita), dan tertua berusia 60 tahun (Wiwit Ratna Djuwita).
Menjelang pukul 10.00 WIB hampir seluruh peserta yang terdaftar dalam mepo Surabaya telah melakukan registrasi. Panitia meminta peserta untuk bersiap-siap menunggu kendaraan yang membawa mereka menuju Gunung Bale Resort (GBR) Tamiajeng, Mojokerto. GBR merupakan base camp atau Pos I, tempat peserta memulai pendakian ke Cemoro Kembar (Puncak Bayangan), Gunung Penanggungan.
<[!--PAGEBREAK--!]>
Saat peserta mulai gelisah menanti jemputan yang belum juga datang, tiba-tiba peserta WAC 2017 dikejutkan oleh kedatangan dua selebritas; Jessica Katharina dan Putri Marino.
Jessica dikenal sebagai presenter ‘Para Petualang Cantik’ di Trans 7, sementara Putri merupakan host ‘My Trip My Adventure’ di Trans TV. Sontak sebagian peserta merubungi kedua gadis ayu itu, bersalaman dan mengajak mereka berswafoto. Dengan ramah Jessica dan Putri melayani permintaan para penggemar. Mereka tiada henti menebarkan senyum.
Ketika waktu menunjukkan pukul 10.10 WIB, dua truk yang akan mengangkut peserta tiba di mepo Surabaya. Truk milik TNI AL dan Marinir tersebut sengaja disewa panitia untuk mengantar peserta agar terasa nilai petualangannya.
Perjalanan menuju GBR tak memakan waktu lama. Sekitar satu jam lebih kemudian, para peserta telah tiba di GBR Tamiajeng. Di pos pertama sekaligus base camp ini peserta disambut oleh Bambang Hertadi Mas alias Mas Paimo, legenda gowes Indonesia.
Mas Paimo yang merupakan anggota Tim EAST segera meminta seluruh peserta agar berkumpul di dekatnya untuk mendengarkan briefing. “Ayo, cepat-cepat. Berkumpul di sini!” teriaknya.
Peserta pun buru-buru mendekat, lantas menyimak apa yang disampaikan lelaki yang telah menjelajah berbagai negara dengan menggowes sepeda tersebut.
“Cuaca hari ini diperkirakan hujan,” kata Paimo membuka sambutannya. “Peserta akan menuju Cemoro Kembar (Puncak Bayangan) sebagai pos terakhir, tempat acara dipusatkan.”
Ia kemudian meminta peserta segera melakukan repacking dengan carrier yang telah disediakan panitia. Peserta juga diperbolehkan menggunakan waktu untuk makan siang dan shalat, sebelum acara resmi dimulai.
“Kita akan berangkat ke puncak pada pukul 15.00 WIB. Perkiraan akan tiba pada pukul 19.00 WIB. Karenanya, semua peserta diharapkan masuk ke Puncak Bayangan sebelum jam tujuh agar tidak terlalu malam,” pesan Paimo.
Ia mengharapkan semua peserta dalam kondisi fit dan sehat. Dan bagi yang merasa memiliki gangguan penyakit diminta untuk melapor kepada tim medis.
Panitia telah menyediakan 15 tenda di Puncak Bayangan, masing-masing tenda diisi oleh 5-6 orang. “Walau begitu jangan harap kalian berkemah di tanah yang rata. Banyak batunya. Jadi, anggap saja tidur sambil dipijiti batu,” kata Paimo disambut gelak tawa peserta.
Selain itu, panitia juga telah menyediakan kamar kecil darurat, tandon air, dapur umum, dan tim medis. “Jangan buang air besar sembarangan ya!” Paimo mewanti-wanti. “Dan kalau mau ke kamar kecil harus ditemani oleh kawan yang lain. Jangan sendirian!”
Para gadis, ibu, emak dan nenek-nenek itu pun manggut-manggut mendengar petuah si 'Om Gowes'.