Home
/
Digilife

Waduh, Magic Avatars Milik Lensa AI Ternyata Hasil Curian dari Seniman?

Waduh, Magic Avatars Milik Lensa AI Ternyata Hasil Curian dari Seniman?

Foto: Aplikasi Lensa AI

Vina Insyani12 December 2022
Bagikan :

Uzone.id - Magic Avatars di aplikasi Lensa AI saat ini sedang viral di media sosial, dari selebgram hingga warganet ramai-ramai flexing wajah mereka dalam berbagai versi avatar seperti anime, kawaii, cosmic dan lainnya.

Foto-foto yang dihasilkan dari fitur ini memang cantik dan aesthetic, tapi berhubung developer menggunakan AI di dalamnya, fitur ini dibanderol dengan harga mulai dari Rp35 ribu untuk 50 foto, Rp49 ribu untuk 100 foto, dan Rp65 ribu untuk 200 foto.

Selain FOMO alias ikut-ikutan tren, ragam hasil foto yang memuaskan para pengguna menjadi salah satu alasan kenapa aplikasi ini banyak diminati.

Namun, ternyata ada cerita yang cukup kontroversi di dalam proses pembuatannya. Para seniman, khususnya seniman digital menyebut ada ‘pencurian’ dalam proses pembuatan avatar di Lensa AI.

Baca juga: World Esports Championship 2022: Indonesia Juara Dunia Dota 2!

Mengutip dari The Washington Post, Sabtu (10/12), teknologi generator AI seperti Magic Avatars berulang kali dituduh mencuri teknik para seniman tanpa adanya persetujuan.

Salah satunya, John Lam yang mengatakan kalau proses dari Lensa AI ini adalah pencurian karakter dan ciri khas pada seniman.

Saat ini, generator AI banyak ditemukan di tengah warga dunia, namun kedatangannya disebut tak terduga dan kadang mengerikan, melampaui hukum yang ada dan berpotensi merugikan komunitas yang terpinggirkan akibat adanya teknologi ini.

‘Korban’ lain dari AI generator ini adalah seniman Korea Selatan, mendiang Kim Jung Gi yang karyanya dimasukkan dalam model AI, lalu dirilis kembali tanpa ada consent.

Seniman Polandia bernama Greg Rutkowski menyaksikan ribuan gambar buatan AI mencontek gayanya tanpa ada persetujuan.

Lauryn Ipsum yang juga merupakan seorang seniman mengatakan kalau AI memang telah menciptakan avatar original tersebut, tapi elemen pendukung kreasi seperti kombinasi palet warna, sapuan kuas, tekstur, khususnya gaya individu seniman dicuri dari seniman tanpa adanya persetujuan, penghargaan dan bahkan kompensasi.

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Lauryn Ipsum (@laurynipsum)

“Rasanya sangat kecewa ketika melihat avatar-avatar ini, seperti mode instan untuk sebuah seni,” kata Ipsum.

Ia menemukan dalam situs web kalau gambar dan karya yang dia buat telah ‘membantu’ AI dalam membuat konten baru. Karya ini merujuk pada sampul buku yang sudah ia desain dan ilustrasi yang digambar oleh tangannya sendiri.

“Aku sangat kesal. Mengapa mesin ini punya akses ke pekerjaan saya tanpa izin dari saya? Dan bagaimana bisa perusahaan itu menghasilkan uang tanpa persetujuan dari saya?” katanya.

Ia juga membandingkan para perusahaan Avatar AI ini sebagai bandit roti yang mencuri ‘bahan’ lalu menjualnya.

Baca juga: Tinggal 2 Hari Lagi, Buruan Vote Jagoanmu di Uzone Choice Award 2022!

“Mesin menghasilkan potret, tetapi setiap elemen dari avatar ini dicuri dari seorang seniman asli yang mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyempurnakan teknik itu,” tegasnya.

“Ini adalah kerugian pribadi bagi komunitas seni,” tambahnya.

Sementara itu, Prisma Labs mengantongi keuntungan jutaan dollar setelah banyak pengguna rela membayar minimal Rp35 ribu untuk fitur ini. 

Perusahaan ini kemudian membuka suara dan membela diri. 

Dilansir dari sumber yang sama, Prisma Lab menyebut kalau AI ini mirip dengan cara manusia dalam melatih dirinya sendiri.

“AI ini mirip dengan manusia yang mampu mempelajari dan melatih beberapa prinsip seni dasar dengan cara mengamati, menjelajahi citra, dan belajar tentang seniman lalu mencoba menciptakan sesuatu berdasarkan keterampilan gabungan ini,” ujarnya.

populerRelated Article